Dion POV
Selamat siang gengssss.....
welcome to my world... asekkkk.... kaya apaan aja sih, hahaha.... maaf ya? Rada alay sedikit gak apa-apa ya? Ya elah, gak apa-apa dong, secara orang ganteng. Ganteng mah bebas, yoi gak tuh? Hahaha....Haduh, panas banget siang hari ini. Ya, hari ini aku dan beberapa rekanku sedang berada di sekolah SMA Mulia Abadi. Sekolah khusus anak-anak berseragam putih abu-abu, sekolah yang sangat terkenal. Terkenal mulai dari murid-muridnya yang berprestasi, terkenal akan kedisplinannya, terkenal akan semuanya. Ya, bisa dibilang sekolah Mulia Abadi ini adalah sekolah terfavorit di Kalimantan Barat, tepatnya di Singkawang.
Matahari yang terik, membuat kulitku yang hitam ini menjadi lebih hitam, tepatnya makin hitam makin manis, asekkk... keren gak tuh? Pastinya dong. Walaupun panas seperti ini, semangatku dan rekan-rekan untuk memberikan materi tentang Bela Negara ke sekolah favorit ini tak luntur pastinya. Ya iyalah gak luntur, emangnya baju apa ya pake luntur-luntur segala, hahaha....
Udah ah cuap-cuapnya, nanti pada bosen lagi. Eh, masa sih bosen? Yakin gak mau dengar tentara ganteng bercuap-cuap? Ah, nanti nyesel lho. Ok-ok, maaf ya sekali lagi.
Gedung yang bertingkat tiga ini sangat megah sekali. Banyak anak-anak remaja yang memakai baju seragam putih abu-abu itu sedang berada di luar kelas. Ya, memang sekarang ada jam istirahat kedua.
Aku, Tama, dan Lando pun berjalan menuju ke ruang guru untuk menyampaikan sesuatu yang penting saat nanti kami bertiga akan memberikan materi tentang Bela Negara.
Ya, memang kali ini adalah bagian kami bertiga untuk menyampaikan materi tentang Bela Negara. Asekkk... selalu bertiga nih.
Sepanjang koridor sekolah ini banyak sekali anak-anak SMA. Ya jelaslah, secara ini, kan lagi jamnya istirahat oon! Aduh, di situ terkadang saya merasa oon!
Hmm... maksudku itu, tepatnya banyak sekali anak-anak perempuan berseragam SMA itu berdecak kagum melihat kami bertiga. Tepatnya melihat aku. Plakk! Apaan dah!
Aku, Lando, dan Tama kami bertiga berjalan santai saja sepanjang koridor ini. Aku berada di sebelah kanan, Tama berada di sebelah kiri, dan Lando berada di antara kami berdua, di tengah-tengah.
"Gilaa... mimpi apa gue semalam bisa ketemu sama pangeran gue?"
"Leleh hati adek, bang!"
"Aduh, gak kuat adek, bang!"
"Take me out!!"
"Yang di tengah ganteng, deh!"
"Hmm... kagak, gantengan yang di sebelah kiri!"
"Kagaklah, gantengan yang di sebelah kanan. Punya gue itu!"
"Fix, gantengan yang di tengah, njir!"
Ok, hanya suara wanita yang kami bertiga dengar. Suara-suara mereka yang tersepona, eh terpesona akan kegantenganku. Eh, ralat. Terpesona akan kegantengan kami bertiga. Berasa menjadi artis dadakan kami bertiga hari ini.
"Izin, Danton, kita dipuji nih! Jadi malu, hehehe...." bisik-bisik Tama yang akhirnya tingkat kepedeannya sudah akut.
"Hahaha... iya, aduh, untung tadi udah pakai pomade duluan, biar kelihatan lebih klimis dan gantenglah!" aduh, nih lagi si Lando. Sok-sok mau tebar pesona lagi nih cowo satu.
"Halah, kalian berdua terlalu kepedean! Mereka itu puji-puji saya, hahaha...." balasku pada mereka.
Sejenak mereka berdua berhenti, lalu menengok semua ke arahku, "ngarep!!" ucap mereka berdua berbarengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Friend or Friend of Life?
Romance"Oh gitu, Abang lagi main ini nih!" "Itu apaan, Bang? Kok Dedek gak pernah lihat sih mainan kaya gitu?" "Ini namanya miniatur tentara, Dek. Tapi, mainan ini versi mininya. Jadi, ceritanya lagi main perang-perangan." "Oh iya, nanti kalau Abang suda...