Demonías Malvado

407 32 0
                                    

Hari ini, tiba waktunya untuk berpetualang ke dalam hutan itu. Tidak seperti Calvin saat ini, Ia terus menarik tanganku agar melihat sekeliling kota Virbonus dari kaca mobil. Sampai-sampai Anna mengendarai mobilnya sambil tertawa melihat tingkah Calvin yang berubah kekanakan. Butuh waktu satu jam untuk sampai di hutan tersebut.

"Calie, maafkan aku. Aku tidak bisa ikut denganmu," ujar Anna.

Aku tersenyum maklum, "Tidak apa, An. Jangan merasa bersalah."

Kemudian kami bertiga sudah sampai di depan hutan tersebut. Suasana sepi dan mencekam langsung terasa disini. Aku keluar dari mobil dan disusul Calvin dan Anna. Anna menggenggam tanganku dan tersenyum lembut.

"Hati-hati, Calie. Semoga petualanganmu menyenangkan dan tidak terjadi hal berbahaya yang menyerangmu."

Aku melepas genggaman tangannya dan beralih mengelus kedua bahu Anna, "Iya, An. Terima kasih atas semuanya ini."

Anna mengangguk, "Oh iya! Maaf, aku belum memberitahu tentang hutan ini sekaligus namanya."

Calvin menghampiriku dan Anna. Wajahnya terlihat penasaran saat Anna mengatakan hal itu. Ia menaruh sebentar sleeping bagnya di tanah.

"Nama hutan ini adalah Demonías Malvado. Nama ini berarti Iblis jahat. Karena konon katanya disini terdapat iblis jahat yang suka menusuk jantung manusia."

Aku menelan ludah. Cerita ini cukup membuatku sedikit ketakutan. Aku melirik Calvin, Ia terlihat serius saat mendengarkan penjelasan Anna.

"Dulu ada seorang petualang dari Spanyol yang datang kesini. Dan langsung memberi nama seperti itu karena Ia hampir saja terbunuh oleh iblis jahat tersebut. Tapi hampir semua orang yang tinggal di sekitar sini, percaya kalau ini hanyalah mitos belaka. Kalian tidak perlu takut, di dalam sana ada satu air terjun yang sangat indah," Anna mengakhiri kalimatnya.

Aku menoleh pada Calvin, "Apa kau membawa kompas?"

"Iya. Apa kataku, pasti disana ada air terjun yang indah," ucap Calvin.

Aku terkekeh lalu mengacak rambut Calvin sebentar. Anna tersenyum dan berpamitan untuk pulang. Ia menciumi kedua pipiku dan melambaikan tangannya saat berjalan menuju mobil.

Ketika mobil Anna sudah jauh, Calvin mengambil sleeping bagnya dan berjalan memasuki hutan bersisian denganku. Udara sejuk menerpa kulit, penerangan dari sinar matahari tidak terlalu banyak karena pohon disini tumbuh hampir berdempetan. Suara kicauan burung dan beberapa hewan lainnya seperti menyambut kedatangan kami berdua.

"Hutan ini sepertinya luas sekali," ucapku sambil mengedarkan pandangan ke sekitar hutan ini.

"Butuh sekitar berapa hari kita menjelajahi hutan ini?" Calvin bertanya.

Aku menggeleng, "Biasanya kita hanya menjelajah sepertiga dari hutan yang kita kunjungi butuh waktu sekitar empat sampai lima hari."

"Apa kau tertarik untuk menjelajah hutan ini selama seminggu?"

Aku menoleh kepada Calvin. Itu ide bagus. Aku ingin mencoba pengalaman seru dari hutan ini dengan lebih berlama-lama menjelajahi hutan Demonías Malvado dan mencoba menemukan kebenaran mitos tersebut.

"Boleh. Kita juga akan mencari air terjun yang dimaksud Anna tadi."

•••

Berkali-kali aku melompati akar besar yang menonjol dari dalam tanah, berkali-kali juga aku menyingkirkan ranting yang menghalangi jalanku. Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, kakiku mulai pegal. Aku dan Calvin memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon besar.

Calvin membuka tas dan mengambil sebotol air mineral lalu meneguknya. Aku juga melakukan hal yang sama, tidak lupa aku meluruskan kaki dan memijatnya pelan. Ini aneh. Selama aku berpetualang di dalam hutan, baru kali ini aku merasa kepanasan. Padahal tadi di depan hutan, udaranya masih terasa sejuk. Aku menoleh pada Calvin yang sedang menyeka peluh di dahinya.

"Apa kau kepanasan?" tanyaku.

Calvin mengipasi lehernya, "Iya. Hutan ini aneh. Seharusnya pohon-pohon besar ini membuatku merasa sejuk, tapi ini sebaliknya."

Benar. Aku juga masih bertanya-tanya dalam hati. Tiba-tiba saja terdengar suara seperti seseorang yang mendekatiku. Aku mengedarkan pandangan, dan mulai berdiri. Calvin sepertinya merasakan hal yang sama. Ia mengeluarkan pisau lipatnya dari dalam saku dan mencengkram erat salah satu tanganku.

"Hati-hati, Kak," bisiknya.

Aku mengangguk. Suara itu semakin mendekat. Beberapa kali aku mendengar suara dahan yang terinjak dan suara geraman berat. Apa itu hewan buas? Aku menggigir bibir bawah untuk bersiap bertemu dengan hewan itu.

Benar saja. Aku terlonjak kaget ketika seekor harimau berukuran sedang menghampiriku dan Calvin. Ada yang aneh. Harimau itu berjalan pelan dan nampak kesakitan. Aku menurunkan tangan Calvin yang masih menodong harimau itu dengan pisau lipatnya.

"Sepertinya harimau itu terluka," ujarku pada Calvin.

Calvin tidak menjawab. Ia mendekati harimau itu dengan hati-hati. Aku juga mengikutinya dari belakang. Dari sini bisa dilihat, ada bekas luka cakaran di sisi kiri tubuh harimau tersebut.

"Kita harus segera mengobatinya."

Aventura Con Angel (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang