Bab.19

5.8K 183 0
                                    

^^HappyReading^^

---------

Mataku makin berbinar ketika aku sudah masuk kedalam, bagaimana tidak senang ini adalah tempat yang paling aku suka ya itu Pasar Malam, dari kecil Ayah dan Bunda selalu mengajakku ke tempat seperti ini jika Ayah libur kerja. aku dan Yasa kadang menangis jika di ajak pulang karena masih ingin bermain padahal kami sudah berjam-jam bermain di Pasar Malam. lucu memang tapi ya bagaimana namanya juga masih kecil.

Tuk!!

Sebuah jitakkan mengenai keningku ku lirik kesamping ternyata Angga yang menjitak. "kok ngelamun?

"Tadi aku keinget Ayah sama Bunda waktu kecil aku sama Yasa suka di bawa ke tempat kaya gini, lagian kamu kok tahu sih aku suka ke Pasar malam" tanyaku penasaran.

"Tahu lah,, Angga gitu apa sih yang nggak aku tahu tentang kamu, apa lagi sekarang aku sudah tahu luar dalam tentang kamu termasuk,,, Bagian tubuh kamu" Bisik Angga aku yang mendengarnya langsung mencubit perutnya.

"Awww... Sakit" Ringis Angga mengusap perut nya yang aku cubit.

"Biarin,, siapa suruh ngomong gitu, nggak malu di dengerin orang" jawabku jutek Angga terkekeh sambil merangkul pundakku.

"Iya maaf deh,, sekarang kita kemana jalan-jalan apa mau main?" Mendengar itu aku langsung menoleh kearah Angga tapi aku terkejut karena jarak wajah kami sangat dekat bahkan hidung kami sudah menempel.

Cukup lama kami saling bertatapan aku terpesona oleh mata hitam legam Angga yang begitu indah hingga suara anak kecil menyadarkan kami.

"Mama ayo aku mau main itu" suara anak kecil di sampingku. "Iya nak tunggu.. Jangan lari" suara ibu si anak tadi lalu mengejar anaknya yang lari duluan.

Aku jadi salah tingkah sendiri karena aku terlalu larut dalam situasi. "Kok jadi diam? Ini nggak jadi main?" Angga melirikku jahil, aku tahu kalau Angga sedang meledekku. Karena kesal aku langsung saja jalan meninggalkan dia di belakang yang terus memanggilku.

Langkahku terhenti mataku berbinar ketika melihat permainan yang sudah lama aku tidak naiki. "Sayang kamu marah ya?" suara Angga terdengar di sampingku.

"Iya aku marah tadi, tapi,,," jawabku menghadap kearah nya.

"Tapi apa?"

"Aku mau naik itu" tunjukku kearah permainan di depanku. Angga terkekeh lalu mengacak rambutku.

"Tapi beneran nggak marah kan?" aku menggeleng sebagai jawaban. "Terus kenapa tadi aku di tinggal, kan aku jadi di lihatin orang" protes nya yang membuat aku memutar bola mataku malas.

"Ini mau main? Atau bedebat" Angga menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil mesam-mesem nggak jelas.

"Hubbyyy,,,, sebenernya ini jadi main nggak sih" kesalku memukul dada bidang nya yang malah dia tertawa, Angga meraih tanganku lalu di genggam nya.

"Iya ya ayo,," ajaknya lalu melangkah kearah permainan itu. Fix aku malu karena beberapa orang ternyata tadi memperhatikanku dengan Angga. Aku sedikit menunduk ketika melewati mereka.

Setelah Angga membeli karcis kami akhirnya naik wahana yang murah dan hanya ada di pasar malam seperti ini, ya itu bianglala aku suka kalau sudah sampai di atas. aku bisa melihat indahnya kota dari atas sini, dan berubung ini malam jadi aku melihat indah nya kerlap-kerlip lampu kendaraan atau pun lampu dari gedung-gedung di kota Surabaya ini sungguh indah.

Aku menoleh kearah Angga yang ternyata sedang melihat pemandangan juga.

"Indah ya?" tanyaku melihat kembali keluar.

Cinta Tanpa Batas (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang