Bagian 14

13.3K 765 93
                                    

Melupakan bukan perkara mudah. Jika terus hanyut akan perasaan maka cinta akan menjadi racun bukan lagi candu.

***

Tidak terasa usia pernikahan Kayla dan Faiq sudah dua bulan lamanya, mereka juga sudah pindah rumah dari rumah Bunda Aisyah dan Ayah Riduan, tapi pada detik ini rasa cinta di hati Kayla belum juga tumbuh. Wajah murung masih terlukis jelas di sana, di wajah cantiknya. Kadangkala Kayla menangis saat Faiq tidak berada di rumah melepas rasa rindu yang teramat dalam.

Salahkah?

Salahkah dia jika terus mencintainya?

Salahkan dia jika masih merindukannya?

Salahkah dia jika masih berharap lebih padanya?

Kayla duduk di atas gazebo menatap ikan-ikan yang berkejar-kejaran. Di tangannya memegang makanan ikan, sesekali ia lempar makanan itu kepermukaan kolam yang disambut riang oleh ikan-ikan itu.

Ya Allah..., sesulit inikah melupakannya?

Kayla berdiri dari duduknya kemudian masuk ke dalam rumah, tepat di ruang tamu ia melihat foto pernikahannya yang terpampang lebar. Di foto itu nampak semburat kebahagiaan dari wajahnya dan wajah Faiq namun itu semua palsu hingga saat ini pun senyumnya di hadapan Faiq palsu.

Maafkan Kayla kak, maafkan Kayla sampai saat ini masih memikirkan pria lain. Maafkan Kayla jika Kayla telah menyakitimu.

Hanya kata maaflah yang mampu ia ucapkan. Rasa bersalah terkadang datang tiba-tiba dan kemudian hilang begitu saja sebab sikap Faiq yang selalu membuatnya jengkel. Tidak ada manis-manisnya.

***

"Keishaaaaa!" Kayla berlari kecil menghampiri Keisha, ia mengatur napasnya yang turun naik layaknya pompa angin manual pada masanya. Pompa yang nge-hits pada tahun 90-an. Pompa yang selalu dicari setiap oramh bahkan setiap rumah memilikinya. Benda berbentuk panjang namun bukan persegi itu sangat dibutuhkan apalagi saat ban sepeda si pemilik kempes, maka yang paling pertama dicari adalah pompa.

Tahun 90-an orang-orang hidup serba sederhana, belanja pun masih menggunakam uang recehan 50 rupiah bahkan di tahun 2000 gado-gado masih ada yang harga 300 rupiah, kue-kue masih harga 50-100 rupiah, sekolah masih setia dengan berjalan kaki bermeter-meter tanpa mengeluh panas, kaki lecet, debu, capek bahkan keringatan.

Bukan keluh kesah yang keluar dari bibir mereka melainkan sorak kebahagiaan saat mereka pulang dengan saling berkejar-kejaran, singgah dari pohon satu ke pohon satunya lagi sekedar mengambil jambu biji untuk dimakan, tidak lupa untuk minta izin kepada yang punya jambi. Ah..., masa kecil yang sangat indah.

"Kanget banget sama kakak iparku yang cantik ini," seraya memeluk Keisha dengan erat.

"Lebay."

"Kayla terkekeh geli. "Gimana kabar kak Al? Sehat?"

"Alhamdulillah, kak Al sehat. Eh..., kapan mau ke rumah bareng Faiq?"

"Kenapa harus bareng dia sih?" jawab Kayla kesal.

"Harus dong Kay, dia kan suami kamu. Lagian ya perempuan yang sudah menikah itu baiknya kalau keluar ditemenin sama suami biar aman dan tidak terjadi fitnah atau cemburu gitu."

Kamulah Takdirku (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang