Bagian 20

12.9K 735 47
                                    

Jika Allah menakdirkanmu untuk menjagaku kenapa Allah mengambilmu secepat ini? Kemana lagi aku harus bersandar jika tempat bersandarku terbujur kaku. Tumpuanku runtuh bersama pasir yang menghujani petimu. Mengantarmu ke tempat peristirahatan terbaikmu. Berteman sepi dan gelapnya lubang di bawah sana.


•••

Tubuh Kayla kini jatuh tersungkur di lorong rumah sakit kedua tangannya memeluk kedua lututnya. Kayla menangis tergugu dengan wajah yang ia tenggelamkan di antara lutut. Merasakan sesak yang menghujam tepat di dada. Hatinya berdenyut sakit separuh jiwanya pergi meninggalkan luka yang menganga sangat dalam. Pelindungnya telah tiada. Tidak ada lagi pundak tempatnya bersandar, tidak ada lagi wajah teduh yang selalu membuatnya tenang, tidak ada lagi kejailan, tidak ada lagi tawa dan canda di antara mereka. Althaf kini pergi menghadap Sang Ilahi Rabbi.

“Jika Allah menakdirkanmu untuk menjagaku, kenapa Allah mengambilmu secepat ini? Kemana lagi aku harus bersandar jika tempat bersandarku terbujur kaku. Tumpuanku runtuh bersama pasir yang menghujani petimu. Mengantarmu ke tempat peristirahat terbaikmu. Berteman sepi dan gelapnya lubang di bawah sana.”

Faiq berjalan menghampiri Kayla kemudian duduk di sampingnya lalu membawa tubuh Kayla ke dalam pelukannya membiarkan tangis istrinya pecah. Tangannya mengusap lembut kepala Kayla. Perih hati Kayla sama halnya dengan perih yang ia rasakan. kehilangan sahabat sekaligus Kakak ipar membuatnya sangat terpukul. Althaf adalah sahabat terbaiknya namun kini sahabat terbaiknya pergi meninggalkan dirinya begitu saja, menyisakan luka yang teramat dalam di hati orang-orang terdekatnya.

“Kak.”

“Hm.”

“Apakah Kak Althaf bahagia di sana?”

“Tentu. Althaf akan sangat bahagia jika kamu menyudahi tangismu dan menggantinya dengan senyum termanismu.”

“Sesederhana itu kah?” Kayla melepas pelukan Faiq dari tubuhnya menatap lekat dua bola mata milik faiq.

Faiq mengagguk kemudian menangkupkan kedua tangannya di pipi Kayla. “Tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat adik kesayangannya tersenyum tulus untuknya. Mengantar kepergiannya dengan do’a. Berhentilah menangis karena Althaf tidak mengharapkan air mata ini untuk mengantar kepergiannya,” seraya menyeka air matanya istrinya.

Kayla mengangguk lemah lalu menenggelamkan kembali kepalanya ke dalam dada bidang Faiq berharap rasa sakit itu dapat berkurang.

•••

Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Pedihnya ruh terpisah dengan jasad, gentar rasa hati ketika malaikat Izrail turun untuk menarik ruh yang sudah habis masanya tinggal di dunia. Tangisan yang menyayat hati mengantarkan kepergiannya hingga keliang lahat. Melepas berat hingga berhari-hari lamanya.

Dunia ini fana tidak ada yang bisa kita banggakan akan kefanaannya, tidak ada yang perlu disombongkan karena pada akhirnya kita semua akan menghadapi kematian dan hidup kekal di akhirat sana. Sudahkah kita menyiapkan bekal yang cukup untuk menghadapi Sang Ilahi Rabbi? Menghadapi setiap pertanyaan-Nya, menghadapi neraka dan surga? Sudahkah kita menjadi hamba yang Allah cintai? Sudahkan kita menjadi umat yang bisa Rasulullah banggakan di hadapan Allah? Sudahkah kita berkontribusi lebih terhadap agama Allah? Pantaskah kita untuk mendapatkan ampunan-Nya?

Dosa ini terlalu banyak untuk memohon ampunan Sang Ilahi Rabbi jika dihitung tidak akan ada yang sanggup menghitungnya, jika disandingkan dengan gunung sekalipun mungkin dosa yang kita perbuat jauh lebih banyak dari gunung itu. Andai saja dosa berbau busuk masihkah kita sanggup untuk menyombongkan diri? Masih mampukah berkacak pinggang di hadapan-Nya? Bersyukurlah karena Sang Ilahi Rabbi menutupi segala aib kita, memaafkan setiap dosa yang kita perbuat, merentangkan tangan-Nya saat kita berlari ke arah-Nya, memeluk erat saat kita membutuhkan-Nya.

Kamulah Takdirku (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang