"Aku mencintaimu, Calie," ucapnya masih dalam posisi memelukku.
Hembusan napasnya yang tenang di leherku membuatku merasa geli sekaligus mendambakan kenikmatan atas sentuhan Alby. Tidak ada kata penolakan jika Alby seperti ini kepadaku.
"Aku juga," jawabku sambil mengelus punggung Alby.
Sekali lagi, jika ada yang mengingatkan ini sangat bahaya, aku sudah tidak peduli lagi. Pendengaranku menuli untuk mendengarkan itu semua. Hanya Alby yang kuinginkan saat ini. Perasaan takut memang selalu muncul di hatiku. Takut jika aku mencintainya, tapi aku tidak bisa memilikinya. Takut jika semua ini hanya ilusi atau mimpi.
"Maafkan aku, jika aku pernah menyakitimu."
Tidak. Alby tidak pernah menyakitiku. Malah Ia melindungiku dari apapun bahaya yang menimpaku.
"Kau tidak pernah menyakitiku."
Alby mengecup pipiku lama. Aku ingin meneriakkan sesuatu tepat di telinganya untuk melakukan lebih dari ini. Mungkin saja Alby bisa membaca pikiranku, Ia berpindah mengecup bibirku lalu melumatnya perlahan. Aku mencengkram kerah kemejanya menikmati sensasi menggelikan yang diberikan oleh Alby.
Baru saja aku menikmati ini semua, suara dehaman dari seseorang membuatku dan Alby langsung membuang muka. Pasti saat ini pipiku merah. Aku menoleh ke sumber suara, ternyata Axel.
"Maaf jika aku mengganggu kalian," ucap Axel sambil menggaruk tengkuknya.
Aku mengulum bibir tidak berani menatap Axel saat ini. Aku benar-benar malu.
"Ada apa?" Alby bertanya pada Axel.
Akhirnya aku bisa bernapas lega saat mereka berdua menjauh dari sekitarku. Kulihat Calvin yang berjalan menuju tempatku dan kembali mengenakan atasannya.
"Sepertinya ada hal serius yang mereka bicarakan," ujar Calvin di sampingku.
Aku menoleh ke arah mereka. Benar, raut wajah mereka terlihat pasrah dan tidak bertenaga. Apa ini pertanda buruk? Aku dan Calvin memutuskan untuk menemui mereka. Baru saja aku ingin menanyakan apa yang terjadi, cahaya biru menyilaukan mata kami. Dua detik kemudian, cahaya itu hilang dan muncul seorang malaikat berjubah putih lengkap dengan sayapnya.
"Alby, Axel," panggilnya.
Aku menelan ludah. Apa ini waktunya?
"Kami dari Novostey, dalam kehidupanmu sebagai malaikat, sudah diketahui kalau waktumu tinggal di dunia manusia sudah selesai, saatnya kau kembali ke dunia asalmu."
Alby dan Axel menunduk, beberapa kali terdengar helaan napas berat dari mereka.
"Jika dalam semalam kau belum kembali ke asalmu, dengan terpaksa kami akan memberikan tindakan disiplin yang berat. Pahami risiko dari masalah ini."
Aku menelan ludah, mencoba menahan tangis saat ini. Baru saja aku merasakan kebahagiaan bersama mereka, kini aku harus memunguti serpihan kebahagiaan ini dengan hati yang teriris. Calvin berjalan menghampiri Axel, lalu memeluknya. Aku tau Calvin ingin menangis. Malaikat tersebut menatapku, wajahnya terlihat tegas dan berwibawa.
"Sudah waktunya Alby dan Axel kembali. Mereka sudah menyalahi aturan."
Aku menoleh dan mendapati Alby menunduk dalam dengan tangan tertaut. Aku tau keputusan yang diambil Alby mungkin sangat berat baginya, dan pasti berat juga bagiku. Meninggalkan semua kisah petualangan bersamaku, kisah seorang manusia biasa yang bertemu dengan kaum Malaikat di dalam hutan belantara.
Alby dan Axel. Kalian sudah menjadi teman baikku berpetualang di hutan ini. Melawan singa putih, ular yang panjangnya lima belas meter, tumbuhan penyedot darah, melawan Devilo dan para iblisnya, dan banyak tantangan lainnya yang kita lewati di hutan itu. Kini, saatnya kau kembali ke duniamu. Tugasmu menjaga perdamaian dunia, menuntaskan kejahatan.
"Alby..." panggilku lirih.
Ia mendongak. Matanya merah, rahangnya mengeras, dan bibirnya terkatup rapat. Aku melirik ke arah Axel yang sedang tersenyum lembut kepadaku. Lalu saat aku kembali menatap Alby, Ia sudah berada tepat di hadapanku. Memegang erat kedua tanganku.
"Mungkin takdir tidak bisa menyatukan kita," Alby terdiam sebentar, "Tapi di atas langit sana, aku akan selalu menjagamu. Tidak kubiarkan iblis jahat terutama Devilo menyentuhmu."
Aku tersenyum mendengarnya. Kemudian Alby melanjutkan kalimatnya, "Ini terakhir kalinya aku akan mengucapkan kalimat itu lagi."
Aku mengernyit. Alby tersenyum, satu tetes air matanya berhasil keluar dari kelopak mata indahnya. Aku bersiap mendengar apapun yang akan Alby ucapkan kepadaku. Ia menghela napas berat, dan semakin erat menggenggam tanganku.
"Kau benar-benar Manusia yang memiliki candu kuat untukku, Calie."
Bersamaan dengan kilatan biru yang menyilaukan mata, aku merasakan tangan Alby perlahan terlepas. Aku membuka mata perlahan, menelisik tempat yang kupijak sekarang.
Apa yang baru saja terjadi padaku? Tubuhku sangat lelah, dan bagaimana bisa aku sudah berada di depan gerbang kampus? Aku merasakan seperti ada sesuatu yang sebelumnya terjadi padaku. Tapi, apakah itu?
"Hai, Calie."
Aku berbalik ke belakang, mendapati Anna sedang tersenyum padaku. Ia mengajakku untuk segera masuk sambil menggandeng tanganku, layaknya anak kecil. Sesampainya aku di dalam kelas, aku mengeluarkan laporan yang harus dikumpulkan kepada Miss Luna nanti.
"Calie, lihatlah!" Anna berbisik di sebelahku.
Aku hanya melirik papan, Miss Luna sudah memasuki kelas. Ada yang berbeda saat dosen itu masuk. Semua anak di kelas ini diam, menatap kagum sesuatu tanpa berkedip. Anna menggoyangkan tanganku, menyuruhkua agar melihat ke depan. Dengan enggan, aku melihat ke arah Miss Luna.
"Kalian kedatangan mahasiswa baru. Silahkan masuk!"
Dari arah pintu, terlihat dua laki-laki dengan kemeja dan tasnya memasuki kelasku. Suasana lengang sejenak. Hampir semua cewek di kelasku menatapnya kelaparan. Hatiku terasa aneh saat melihat mereka berdua. Seperti dicubit sesuatu dan tiba-tiba ingin menangis.
"Perkenalkan diri kalian," ucap Miss Luna.
Kedua laki-laki itu mengangguk, tersenyum kepada seisi kelas. Lagi, aku merasakan desiran aneh di dalam tubuhku.
"Namaku Axel," satu laki-laki tersenyum.
"Namaku Alby," laki-laki lainnya memperkenalkan. Ia tersenyum padaku.
"Maaf Miss, bolehkah aku menyapa seseorang di kelas ini?" tanya laki-laki bernama Alby itu.
"Silahkan."
"Hai, Calie. Kau masih ingat denganku?"
Alby?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aventura Con Angel (COMPLETED)
FantasyCalie beserta adiknya tidak akan pernah menyangka, jika petualangannya di hutan kali ini mereka akan bertemu Malaikat. Berawal dari sosok berjubah hitam yang beberapa kali muncul di rumahnya, Calie menjadi sangat penasaran. Ia terus menanyakan apa m...