Afraid

278 15 0
                                    

Pagi ini, kami melanjutkan perjalanan mengikuti sumber sungai yang kami jadikan tempat istirahat semalam. Kata Alby, itu adalah sungai yang menghubungkan dengan air terjun yang kami cari. Setelah menghabiskan satu roti, perutku sudah tidak bermasalah lagi.

"Calvin, kau jalan denganku."

Aku menoleh cepat ke arah Axel. Apa? Tidak! Aku tidak mau lagi bertarung dengan diriku hanya untuk menutupi rasa canggung di antara aku dan Alby. Axel memang benar/benar berniat untuk menggodaku.

"Axel, apa kau tidak lelah terus berbicara dengan Calvin?" aku bertanya sambil menarik tangan Calvin agar tetap di sampingku.

"Hahaha, tidak. Justru aku malah senang, karena di tempatku, tidak ada yang selucu Calvin. Sahabatku yang ada di sampingmu juga hanya sesekali mengajakku berbicara," Axel tersenyum mengejek ke arah Alby, "Tapi, jika Alby sudah tertarik dengan sesuatu, sudah pasti Alby akan mengejarnya, sampai dia mendapatkan apa yang dia mau. Seperti kau contohnya."

Aku mengangkat kedua alis heran. Maksudnya?

"Axel, berhenti," Alby mengusap rambutnya yang berantakan.

"Baiklah, baiklah. Calvin, kau berjalan denganku."

"Tidak! Aku ingin tetap bersama adikku," aku menolaknya mentah-mentah.

"Alby, kau tidak mau kan gadismu ini kusentuh?" Axel bertanya sambil melirik Alby dengan senyuman lebarnya.

"Axel, jangan sekali-sekali kau menyentuhnya!" Alby mengatakannya dengan penuh penekanan.

Pipiku memanas. Gadis? Siapa yang dimaksud Axel tadi? Apakah itu aku? Tapi, mendengar Alby baru saja memperingati Axel, aku tidak bisa menutupi senyum malu-maluku. Aku menunduk, mencoba menetralkan degupan jantung yang berpacu cepat. Jadi, Calvin sekarang berjalan bersama Axel di belakang. Sedangkan aku harus berjalan dengan Alby di depan.

Kami berdua berjalan dengan keheningan. Tapi tidak dengan kedua orang di belakangku. Mereka sangat asyik bercerita, sampai lupa bahwa mereka makhluk yang berbeda. Dan sudah pasti tidak bisa ditakdirkan untuk bersama.

"Apa manusia tidak akan bisa bersatu dengan kaum Malaikat?" aku membuka suara dengan pertanyaan serius.

Alby hanya menggeleng lemah. Aku membasahi bibir bawah, sepertinya Alby masih tidak mau mengatakan apapun tentang asal-usulnya.

"Kau masih tidak mau menjawab pertanyaanku beberapa waktu lalu?" aku bertanya lagi.

Alby menoleh padaku. Wajahnya terlihat bimbang, "Aku benar-benar bingung untuk mengatakan semuanya. Tapi, Calie..."

Alby menggantungkan kalimatnya. Membuatku menaikkan satu alis, penasaran. Ia tersenyum tipis, lalu memalingkan wajahnya ke depan.

"Kau benar-benar manusia yang memiliki candu kuat untukku."

•••

Dari sini, bisa dilihat. Kami menemukan pohon ek dengan radius seratus meter dari tempatku berdiri. Kami terus berjalan menghampirinya. Calvin terlihat senang, karena sebentar lagi keinginnanya untuk melihat air terjun itu akan terwujud.

"Kita bisa makan siang di bawah pohon ek ini," ucap Axel saat tiba di bawah pohon-pohon ek yang menjulang tinggi.

Kami semua setuju. Untungnya, di sebelah pohon-pohon ek ini ada pohon jambu monyet yang sedang berbuah. Tentunya kami sangat bersyukur, karena menu kali ini sedikit menyegarkan. Alby dan Axel mengambil beberapa jambu monyet itu, sedangkan aku dan Calvin menyiapkan air mineral serta merapikan isi tas yang sedikit berantakan.

"Makanlah," Alby menyodorkan masing-masing tiga biji jambu.

Sepuluh menit berlalu. Kami kembali melanjutkan perjalanan ke arah utara seperti yang dikatakan Alby kemarin. Suasana hutan lebat ini semakin mencekam karena pohon dengan daun-daun yang menutupi sinar matahari membuat keadaan disini sedikit gelap.

"Axel," Alby menoleh ke belakang tanpa menghentikan langkahnya.

"Ya?"

"Apa kau tidak merasakan sesuatu?"

Aku mengerutkan dahi, ikut menoleh ke belakang. Wajah Axel terlihat berpikir, tapi kemudian kepalanya bergerak ke kanan lalu ke kiri.

"Apa yang kau rasakan saat ini?" Axel bertanya balik.

Alby mengulum bibir lalu mengusap wajahnya. Ia mengedikkan bahu lalu berbalik lagi ke depan dan melanjutkan perjalanan. Aku merinding saat Alby mengatakan hal seperti itu. Apa lagi yang akan terjadi selanjutnya? Semoga semuanya baik-baik saja.

"Jangan takut, aku disini. Melindungimu."

Sepertinya aku gagal menyembunyikan wajah ketakutanku saat ini. Alby menoleh padaku, tersenyum menangkan. Tapi aku yakin, Alby pasti juga memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Apa semuanya akan baik-baik saja, Alby?"

"Maaf. Aku tidak bisa memastikan hal itu."

Aventura Con Angel (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang