Bab.12

7.5K 259 1
                                    

Sebulan sudah aku tinggal di surabaya, sebulan juga Angga menjadi CEO di kantor papa mertua yang ada di surabaya, aku sudah nyaman tinggal di sini walaupun pekerjaanku sekarang cukup banyak mulai yang harus teliti menghitung pendapatannya, harus apa yang perlu di perbaharui menu dan sebagai nya apa lagi aku juga harus ngurus rumah, tapi itu semua membuat ku bahagia, cuma satu yang membuat ku sampai saat ini terus berpikir dan menata kesiapanku, ya itu hak milik Angga dariku, aku sampai saat ini belum melaksanakan kewajiban ku sebagai istri, bukanya aku belum cinta dengannya tapi itu semua dari diriku sendiri yang merasa takut, walaupun Angga hanya diam saja tapi aku yakin sebagai seorang pria normal dia juga ingin melakukan nya, Maafkan aku ya allah. Maafkan aku suamiku tapi aku berjanji aku akan segera menyerah kan hakmu padamu.

"Sayang" suara Angga menyadarkanku dari lamunanku, ku toleh dan ternyata dia sudah turun dari kamar dengan menenteng jas dan tas kerja nya, aku menghampiri nya dan tersenyum kepadanya.

"Sampai kapan kamu nggak bisa pakai sendiri sih?" ujarku sambil memakai kan dasinya, karena jika pagi begini dia sudah memanggil ku itu tandanya aku harus memakai kan nya dasi, katanya dia tidak bisa memakai nya dulu saja mama mertua yang selalu memasangnya jika sekolah.

"Sampai seterusnya, biar aja aku nggak bisa pasang, kan ada kamu, aku mau kamu yang pakaikan tiap hari" aku mendengus mendengar jawaban nya itu benar benar cuma alasan, karena ketika aku sedang memakai kan dasi dia terus menatapku sambil tersenyum dan tangannya melingkar di pinggang ku dan ketika nanti aku sudah selesai dia pasti akan.

Cup!

Cup!

Cup!

Menciumku tiga kali ya itu di kening, pucuk hidung dan yang terakhir di bibir, aku bukan nya tidak suka justru aku suka, tapi itu membuat jantung ku tidak normal berdetak hingga bisa kudengar sendiri, semoga Angga tak bisa dengar detak jatung ku, bisa malu aku.

Aku sudah memberikan roti dengan selai coklat dan susu coklat kesukaan nya.

"Sayang barusan mama telepon katanya hari ini mama mau kesini, kangen kamu katanya"

"Oh iya?, sama papa juga?"

"Nggak tau mama nggak bilang sama siapa, tapi kan papa sekarang lagi di Singapura sayang mungkin minggu depan baru pulang" ucapnya. Oh iya aku baru ingat kalau papa lagi di luar negeri, berarti mungkin mama bakal kesini sendiri.

"Iya sudah nanti aku mau ke supermarket beli bahan bahan buat makan siang sama malam" ucapku sambil mengunyah rotiku.

"Perlu di anter?" tanya nya.

"Nggak usah, aku naik taxi aja, aku nggak mau ganggu kamu kerja" jawab ku ku lirik Angga tersenyum dan sedikit menggeleng.

"Kamu kok ngomong gitu sih sayang mana pernah kamu ganggu aku, aku justru senang kalau kamu mau minta di temannin" protes Angga.

Aku meraih tangannya dan ku genggam. "Selagi aku bisa sendiri aku nggak papa kok sendirian aja lagian kamu ini kan bos, baru sebulan lagi, masa sudah mau telat datangnya kan nggak enak sama karyawan kamu," ujarku sambil menatapnya lembut.

"Makasih ya sayang kamu memang pengertian" aku mengganguk dan tersenyum.

---------

Setelah Angga pergi ke kantor aku melihat keadaan cafe pagi ini, setelah kurasa semua aman dan bisa kuserahkan ke Darto untuk mengawasi nya aku kembali pulang untuk bersiap siap ke supermarket, hari ini aku ingin masak yang special untuk mama mertua ku, kebetulan stok bahan makanan habis jadi aku sekalian membeli nya, aku sebenernya bukan tidak mau Angga menemani ku tapi aku tak ingin menggangu dia bekerja, pernah waktu itu ketika aku sedang pergi ketoko bahan bahan kue aku lupa membawa dompet padahal semua yang aku perlu sudah aku ambil dan sedang antri di kasir tanpa berpikir aku justru menelpon Angga, rasa bersalah langsung menghampiri ku karena ternyata Angga sedang ada meeting penting dengan client dan dia justru membatalkan meeting itu hanya karena diriku padahal aku sudah bilang jangan menyusul meeting itu lebih penting, tapi dengan santai dia berkata tidak ada yang lebih penting dari kamu katanya, pekerjaan bisa di tunda dan bisa di lanjutkan lagi, tapi kalau aku sedang kesusahan maka aku yang jadi paling penting bagi Angga, aku benar benar terharu mendengarnya, Angga adalah suami yang baik, pengertian, romantis, perhatian, semua yang baik ada pada dirinya dia adalah imam terbaik untuk ku, sungguh aku bersyukur allah telah menjodohkan ku dengan Angga kini giliran diriku harus berusaha menjadi istri terbaik untuknya.

Tidak terasa aku sudah sampai di depan supermarket aku langsung turun dari taxi dan berjalan untuk masuk, tapi karena aku sedang fokus dengan tas ku tiba tiba aku menabrak tubuh seseorang hingga tas ku terjatuh.

Ketika aku sedang mengambil barangku yang berserakan di lantai sebuah suara yang aku sangat kenal memanggil ku.

"Alya?" suara bariton itu benar benar aku kenal, aku hanya diam dan meremas tasku aku belum berani menatap wajahnya.

"Alya kenapa kamu tega menikah dengan orang lain,? aku sudah bilang padamu untuk menunggu ku lagi, aku akan berjuang untuk kita bersama lagi, tapi apa kamu justru menikah dengan pria lain," aku mendengarnya membuat emosiku memuncak, bagaimana bisa dia berpikir aku yang tega, jelas jelas dia yang salah, aku berdiri dan menghadap kearah nya dengan emosi penuh tak perduli ini tempat umum.

"Apa kamu bilang aku tega? Aku nggak salah dengar kan,? Yang harusnya bilang seperti itu adalah aku, kenapa kamu tega menikah dengan wanita lain, sementara aku masih menunggumu, kamu nggak tau kan gimana menderita nya aku selama kamu pergi dan setelah kamu kembali kamu justru membuat aku terpuruk dan sakit hati. Tapi itu dulu dan sekarang aku sudah bahagia dengan suami aku jadi di antara kita sudah tidak ada apa apa lagi aku berharap ini adalah pertemuan kita yang terakhir," ucapku dengan tegas, aku berbalik ingin meninggal kan, tapi ketika baru selangkah aku maju, tiba tiba dia menarik ku ke suatu tempat aku sudah meronta tapi dia begitu erat menarikku aku berteriak meminta tolong tapi mulut ku di bekap padahal tadi ketika aku meluapkan emosiku ada beberapa orang melihat ku tapi ketika aku di tarik pergi orang orang itu justru pergi entah kemana.

Aku di bawa ke tempat yang sangat sepi tubuhku di hempaskan ke tembok dia mencengkram pundak ku sangat kuat, sungguh aku benar benar takut, baru kali ini aku melihat seorang Hendra begitu marah terlihat dari matanya.

"aku menikah dengan nya karena aku punya alasan, aku mencoba menghubungimu untuk menjelaskan semuanya tapi selalu tidak bisa, kenapa kamu tidak mau memberiku kesempatan untuk menjelaskan nya, Hah?" bentak nya, aku sungguh takut melihat amarahnya.


dia mendekat ingin menciumku aku memalingkan wajahku aku hanya bisa menangis, tiba tiba terlintas wajah kecewa dan marah dari Angga membuat ku semakin takut, aku tak ingin membuat kecewa Angga, aku harus melakukan sesuatu sebelum Hendra berbuat macam macam padaku, sekuat tenaga aku berontak agar aku bisa pergi dari sini tanpa pikir panjang aku menendang alat vital Hendra, dia tersungkur dan ini kesempatan aku untuk pergi tapi dia menjegal kakiku hingga aku terjatuh kurasakan kepalaku terbentur sesuatu yang cukup keras keningku ada yang menetes tapi aku tak perduli, aku meraih kayu yang cukup besar lalu kuhantam ke kepala Hendra hingga dia pingsan, setelah itu aku berlari sekuat tenaga ketika aku sudah berada di pinggir jalan mungkin karena efek kepala ku yang berdarah pusing yang sangat kurasakan hingga tanpa sadar aku berjalan ketengah jalan tiba tiba sebuah mobil hampir menabrak ku, tapi beruntung mobil itu sudah berhenti tepat di depanku dan kini aku terduduk sambil memegang kepala ku yang sangat sakit aku sudah tidak kuat mataku mulai kabur orang orang di sekitar ku mulai datang tapi ketika aku sudah benar benar tidak kuat menahan sakit di kepalku kurasakan tubuhku di dekap seseorang samar samar aku mendengar dia memanggil namaku, aku melihat wajahnya yang begitu sangat khawatir padaku sebelum aku menyebut namanya kegelapan sudah menghampiri ku.

--------

Maaf typo di mana mana 😀

Cinta Tanpa Batas (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang