Bagian 17

13.3K 813 95
                                    

Kayla : Kak rindu😩

Ih..., kenapa jadi alay gini? Alay banget sumpah.

Kayla menghapus tulisan itu kemudian mengetik ulang.

Kayla : Kak pu---

Send.

Astaghfirullah! Gimana dong? Jari kok nggak bisa diem sih? Tuhkan malah terkirim.

Kayla menepuk jidatnya membaca kembali pesan singkat itu, jarinya mulai menekan handphone-nya berniat menghapus pesan itu tapi sayang saat ia akan menghapus pesan itu sudah dibaca dan tertulis sedang mengetik.

Tuhkan dia bales. Bunda..., Kayla jawab apa kalau Kak Faiq nanya macem-macem? Bundaaaaaaaaaaaa.

Jauzi : Kangen yaaaaa? :😝

Sontak Kayla terloncat kaget, benda persegi yang ia pegang ikut terjun bebas dari tangannya dengan susah payah Kayla menangkap benda itu, sudah seperti menangkap kodok saja.

Uh..., untung nggak jatuh. Kalau sampai jatuh kak Faiq wajib ganti.

Jauzi : Sudah tidur?😭

Kayla menatap pesan singkat itu. Semburat senyum menghiasi wajahnya. Emot sedih. Batinnya. Hanya karena emot dia bisa tersenyum bahagia. Emot sedih yang berarti sangat dalam baginya membuat senyum itu tidak ingin enyah dari wajah cantiknya.

Jauzi : Good night Humaira. Jangan lupa mimpi dicium saya😜

Kayla : Astaghfirullah, Ih! Kak Faiq genit. 

Jauzi : Tapi sukakan ?😝

Read .....

Jauzi : Dibaca doang?😖

Read .....

Jauzi : Kemana sih?😏

Read .....

Jauzi : Baca aja terus nggak usah dibales, ya udah deh..., saya mau jalan dulu.

Kayla : Kemana? Sama siapa? Mau ngapain? Handphone dibawa nggak? Pulang jam berapa? Awas ya macem-macem!

Jauzi : Kenapa?

Kayla : Jangan macem-macem! Jangan pergi sama perempuan manapun selain Kayla. Kakak nggak boleh deket siapapun (PEREMPUAN) TITIK nggak pakek koma. Awas aja!

Kayla menepuk jidatnya kenapa ia sampai keceplosan dan kenapa juga ia jadi posesif begini? Sejak kapan ia menjadi perempuan super cemburu seperti ini? Kayla menghentak-hentakan kakinya kesal karena tidak bisa menahan jarinya saat meng-send pesan tadi.

Jauzi : Kencan.

Kencan?

Mata Kayla membulat sempurna, memelototi handphone yang ia pegang. Kata ‘kencan’ kini mengganggu pikirannya. Handphone yang ia genggam hampir saja ia lempar ke dinding. Kayla, perlahan tapi pasti mulai terbakar api cemburu. Kini jari-jemarinya menekan tombol telpon sebentar kemudian telpon itu tersambung.

“Assalamu’alaikum,” ucapnya sambil mengatur napas yang memburu sangat cepat, salamnya langsung dibalas oleh Faiq.

“Kakak di mana? Sama siapa?”

“Kangen ya?” ucap Faiq diiringi kekehan geli.

“Ih! Kak, Kayla nggak bercanda.”

“Iya deh iya..., lagi makan ini. Takut ya kalau suamimu yang ganteng ini digandeng wanita lain?”

Kamulah Takdirku (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang