Chapter 3

2.1K 167 14
                                    

Pagi yang indah, Matahari yang terang menerang sangat terik, dan suasana sejuk nan asri khas desa ini sangat segar. Hewan-hewan kecil mulai berterbangan mengarungi dinginnya pagi hari di Kalimantan Barat ini.

Begitu pula dengan Alya, wanita cantik ini sudah siap dengan pakaian kemeja batik, celana bahan berwarna hitam, serta sepatu hitam berhak yang tak terlalu tinggi yang menunjang penampilannya menjadi lebih cantik, tetapi masih terlihat modis. Dan ingat, tak lupa juga membawa beberapa buku yang berada di dalam tas yang dibawanya itu.

Ia melirik jam yang berada di pergelangan tangannya itu, waktu masih menunjukkan pukul 05.40 WIB. Dirinya masih bisa untuk mengisi perutnya yang lapar dan segera minta untuk disogok oleh masakan yang dibuatkan oleh Mama serta dirinya tadi pagi. 

Ya, memang gadis ini setiap harinya selalu bangun 03.30 WIB, lalu membantu Mamanya untuk menyiapkan sarapan pagi. Setelah selesai, ia kembali ke kamar untuk menidurkan dirinya sebentar, barang 30 menit. Jangankan 30 menit, 5 menit saja untuk dirinya sangat berharga. 

Karena melihat dirinya sudah rapih, segera wanita cantik berprofesi sebagai guru ini pun segera ke lantai bawah untuk berkumpul menyantap makan pagi bersama keluarganya. Terlihat semua anggota keluarganya itu sudah duduk rapih dengan seragam mereka masing-masing dan siap untuk melaksanakan makan pagi. 

"Selamat pagi, Ma, Yah!" sapa Alya yang riang sekali, dengan tangan yang menentang tas hitamnya dan juga beberapa buku mata pelajaran untuk mengajar murid-muridnya.

"Selamat pagi juga, Al!" jawab kedua orang tuanya secara bersamaan.

"Jadi, cuma Mama sama Ayah doang yang disapa! Ok, fix!" ceplos Joses emosi pada kakak nya itu.

"Haduh, jangan marah dong adekku sayang!" kata Alya sambil tersenyum manis pada adeknya itu. 

Joses yang melihat senyum sok manis kakaknya itu, ingin sekali ia menyiram muka kakaknya itu dengan air putih yang ada di depannya itu.

"Selamat pagi, Joses ganteng adekku sayang! Muachhhh!!!" sahut Alya dengan suara manjanya dan hal itu membuat Ayah dan Ibu mereka tertawa melihat anak gadisnya itu. Terlebih lagi jika melihat muka Joses, tercetak jelas di sana menampilkan muka menjijikan yang ada.

"Iyuuuu.... jijiklkkkk....... wuuueekkk......" nada Joses sok-sok muntah, "dih, jijik dah gue sama lu, Kak! Ya Tuhan, kenapa dengan kakak saya? Kok sedikit rada menjijikan." kata Joses bergidik ngeri dengan kakaknya itu.

Plaakkkk.....

"Sialan lu!" mendengar pernyataan sang adek. Hal itu langsung membuat ketawa sang kakak.

"Masih mau berantam terus?" tanya sang Ibu yang gregetan melihat kedua anaknya itu yang tiap hari selalu saja berantam.

"Hehehe.... iya, Ma!" jawab Alya cengegesan menjawab teguran dari sang Mama,  Ibu Sila.

"Tahu tuh, kakak duluan nyumpel mulut adek!" gerutu Joses dengan muka mesemnya dan agak tercetak jelas sedikit marah.

"Haduh, giliran satu rumah, berantam mulu. Giliran yang satu hilang, tanya-tanya mulu, kangen." Celetuk Pak Selo yang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anak-anaknya yang terbilang sudah cukup besar.

"Lagian Kak Alya yang cari masalah duluan sih! Gimana gak emosi, dasar kakak kagak tahu diri!" kata Joses masih dalam mode emosi.

"Eh, yang salah itu lu, dongo! Malah ngatain gue gak tahu diri! Pagi-pagi udah nyinyir aja lu, azzz...." begitu pula dengan Alya, beginilah dia jika sudah di luar sekolah, alias kalau sudah di rumah, pasti selalu saja ribut dengan adek laki-laki yang tengil baginya itu.

Childhood Friend or Friend of Life?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang