Harimau yang kuobati ini ternyata sudah berusia puluhan tahun. Tubuhnya kurus tidak terawat, dan banyak bekas cakaran dari hewan lain. Aku dan Calvin mengobatinya dengan hati-hati agar harimau itu tidak terlalu kesakitan. Hari semakin siang, udaranya juga semakin panas meskipun angin yang berhembus cukup kencang.
"Sudah selesai," ujarku sambil membuang kapas yang sudah kuberi obat merah.
Calvin membereskan peralatan P3K dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Harimau itu nampak kelelahan, tubuhnya tidak kuat berdiri tegap. Aku mencoba mengelus kepalanya dengan hati-hati. Kepalanya menggeleng lemah dan mulutnya tidak berhenti menggeram. Aku tidak tau apa yang terjadi pada harimau ini, yang pasti dia kesakitan.
Aku melirik Calvin. Ia mengambil satu botol air mineral lalu roti yang kubawa dari rumah. Ia berjalan menghampiri ke depan harimau dan membuka bungkus roti tersebut. Aku tau maksudnya, Calvin memberi harimau itu makan.
"Kasian dia," kata Calvin sembari menyuapkan roti itu ke mulut harimau.
Harimau itu mau membuka mulutnya, dan Calvin langsung melempar roti itu ke dalam mulut harimau. Aku tersenyum melihatnya. Setelah roti habis, Calvin beralih membuka tutup botol air mineral lalu menuangkannya ke mulut harimau yang terbuka. Setelah selesai memberi makan, aku beranjak menghampiri Calvin untuk melihat wajah harimau itu.
"Terima kasih."
Aku dan Calvin berteriak cukup kencang. Astaga! Bagaimana tidak, harimau itu bisa bicara! Kebiasaan Calvin jika takut, Ia mencengkram pergelangan tanganku dan perlahan berjalan mundur. Mulutku setengah terbuka dan mengikuti Calvin berjalan mundur.
Harimau tersebut bangkit dan mengaum sebentar. Tidak keras, tapi cukup membuatku sedikit takut. Harimau apa ini? Aku yakin, hewan ini bukan berasal dari tempat ini. Harimau itu berjalan mendekat dan otomatis aku juga berjalan mundur.
"Bagaimana bisa harimau itu bicara?" bisik Calvin.
Aku menggeleng. Kali ini, harimau tersebut berhenti. Hei, ada apa ini? Harimau itu memunggungiku seperti memberi kode untuk naik ke atasnya. Aku mengernyit, Calvin berjalan sambil menarikku mendekati harimau itu.
"Aku tidak mau, Cal," kataku.
"Aku tidak akan menggigitmu."
Harimau itu bicara lagi! Aku merapatkan bibir terkejut mendengar suara berat dari harimau tersebut. Bukannya takut, Calvin semakin mendekati punggung harimau itu lalu mendudukinya. Aku tidak mau mati diterkam harimau ini. Sudah cukup dengan keanehannya barusan.
"Naiklah. Aku akan menunjukkanmu sesuatu," ucap harimau itu.
Aku melirik Calvin. Ia mengangguk dan menyuruhku agar duduk di depannya. Dengan terpaksa aku menaiki punggung harimau tersebut. Saat harimau itu hendak berjalan, aku baru ingat jika barang-barangku masih tergeletak di bawah pohon. Aku segera turun dan mengambil tasku beserta tas milik Calvin, tidak lupa sleeping bagnya.
"Kau mau membawa kami kemana?" aku bertanya saat harimau itu baru berjalan beberapa langkah.
"Aku tidak bisa membalas kebaikanmu tadi dengan apapun, kecuali dengan ini," jawabnya.
Aku mengernyit bingung. Apa yang dibicarakan harimau ini? Baru saja aku ingin bertanya maksud kalimat tadi, Calvin lebih dulu mengajukan pertanyaan.
"Apa kau mempunyai nama?" aku bahkan tidak memikirkan harimau ini punya nama atau tidak.
"Ya. Aku diberi nama oleh tuanku. Perkenalkan, namaku Fort," harimau ini memperkenalkan dirinya.
"Tuan? Apa kau harimau peliharaan?" Calvin kembali bertanya.
"Tidak. Maksudku, aku dulunya bukan hewan peliharaan. Aku hidup liar di hutan ini. Tetapi karena aku satu-satunya yang berani bertarung melawan iblis jahat, maka aku diangkat sebagai tumpangan sekaligus teman bagi tuanku itu."
Iblis? Lagi-lagi kata itu terdengar di telingaku. Apa memang iblis di hutan ini benar adanya. Aku mengelap keringat di dahi. Calvin tidak bertanya lagi. Aku mendongak menatap pohon-pohon yang menjulang tinggi dan terik matahari siang tidak nampak dari sini. Tapi mengapa udaranya cukup panas?
"Fort," panggilku, "Apa maksud kalimat kau tadi yang tidak bisa membalas kebaikan kecuali dengan ini?"
Fort terus melangkah, "Tuanku sangat baik. Kalian bisa meminta bantuan kapanpun yang kalian inginkan, karena aku tidak bisa membalas kebaikan kalian tadi. Tuanku pasti menerimanya dengan senang hati."
"Aku tidak butuh balasan kebaikan, Fort," aku sedikit tersinggung saat Fort mengatakan hal itu.
Calvin menenangkanku dengan mengelus bahu dan tersenyum ke arahku, "Jangan emosi. Mungkin maksud Fort ini baik."
Aku menunduk, "Bolehkah aku bertemu tuanmu?"
Fort diam dan terus berjalan. Kini hanya menyisakan suara langkah kaki Fort yang terus berjalan di hutan ini. Tidak ada satupun yang membuka mulut. Tiba-tiba saja Fort berhenti dan aku bisa merasakan Calvin mencengkram erat pergelangan tanganku. Aku mendongak. Mataku melebar dan seperti kehilangan oksigen disini.
"Ini dia tuanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aventura Con Angel (COMPLETED)
FantasyCalie beserta adiknya tidak akan pernah menyangka, jika petualangannya di hutan kali ini mereka akan bertemu Malaikat. Berawal dari sosok berjubah hitam yang beberapa kali muncul di rumahnya, Calie menjadi sangat penasaran. Ia terus menanyakan apa m...