Chapter 12

1.8K 120 5
                                    


~Jika semua kebahagian ini adalah sebuah mimpi. Maka, jangan bangunkan aku dari tidur yang lelap dan indah ini~

Wanita berpakaian seragam yang sama dengan guru-guru yang lain itu sedang duduk di mejanya itu sembari mengoreksi lembar jawaban murid-muridnya itu. Ya, karena memang minggu ini sudah masuk ke dalam minggu-minggu anak sekolah melaksanakan Ujian Kenaikan Kelas (UKK) ataupun Penilain Akhir Tahun (PAT).

Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia itu sedang mengoreksi lembar jawaban siswa kelas 3 SD. Yaps, Alya juga mengajar anak kelas 3 sampai dengan kelas 6 SD. Oleh karena itu, bisa kalian bayangkan betapa sibuknya Alya sekarang. Belum lagi harus mengisi raport-raport dari kelas, karena ia merupakan wali kelas dari kelas 3 tersebut.

"Sibuk banget kayanya ya, Bu Alya?" suara berat milik Pak Lucky guru mata pelajaran Matematika itu.

"Iya nih, lumayan sibuk ngoreksi hasil ujian anak-anak, Pak Lucky." kata Alya tersenyum sebentar, lalu matanya itu masih fokus dengan kertas-kertas yang mau ia koreksi itu.

Ehm, jika kalian tahu. Kalau Pak Lucky ini sebenarnya menyukai rekan kerjanya itu, Bu Alya. Lebih tepatnya sudah 2 tahun lamanya Pak Lucky memendam rasa pada Bu Alya.

"Udah liat, gue lagi sibuk. Ngapain tanya lagi? Azzz...." kata Alya dalam hatinya.

Begitupula dengan Alya, sebenarnya ia sudah tahu kalau semisalnya rekan kerjanya itu menyukai dirinya. Alya pun tahu jika Pak Lucky menyukai dirinya dari Bu Anna. Ya, memang Bu Anna yang memberitahukan pada Alya.

Oleh karena itu, semenjak Alya tahu semua itu, sekarang dirinya mulai menjaga jarak dengan rekan yang menyukai dirinya itu.

Semua ia lakukan, agar Bu Sheila tidak salah paham dengan dirinya. Yaps, benar sekali Alya tahu kalau temannya itu menyukai Pak Lucky. Karena selama ini Sheila selalu bercerita bahkan curhat panjang lebar tentang Pak Lucky. Dan, Alya pun juga baru tahu beberapa bulan yang lalu jikalau Pak Lucky menyukai dirinya. Oleh karena itu, ia sekarang menjaga jarak dengan Pak Lucky, semata-mata ia melakukan itu untuk menjaga perasaan temannya itu.

Entah, kenapa Pak Lucky tidak menyukai Bu Shinta. Padahal Bu Sheila itu baik, dari keluarga yang berada, dan cantik. Pokoknya lelaki yang mendapatkan dia itu beruntung pasti.

Ya, bisa dibilang cinta segita dalam satu pekerjaan.

"Bu Alya sudah makan?" tanya Pak Lucky yang seperti biasanya memberikan perhatiannya pada Bu Alya. Hal itu agar bisa menarik perhatiannya Bu Alya.

Alya pun berhenti sejenak dari kegiatannya itu, meletakkan pulpennya di tumpukkan kertas-kertas itu, "kebetulan saya sudah makan dan mama saya juga membawakan saya bekal." sambil tersenyum (terpaksa) pada laki-laki di depannya itu.

"Oh gitu toh," sambil garuk-garuk kepalanya, "kalau gitu kita ke kantin aja yuk, Bu Alya? Sekedar kita minum es jeruk di kantin." masih berusaha mengajak.

"Eh, mau ke mana, Al?" tiba-tiba Bu Sheila baru saja datang dari pintu masuk ruang guru itu, "eh, ada Pak Lucky juga." sambil tersenyum manis pada pria yang ia idam-idamkan itu.

"Eh, Shin. Ini, mau ambil kertas-kertas koreksian dulu nih, kalau gak sempat koreksi di sini, mau dibawa pulang aja, Sheil." sambil merapikan kertas-kertas itu.

"Pak Lukcy udah koreksi ujian anak-anak?" tanya Bu Sheila basa-basi.

"Eh, kebetulan sudah, Bu. Hanya tinggal 2 kelas lagi, sih." balas Pak Lucky sambil tersenyum.

Suara handphone milik Alya berbunyi, pertanda ada yang menelpon dirinya. Segera Alya mengambil dan mengangkat telpon itu.

"Iya, siang juga, Bang." kata Alya sangat senang membalas sapaan dari orang di seberang sana.

Childhood Friend or Friend of Life?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang