4

5.9K 232 3
                                    

Sebuah daerah di Jakarta Selatan

Harry dan teman-temannya merangkul pasangan mereka masing-masing, memaski tempat clubbing didaerah Jakarta Selatan.

Semua cowok berpakaian santai dan para cewek berpakaian liar dengan baju yang serba kekurangan bahan dari atas sampai bawah. 

Mereka langsung menuju sofa yang telah mereka pesan. Tidak lupa untuk memesan berbagai macam jenis minuman. Semuanya berjoget merayakan kemenangan dan juga sambil melakukan ciuman liar mereka. 

Selingan berjoget tentu mereka merokok. Bukan hanya yang para cowok saja tapi yang perempuanpun juga mengisap rokok mereka dalam-dalam. Mereka saling memaksa temannya minum sampai mabok. 

Aksi liar ini merupakan rutinitas mereka setelah balapan atau disaat bosan.


***


Drrtttt...drrtttt.....

Harry terbangun kepalanya terasa sakit. Dia pindahkan tangan seorang wanita yang sedang memeluknya. Dengan malas Harry mengangkat teleponnya.

"Halo." Kata Harry dengan setengah sadar

"Kamu dimana? Kenapa semalam nggak pulang? Baru sampai Indo udah langsung kelayapan."

"Iya kek, sebentar lagi aku pulang. Aku menginap dirumah teman."

"Cepetan pulang! Ada yang harus kita bahas." 

"Hee-ehh.." Harry mematikan panggilan tersebut.

"Sayang...sayang......" Harry menggoyangkan badan Mitha dengan mata masih tertutup.

"Kenpa sayang? Aku masih ngantuk." Mitha mengubah posisinya membelakangi Harry.

Sekarang mereka berada didalam apartemen mewah Mitha yang tentunya dibelikan oleh Harry. Setelah mereka mabuk-mabukan, tentu saja mereka tidak dapat menahan diri melakukan aksi panas yang berlangsung hanya satu ronde dan sambil setengah sadar.

Setelah mereka sama-sama melakukan pelepasan mereka langsung tertidur.

Harry mengambil sebuah handuk dari lemari Mitha dan menuju kamar mandi untuk menghilangkan jejak alkohol dan rokok yang melekat pada tubuhnya.

Keluar kamar mandi, Mitha sudah terbangun tapi masih dengan badan telanjangnya yang tertutup selimut. Berbeda dengan Harry yang sudah berpakaian.

"Sayang." Panggil Mitha

"Jangan goda aku Mit, aku harus buru-buru pulang."

"Badan aku rasanya semuanya sakit-sakit." Mitha memanyunkan bibirnya.

"Yaudah nanti kamu pergi ketempat refleksi aja. Duit yang kemarin aku kirim masih ada kan?"

"Cowok nggak peka." Keluh Mitha

Harry menghampiri Mitha dan duduk dipinggir ranjang. Kemudian mencium bibirnya.

"Iya maafin udah bikin badan kamu sakit-sakit. Tapi kamu juga enak kan?" Ledek Harry.

Harry menuju pintu keluar dan menuju parkiran mobil.


***


Harry duduk dimeja makan. Para pekerja mengantarkan berbagai jenis makanan untuk Harry makan siang. Selang beberapa menit Billy keluar dari ruang kerjanya dan ikut duduk dimeja makan. 

"Semalam kemana kamu?" Tanya kakeknya.

"Ketemu teman-teman lama. Ada apa kek tadi nelpon?"

"Kamu kapan mau belajar ngurusin perusahaan? Kakek udah terlalu capek mengurus ini semua. Kakek udah mau santai-santai saja."

Suara tangisan bayi tiba-tiba terdengar. Dia tau pasti ini suara adik tirinya. Sejak sampai di Indonesia Harry belum sempat melihatnya. Bahkan dirinya tidak ada niatan untuk melihat seperti apa wajah bayi tersebut. Bayi tersebut mengingatkannya kepada orang-orang yang dia benci yaitu ayahnya dan selingkuhan ayahnya.

"Aduh berisik banget sih itu kek." Keluh Harry.

"Namanya juga bayi. Jadi kapan?" Belum sempat Billy menyelesaikan omongannya. Tiba-tiba Harry berteriak membentak.

"Suster, suruh diam dong itu bayi! Bikin kepala tambah sakit saja!" Teriak Harry.

"Aku ke kamar dulu kek. Nggak kuat aku dengar suara bayi berisik. Bi, anterin makanannya ke kamar. Saya makan dikamar saja."

Setelah Harry selesai makan, bayi tersebut masih tidak menghentikan nangisnya. Suaranya benar-benar membuat Harry kesal. Terpaksa Harry keluar kamar memanggil bibi yang bekerja pada keluarganya.

"Ya kenapa den?"

"Bi, saya mau tidur lagi. Itu bayi berisik banget. Kepala saya jadi sakit. Itu suster bisa kerja nggak sih? Mas suster nggak bisa bikin bayi diam."

"Maaf den, Tiba-tiba demam den Williamnya. Jadi rewel banget."

"Panggil dokter kalau gitu."

"Tadi udah datang dokternya."

"Terus katanya apa? Nggak dikasi obat bius biar diam?"

"Kata dokternya, dia kangen ibunya pasti."

"Aishh! Rewel banget sih itu bayi. Yaudah lah bi." Sejujurnya ada rasa kasihan ketika Harry mendengar hal tersebut. Tapi rasa tu dibuang jauh-jauh. Dia tidak mau memikirkannya.

Harry menutup kasar pintu kamarnya. Dia menutup kepalanya dengan bantal. Tapi tangisan bayi tersebut masih bisa terdengar.

Tiba-tiba kakeknya memasuki kamarnya.

"Kakek ngapain ke atas? Nanti kalau jatuh ditangga gimana?"

"Kakek cuma mau nanya jadi kapan kamu belajar mengurus perusahaan?"

"Aku nggak bisa kek. Aku nggak mampu." keluh Harry.

"Kenapa nggak mampu? Kamu pintar kok. Buktinya di Amerika aja kamu dapat beasiswa. Malahan kamu jauh pintar dari ayah kamu."

"Aku nggak punya ayah kek."

Kakeknya malas berdebat. Sebenarnya dia ingin sekali menceramahi cucunya yang tidak pernah menganggap ayahnya sendiri.

"Jadi kapan?" Tanya kakeknya.

"Yaudah besok aku ikut kakek ke kantor." Dengan terpaksa Harry mengikuti kemauan kakeknya. Tidak ingin membuat satu-satunya orang yang dia sayang kecewa.

"Oke bagus!" Kemudian Billy keluar dari kamar Harry.


.

.

.

.

OMG nggak sadar nulis langsung sebanyak ini dari jam 12an malem sampe jam setengah enam pagi. Pantesan jari sama pundak Author sakit-sakit.


Kalau peminatnya banyak akan dilanjutin kok. Makanya semua pada vote dan komen. 

Udah dibuat kok cerita lanjutannya. Tinggal di-publish

Author nunggu respon para pembaca 


Setuju nggak nih dilanjutin 

(Y/N) ? pada komen ya


Setiap hari Author update deh. 

Soalnya cerita ini udah ada bayangan dari lama jalan ceritanya. 

Jadi idenya numpuk terus.

Kalau nggak karena jari author udah minta istirahat pasti udah d lanjutin terus :(

Sudah biasa kok Author tidurnya kebalik kayak kalong :)






Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang