Bagian 6

13.1K 770 39
                                    

Dari kampus Kayla dan Keisha tidak langsung pulang. Mereka berencana mampir kerumah sakit terlebih dahulu untuk membesuk Abah Adiba. Sampai di rumah sakit mereka mendapati Adiba sedang duduk di samping ranjang pesakitan Abahnya. Tangannya sibuk mengusap kening Abah, sesekali tangan tua itu Adiba bersihkan menggunakan kain basah.

Kayla duduk di samping Abah sedangkan Keisha berdiri di samping Kayla, Adiba pun begitu. Kayla nampak membisikkan sesuatu membuat bibir keriput itu menciptakan sesungging senyum. Dari awal Kayla sangat dekat dengan Abah, baginya Abah sudah seperti Abahnya sendiri. Watak Abah yang lembut seperti Ayahnya membuat Kayla sangat menyayangi Abah.

Kondisi Abah sedikit lebih baik namun wajah tuanya masih pucat. Abah mengidap penyakit gagal jantung kronis seperti terjadi pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki, tubuh terasa lelah sepanjang waktu dan sesak napas baik sedang menjalani kegiatan ataupun sedang istirahat.

Dan itulah yang sedang terjadi kepada Abah saat ini. Tubuh rentanya sering kali mengalami lelah berkepanjangan, ia juga sering mengeluh susah bernapas sampai akhirnya Ummi Adiba memutuskan untuk membawa Abah kerumah sakit.

Seseorang membuka pintu ruangan itu. Seorang laki-laki berjas putih dengan salah satu suster di belakangnya. Mereka tersenyum kepada tiga sahabat itu. Kayla memperhatikan tatapan Adiba terhadap laki-laki itu. Tatapan itu tidak pernah Adiba berikan pada laki-laki manapun selain Dokter Ilham. Dokter Ilham lah yang masuk keruangan itu dan Dokter Ilham pula lah yang menangani Abah, dari awal Abah sakit hingga sekarang. Adiba sudah sangat mengenal Dokter Ilham tanpa sahabatnya tahu kalau Adiba diam-diam menyimpan rasa terhadap Dokter muda itu.

Layaknya Kayla, Adiba menutup rapat-rapat perasaannya. Adiba tidak ingin bercerita bukan berarti ia tidak percaya kepada dua sahabatnya hanya saja ia menunggu waktu yang tepat di mana rasa cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Tatapan Kayla belum juga beralih dari Adiba seakan Kayla tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan. Kayla menerka-nerka, apakah Adiba mempunyai perasaan yang sama seperti perasaannya terhadap Dokter Ilham? Atau itu hanya tatapan wali pasien berharap mahkota kesembuhanlah yang menghampiri Abahnya. Mungkin saja.

"Abah, saya periksa dulu ya." suara itu menyadarkan Kayla dari lamunannya.

Kini pandangan Kayla beralih ke Ilham. kayla menatap lekat gerak-gerik Ilham, sesungging senyum pun tercipta dari kedua sisi bibirnya. Lantas ia beranjak dari ruangan itu berjalan hingga langkah kakinya terhenti di taman rumah sakit. Kayla berdiri di bawah pohon besar menatap salah satu perempuan yang duduk di kursi roda. Mata Kayla fokus melihat perempuan itu, perempuan itu nampak kesusahan dengan kursinya. Kayla berniat membantu namun saat ia hendak beranjak dari posisi berdirinya sudah terlebih dahulu seorang laki-laki berjongkok manis di hadapan perempuan itu.

Di sana, di depannya banyak orang membayar mahal sebuah kata sehat, mereka harus merogoh uang jutaan rupiah demi mahkota kesembuhan. Siapa yang ingin sakit? Tidak ada..... Tidak ada seorangpun yang menginginkan dirinya berbaring di ranjang pesakitan itu dan tidak ada pula yang ingin duduk di kursi roda seperti perempuan di depannya namun apa daya ketika sakit mendera mau tidak mau mereka harus berbaring di ranjang pesakitan itu.

"Sendirian aja?" Kayla menoleh kesumber suara seraya tersenyum kepada si pemilik suara itu, ada gemuruh kecil di dadanya.

"Kak Ilham ngapain kesini?" lihatlah Kayla, bukannya menjawab dia malah balik bertanya.

"Memangnya tidak boleh kalau saya mampir kesini? Keisha mana, bukannya tadi bareng Keisha ya?"

Kayla mengatur detak jantung yang mulai berdetak di luar batas normal. Dadanya bergemuruh hebat seperti ombak yang menyapu bibir pantai. Kayla menarik napas dalam sebelum ia menjawab pertanyaan dari laki-laki yang selalu membuat hatinya berdesir itu.

"Bo.. Boleh kok kak." Kayla meruntuki dirinya, menjawab terbata-bata adalah hal yang memalukan apalagi di depan orang yang kita sukai. "Keisha, dia ketoilet."

Hening.

Keduanya memilih diam, menatap beberapa pasien di depan mereka. Suasana menjadi sedikit kaku, masing-masing dari mereka saling mengatur detak jantung agar tidak melewati batasannya. Degupan demi degupan mereka rasakan. Rasanya jantung itu seakan ingin loncat keluar dari tempat persembunyiannya. Cukup lama mereka terdiam menikmati setiap desiran di dalam dada.

"Kak." panggil Kayla memecah keheningan di antara mereka.

Ilham menoleh sekilas kemudian menatap kembali pasien di depannya.

"Apa kakak pernah jatuh cinta?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir mungil Kayla.

"Ya." jawab Ilham singkat.

"Menurut kakak cinta itu apa?"

Lama Ilham terdiam sampai akhirnya ia menjelaskannya. "Cinta itu bagaikan angin bisa di rasakan namun tidak bisa di genggam. Kamu tahu angin? Kita bisa merasakan sejuk belaiannya namun ketika kita hendak menggenggam maka hanya tangan kosonglah yang kita dapati. Begitu pun dengan cinta."

Sesungging senyum tercipta dari kedua sisi bibir Kayla. Jawaban Ilham di luar dugaannya. Niat awal ia ingin mengetahui siapa yang Ilham cintai namun jawaban itu seakan membungkam bibir mungilnya dan nyatanya ia tetap saja di buat takjub oleh laki-laki itu. Definisi cinta dari Ilham membuat senyum Kayla tak kunjung hilang.

   
                            ❤❤❤

Ada hati yang patah di balik cinta yang bersemayam di dada Kayla dan Ilham. Ada hati yang rapuh bahkan hancur berkeping-keping saat menyaksikan senyum tulus yang keluar dari bibir perempuan yang ia cintai bukan karenanya namun karena sahabatnya sendiri. Ia menyadari bahwa cintanya tak berbalas dan rasanya itu menyakitkan. Nyatanya ia hanyalah seorang supir yang setiap hari mengantar jemput tuan putri ke istana ratu. Nyatanya tuan putri tidak pernah mengharapkan kehadirannya. Nyatanya tuan putri membencinya. Nyatanya tuan putri tidak mencintainya. Harusnya ia sadar supir kereta sepertinya tidaklah pantas bersanding dengan seorang tuan putri yang bermahkota intan itu.  Harusnya dari awal ia pergi jauh dari istana ratu karena pada kenyataannya semua hanya akan menyakitinya.

Pria itu menghembuskan napas berat lalu pergi meninggalkan mereka.

05.14
                   

Assalamu'alaikum.

Setelah membaca harap tinggalkan jejak kalian yah. Vote dan vomen😄

Dilarang silent readers X

Jangan lupa baca Qur'an ya.

Dah itu dulu.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Kamulah Takdirku (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang