Part. 3 Temptation

13K 942 16
                                    

"Pergilah!" Perintah Garreth dengan suara menggelegar seperti badai.

Eleanor tersentak mundur masih dengan kepala tertunduk. Dia memang bersalah telah memata-matai Mr. Blake dan wanitanya semalam. Tapi Eleanor jg masih pusing oleh terbentur lantai. Dia meraba bagian kepalanya yang semalam nyeri dan bengkak sekarang sudah tidak teraba jelas.

Eleanor melihat ke Garreth yang sedang membaca file yang berisi lembaran kertas. Pria itu terlihat serius ketika bekerja. Saat kepala Garreth terangkat dan tatapan mereka bertabrakan, Eleanor menahan nafas.

"Apa suaraku kurang jelas, Miss? Keluar dari kamarku sekarang!"

Eleanor membungkuk sebelum berlari ke arah pintu dan tergesa-gesa keluar.

"Tutup pintunya, Eleanor!"

Dia masih bisa mendengar suara Mr. Blake di kejauhan. Eleanor menggigit bibir sebelum memutar arah kembali ke kamar itu untuk menutup pintu.

****************

Garreth tidak menyukai pelayan itu. Gadis itu selalu mengusik mimpinya. Wangi tubuh Eleanor masih menempel di setiap sisi kamarnya dan itu sangat mengganggu Garreth ketika dia membawa wanita esok harinya. Selama ini dia tidak keberatan dengan wangi menyengat dari parfum setiap wanita yang dikencaninya. Tapi malam ini Garreth merasa tidak yakin. Aroma bunga bakung dari Eleanor seolah menyeruak diantara mereka.

"Keparat." Umpatnya membuat si wanita terlonjak kaget dan turun dari tempat tidur.

"Apa yang terjadi, Garreth?" Wanita itu setengah memprotes interupsi yang dilakukan Garreth padanya.

"Sebaiknya kau pulang. Pelayanku akan mengantarkanmu." Ucap Garreth datar.

"Dasar brengsek!" Wanita itu mengambil pakaiannya dan pergi dengan muka masam.

Garreth telah menanggalkan kemeja nya saat bercumbu panas dengan wanita yang ditemuinya saat rapat dengan relasi perusahaan tadi siang. Dia masih mengenakan setelan celana kerjanya dan meraih botol brendi dari mini bar dan meneguknya seperti orang kehausan. Pelayan sialan itu telah memuat dia mengusir wanita kencannya malam ini. Kejantanan Garreth masih menegang dibalik celananya. Gadis itu harus menebus kesalahannya.

Garreth mengambil kemeja dan mengancingkannya asal-asalan. Dia berjalan cepat menyusuri koridor sambil berteriak memanggil pelayan pribadinya.

"Dimana kamar Eleanor?" Garreth berteriak layaknya orang kesurupan. "Dimana gadis itu?"

Isabel, salah seorang pelayan pribadinya seakan bimbang untuk menjawab. Namun norma kepatuhan mengikatnya.

"Mari saya antarkan, Tuan."

"Cepat, Isabel." Garreth berjalan di depan mendahului yang membuat Isabel terpaksa berlari agar bisa berjalan paling depan menunjukkan jalan.

Kamar Eleanor berada di lantai 3, lantai yang sama dengan pengurus rumah dan pegawai lain. Isabel berhenti di depan sebuah kamar dan memberi isyarat bahwa kamar tersebut adalah milik Eleanor.

"Sekarang bukan jam kerja Eleanor, Tuan. Saat ini dia pasti berada di kamarnya." Ucap Isabel mengabaikan rasa ingin tahu yang juga membuncah di dalam dadanya.

Garreth mengibaskan tangannya. "Pergilah dan jangan ada yang masuk sebelum aku memberi perintah."

"Baik, Tuan."

Garreth melihat pelayannya pergi dengan patuh. Pintu kamar Eleanor tidak terkunci. Bodohnya gadis itu menempatkan dirinya sendiri dalam bahaya, bisa jadi pelayan atau pegawai lain masuk ke dalam kamar dan melakukan kejahatan.

Apa bedanya aku dengan mereka, pikir Garreth. Dia benar-benar ingin melakukan sesuatu yang tidak pantas dengan eleanor. Dan tidak ada yang bisa mencegahnya.

ELEANORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang