Bab.3

11.5K 435 5
                                    

Tak terasa aku sudah sampai di depan rumahku, lalu aku turun dari motor Angga lalu memberikan helmku kepadanya.

"Besok berangkat jam berapa?" tanya Angga sambil mengaitkan helmnya di motor.

"Aku terserah kamu aja. enaknya jam berapa ya?" tanyaku balik.

"Ehmm,,, Gimana kalau agak siang aja. Setelah dari sana, Aku mau ajak kamu kesuatu tempat?" aku mengernyit bingung.

"Kemana?" tanyaku penasaran.

"Rahasia" jawabnya sambil membelai pipiku dengan lembut.

"Kenapa harus rahasia, kan aku jadi penasaran" ucapku kesal, Angga justru tertawa pelan.

"jangan ngambek dong sayang, pokoknya kamu lihat aja besok, semoga kamu suka nanti" ucap Angga sambil memelukku, kubalas pelukannya.

"Tuh kan.. Jadi makin penasaran." ucapku masih di dalam pelukannya.

Angga terkekeh lalu melepas pelukannya. "Tunggu aja besok, sekarang kamu masuk gih."

"Kamu nggak mampir? Yasa pasti nyariin kamu" ucapku untuk mengajaknya masuk.

"Maunya gitu., tapi ini sudah malam. besok aja, nanti kalau dia tanya bilang aja aku capek, oh iya salam juga buat camer" ucapnya yang membuat diriku senyum-senyum mendengar kata camer dari Angga.

"Iya nanti aku salamin" balasku, Angga pun mencium keningku singkat. Lalu naik lagi keatas motornya dan memakai helmnya.

"Sebelum aku pulang, aku mau dengar kata manis dari kamu dong sayang." pintanya, aku bingung apa yang Angga maksud, setelah beberapa detik aku baru mengerti.

"Ih.. Nggak-nggak, aku nggak mau." tolakku, mana mungkin aku bilang begitu, kan aku malu.

"Oh iya sudah kalau gitu, aku nggak jadi pulang, aku akan terus di sini" jawabnya angkuh sambil melipat tangannya di dada.

"Se..selamat malam sayang hati hati ya di jalan. jangan ngebut" ucapku lolos begitu saja dari bibirku. Dan itu membuat Angga tersenyum senang.

"Iya sayang selamat malam juga, jangan lupa mimpiin aku" aku mengangguk dengan senyum di bibirku.

kalau gitu masuk gih baru aku pulang. i love you" ujarnya menyuruhku masuk, aku berjalan kearah pagar rumah. Tidak lupa membalas ucapannya, meski aku mengatakannya sangat pelan aku yakin jika Angga bisa mendengarnya.

Aku menatap kepergian Angga hingga suara motornya tak terlihat lagi. Aku masuk ke dalam rumah. aku pikir mereka sudah tidur. ternyata belum, mereka masih asyik menonton televisi, Aku menghampiri mereka.

"Assalamualaikum," salamku dan aku menyalami tangan Ayah dan Bunda.

"Waalaikumsalam, tumben nak jam segini baru pulang. di ajak kemana aja sama Angga" tanya Ayah, dan belum sempat aku jawab Yasa sudah berbicara duluan.

"Iya Mbak. di ajak kemana aja sama Angga, soalnya tadi dia sempat Whatsapp aku pingin ajak Mbak jalan. terus suruh bilang ke Ayah sama Bunda, cie mbak sudah mau sama Angga ya.. Ehmm gitu kemarin-kemarin sok galak." ucap Yasa menggodaku. Aku mendelik melempar batal sofa kearahnya.

"Benar nak kamu sudah menerima Angga?" tanya Bundaku dengan binar di matanya

"Iya Bun. Aku sudah menerima Angga, aku berpikir. Jika Angga baik." jawabku jujur.

"Alhamdulillah" ucap Ayah dan Bunda berbarengan.

"Tapi Ayah Bunda, memangnya tidak apa-apa. Aku menikah dengan Angga? yang usiaku dan Angga cukup lumayan jauh" tanyaku kepada mereka.

Cinta Tanpa Batas (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang