Aku membuka mata perlahan. Pandanganku mengabur, dan aku tidak tau sekarang dimana. Tanganku kugerakkan untuk memijat pelipis, kepalaku sangat pening saat ini. Kembali kupejamkan mata untuk sedikit menghilangkan rasa sakit di kepala. Ada yang mengganjal, tanganku sebelah kiri terasa perih untuk digerakkan.
"Kau sudah sadar."
Aku membuka mata. Terlihat Alby menghampiriku sambil membawa botol air mineral. Ia duduk di sebelahku menyodorkan botol itu dan tersenyum hangat. Ia juga membantuku untuk duduk.
"Apa aku pingsan tadi?" aku membuka suara setelah meneguk air mineral itu.
"Ya. Sangat lama."
Aku mengernyit, "Berapa jam?"
"Enam jam."
Aku membulatkan mata. Ya ampun! Baru kali ini aku pingsan selama itu. Aku mengecek jam tangan, pukul sebelas malam. Aku kembali menatap Alby untuk meminta penjelasan.
"Apa kau ingin makan?" tanyanya.
Aku menggeleng, "Aku tidak lapar."
"Kau akan pingsan lagi jika tidak makan."
Aku tetap menggeleng. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar, terlihat Axel dan Calvin udah tidur. Tempat ini memang cocok untuk dijadikan istirahat. Tanahnya tidak terlalu berair dan rumputnya juga tidak basah.
"Bagaimana caranya kalian membawaku ke tempat ini?" aku bertanya pada Alby.
"Aku menggendongmu."
Aku menoleh cepat ke arah Alby. Ia tersenyum sambil memainkan alisnya naik turun. Lebih baik aku tidak memperpanjang urusan bagaimana bisa Ia menggendongku sampai sini.
"Terima kasih."
Alby mengangguk, "Minum obat ini. Kata Calvin, ini obat penambah darah," Ia menyodorkan sebutir kapsul kepadaku.
Ya, aku membawa obat ini dari rumah. Hanya untuk jaga-jaga dan ternyata bermanfaat disini. Aku mengangguk laku segera meminum obatnya. Setelah menutup botol, aku menghadapkan tubuhku sepenuhnya ke arah Alby. Ia tersenyum.
"Kau tidak tidur?" aku bertanya heran.
"Tidak. Aku ingin menjagamu," jawabnya masih mempertahankan senyuman.
"Kenapa seperti itu? Kau juga butuh istirahat."
Ia mengacak rambutku lalu mendekatkan dirinya padaku. Saat itu juga aku kembali bertarung dengan diriku sendiri agar tidak tergoda dengan wajah tampannya.
"Kau mulai khawatir ya denganku?" Alby tersenyum geli.
"Wajar kan? Kita ini teman, harus saling mengingatkan," aku mengelaknya.
Sejujurnya, aku memang khawatir padanya. Ia sering tidur larut hanya dengan alasan ingin menjagaku.
"Iya," Alby membelai rambutku, "Melihatmu terluka, membuatku juga harus menahan rasa sakit."
Aku diam, merasakan belaian rambutnya yang membuatku nyaman.
"Aku sangat menyayangimu. Aku tidak ingin kau terluka, apalagi jika itu karenaku," Ia merangkulkan tangannya ke bahuku.
Kali ini aku tidak menolak. Sudah sangat lama aku tidak merasakan kehadiran seseorang yang sangat menyayangiku dan ingin menjagaku, selain Calvin saja. Aku tersenyum dengan posisiku saat ini, sungguh ini sangat nyaman.
"Kau merasa nyaman?" Alby bertanya.
Aku mengangguk. Ia melepas rangkulannya lalu memegang erat pinggangku. Hidung kami saling bersentuhan lagi. Napasnya terasa hangat dan selalu wangi.
"Akan kupastikan, kali ini kau akan membalasku."
Lalu Ia mencium bibirku dan melumatnya perlahan. Aku memejamkan mata, membalas perlakuan Alby kepadaku.
•••
Kupu-kupu terbang di atas kami. Dari sini, terdengar jelas suara sekumpulan monyet dan suara burung nuri yang berkicau. Setelah memaksa Calvin agar mau berjalan di sampingku, aku melanjutkan perjalanan dengan perasaan sedikit tenang. Mungkin jika aku berjalan bersisian lagi dengan Alby, pasti aku tidak akan melirik Alby sedikitpun. Dan saat ini, aku bersama Calvin memimpin, sedangkan Axel dan Alby berada di belakang.
"Lukamu sudah tidak sakit lagi, Kak?" Calvin bertanya sambil memperhatikan tanganku yang diperban.
Aku tersenyum tipis, "Tidak apa, Cal. Hanya sedikit perih jika terkena air."
Calvin mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia memperhatikan kembali kompas yang berada di genggamannya. Kami masih berjalan ke arah timur, karena Alby memerintahkan hal itu. Sudah empat hari aku dan Calvin berada di hutan ini. Petualangan kali ini berbeda, lebih seru pastinya. Biasanya, aku hanya digigit sekumpulan semut dan dikejar sekumpulan lebah. Tapi kali ini tidak, dicakar singa putih dan dililit tanaman penyedot darah itu pengalaman yang menarik bagiku. Apalagi petualanganku kali ini ditemani oleh dua malaikat yang menjagaku.
"Mungkin lima puluh kilometer lagi kita akan bertemu dengan pohon ek. Nanti kita belok lagi ke utara," Alby berucap di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aventura Con Angel (COMPLETED)
FantasiCalie beserta adiknya tidak akan pernah menyangka, jika petualangannya di hutan kali ini mereka akan bertemu Malaikat. Berawal dari sosok berjubah hitam yang beberapa kali muncul di rumahnya, Calie menjadi sangat penasaran. Ia terus menanyakan apa m...