Bagian 7

14.4K 779 85
                                    

         Tidak selalu orang yang kita cintai membalas cinta kita. Cinta tak harus memiliki, terkadang harus ada pengorbanan demi orang yang kita sayangi bahagia.

                               ***

Muhammad Faiq Akbar Syam

Kuhempaskan tubuhku di ruang kerjaku. Ada rasa mendongkol di dada melihat Ilham berdiri berdua dengan Kayla meskipun kutahu di sekitar mereka banyak pasien, nyatanya hatiku tetap saja sakit menyaksikannya. Kusadari bahwa Ilham lah laki-laki yang di cinti Kayla Dan Kayla lah perempuan yang di cintai Ilham. Hal itu dapat kulihat dari sorot mata mereka saat mereka tak sengaja beradu pandang.

Rasanya sekeping hatiku hancur begitu saja. Luka menyeruak namun tak berdarah. Sakit kini kurasakan, perempuan  yang kucintai nyatanya tidak mencintaiku, dia mencintai sahabatku sendiri. Aku tertawa miris mengingat nasib malangku. Dia menusukku dengan sebilah belati, menghunus dadaku hingga sakitnya mencuat kepermukaan.

Aku mengusap wajahku dengan kasar mengacak rambut dan menepuk-nepuk dada berharap rasa sakit ini segera hilang. Setumpuk laporan tergeletak di atas mejaku, kuambil laporan itu lalu mengerjakannya, menyibukkan diriku sendiri.

Hampir satu jam aku bergelut dengan berkas-berkas dan pulpen. Mataku sedikit perih, kacamata yang bertengger di hidung mancungku segera kulepas lalu memijat bagian hidung di sekitar mata merenggangkan saraf-sarafnya.

"Darimana aja lo baru nongol?" aku tersentak kaget, Dhani mashk begitu saja tanpa mengetuk pintu.

Dhani, lebih tepatnya Dhani Wirdana, dia adalah salah satu sahabatku yang paling dekat denganku. Aku memiliki tiga sahabat yaitu Althaf Abrisam, kakaknya Kayla kemudian Muhammad Ilham Cholif yang barusn berhasil merebut sekeping hati Kayla dariku dan terakhir Dhani Wirdana, pria yang barusan saja membuyarkan lamunanku.

"Assalamu'alaikum." Salamku tanpa menghiraukan pertanyaannya.

Dia terkekeh sembari menjawab salamku. "Tadi Della nyariin lo tuh." katanya setelah mendudukan tubuhnya tepat di hadapanku.

"Ada apa? Jawabku tanpa melihatnya, aku masih sibuk dengan beberapa laporan di hadapanku.

Sedetik kemudian aku menatapnya melihat ia menggelengkan kepala, tangannya mengulurkan rantang makanan. Aku mengernyitkan dahi, bingung. Rasanya aku tidak pesan makanan, lantas kenapa nih bocah pakai bawa rantang makanan segala? Lagi demam mungkin.

"Apa nih?" tanyaku masih bingung. Sebenarnya aku juga tau isinya pasti makanan.

"Itu makanan dari Della, kayaknya Della suka sama lo deh, buktinya dia mau repot-repot bawain lo makanan."

Aku tersenyum tipis. Sebenarnyan mendapatkan makanan gratis seperti ini sudah biasa, dulu waktu aku coas hampir setiap hari perawat kasih aku makanan dan malah lebih dari satu, sampai bingung gimana cara menghabiskan makanan itu. Saking bingungnya aku kasih saja sama teman seperjuanganku, salah satunya ya Dhani. Tapi itu dulu beda dengan sekarang, malahan ini pertama kalinya saat aku bertugas di rumah sakit ini.

"Eh, suster Della itu pinter lo Iq, mending lo nikahin aja, di jamin hidup lo enak di masakin mulu tiap hari." ucapnya ngaco.

"Bukan tipe gue Dhan. Ambil aja buat lo." jawabku enteng.

Della salah satu suster yang bekerja di rumah sakit ini. Parasnya sudah tidak di ragukan lagi, sebelas dua belaslah sama Kayla namun tetap Kayla yang menang di hatiku. Siapa yang tidak mau mempunyai istri cantik seperti Della dengan wajah imut, bibir ranum kemerahan, hidung mancung, alis seperti bulan sabit dan bulu mata lebat yang menaungi pelopak matanya. Dia sempurna, memang idaman tapi aku tidak menyukainya, dia bukan tipeku.

Kamulah Takdirku (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang