Angry

309 21 0
                                    

Setelah menghabiskan makan malam, Calvin segera beranjak tidur. Tadi Ia sempat membuka ponselnya untuk bermain sebentar, tapi katanya tidak ada sinyal sama sekali. Jadi Ia memutuskan untuk tidur. Aku mengecek ponsel, ada beberapa pesan dari Anna yang belum kulihat. Aku tidak bisa membalasnya, karena sinyal memang tidak ada sama sekali. Sial.

Suara jangkrik saling bersahutan memekakkan telinga. Nyamuk-nyamuk mulai menggigit kulit, juga suara burung hantu yang menggema. Aku merapatkan jaket. Sejak kehadiran Axel, udara di sekitarku terasa semakin dingin. Tapi diriku juga merasa lebih aman saat di dekat mereka.

"Kau tidak tidur, Nona?" Axel bertanya.

"Jangan panggil aku Nona. Panggil Calie saja."

Axel tersenyum, "Iya. Kau tidak tidur, Calie?"

Aku menggeleng pelan, "Belum mengantuk. Kau juga tidak tidur?"

Axel menggeleng. Ia melemparkan kerikil ke atas api unggun. Aku melirik ke arah lain, terlihat Alby sedang melemparkan senyum ke arahku. Ia menekuk lututnya sampai dada, tangannya digunakan untuk mengapit lutut.

"Alby, kalau kau ingin melihat Calie lebih jelas, jangan jauh-jauh dari sini!" Axel berseru sambil tertawa kecil.

Aku menoleh cepat ke arah Alby. Ia memamerkan diritan giginya yang rapi dan bersih kepadaku, alisnya naik turun menggodaku. Aku kembali melihat Alby, Ia memutar bola mata lalu beranjak untuk duduk di sebelahku. Sekarang aku bingung harus bagaimana jika di posisi seperti ini.

"Aku ingin menanyakan sesuatu," ucapku kemudian.

"Silahkan," balas Axel.

Aku bergumam kecil memikirkan kalimat-kalimat yang pas untuk ditanyakan. Mereka berdua terlihat penasaran menunggu kalimat yang akan kulontarkan.

"Maaf sebelumnya, ebenarnya kalian berasal darimana? Kalian membuatku bingung, dengan kedatangan kalian yang tiba tiba," aku bertanya dengan hati-hati.

Mereka terdiam, saling menatap. Semoga kalimatku tidak menyinggung perasaan mereka.

"Kami datang dari jauh," Alby menjawab.

"Jauh?" aku mengernyit.

Mereka kembali diam. Lama-lama kepalaku bisa meledak jika pertanyaan seperti ini terus memenuhi isi kepalaku. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku, kalau aku sangat penasaran tentang hal ini. Apalagi jika ini menyangkut tentang diriku.

"Kenapa kau selalu menyebut nama Devilo jika aku menanyakan tentang hutan ini?" aku kembali bertanya.

"Karena ini memang wilayahnya. Aku harus melindungimu," jawab Alby tanpa mau menatapku.

Aku hanya diam. Percuma saja, jika aku terus menyerang mereka dengan pertanyaan semacam ini, pasti jawabannya tidak sesuai yang kuinginkan. Kalau seperti ini terus, lebih baik aku tidur.

"Dirimu butuh istirahat. Tidurlah," ucap Axel.

Aku beranjak berdiri. Mereka mendongak menatapku, "Memang. Lebih baik tidur. Percuma saja jawaban dari pertanyaanku akan selalu sama," kataku menyindir.

Aku tidak peduli bagaimana ekspresi mereka. Yang terpenting saat ini hanya tidur. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, besok harus melanjutkan perjalanan jam lima pagi. Aku membuka sleeping bag, lalu membaringkan tubuhku disana. Rasanya sangat nyaman.

Sebelum memejamkan mata, aku melirik Axel yang terlebih dahulu berbaring di atas tikar. Kemana Alby? Aku tidak peduli, diriku sangat lelah. Tapi saat mataku baru saja terpejam, hawa sejuk bisa kurasakan di dekatku. Aku berganti posisi menjandi menyamping. Sekarang, rasanya seperti ada seseorang di belakangku.

"Maaf."

Suara bisikan itu terdengar jelas di telingaku. Apalagi saat orang itu menyibak rambutku dan mencium tengkuk leherku, lagi.

•••

Sarapan kali ini menggunakan roti. Axel dan Calvin begitu lahap memakannya, sedangkan aku hanya memakan setengah. Pikiranku hanya teringat kejadian semalam, saat jawaban dari pertanyaanku selalu itu-itu saja. Aku menghembuskan napas berat, dan beranjak untuk mengambil ponsel. Tidak ada pemberitahuan apapun. Aku tau dari tadi Alby memperhatikanku, tapi aku hanya diam tanpa mau melihatnya. Aku masih marah.

"Kak, mari kita foto-foto dengan mereka!" Calvin berseru sambil mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.

Aku tidak tertarik sama sekali. Tapi demi membuat hati Calvin senang, jadi aku memutuskan untuk pergi menuju Calvin dengan berat hati pastinya. Ia menampilkan senyum lebarnya, lalu membawa ponsel ke depanku. Terlihat dari kamera depan, Alby dan Axel tersenyum lebar juga dengan Calvin. Aku memaksakan senyumku, lalu Calvin mengambil foto itu.

Setelah lima kali berfoto, aku menyuruh mereka bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Sungguh, berfoto tadi membuatku sedikit gugup. Posisiku berada di samping Calvin, lalu sebelahku ada Alby, dan di sebelah Calvin lagi ada Axel. Huh, jantungku nyaris copot.

"Kemarin aku juga sempat berfoto dengan Fort di gubuk," ujar Calvin di sampingku.

Kapan? Aku bahkan tidak tau Calvin sempat berfoto dengan Fort waktu itu. Aku membalas ucapan Calvin hanya dengan senyuman, aku hanya memikirkan pertanyaan itu. Kini aku berjalan di belakang dengan Calvin, Alby dan Axel berjalan di depan. Perjalanan dilanjutkan.

Aventura Con Angel (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang