Part. 14

8.6K 728 51
                                    

Garreth membeli pesawat jet tepatnya tiga tahun yang lalu. Bisnis nya meroket tajam menghasilkan jutaan dollar dalam setahun. Dengan jet pribadi dia berkeliling negara mencari Eleanor. Ternyata gadis itu berada di Boston selama ini. Sejengkal jauhnya dibandingkan upayanya mendaki gurun di Mesir dan menjelajahi Afrika demi Eleanor.

Garreth berdiri di depan bangunan toko milik wanita bernama Eleanor. Dia tidak ingin meyakini sesuatu yang belum jelas kebenarannya. Sebentar lagi dia akan mengetahuinya.
Kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan yang cukup luas. Rak gantung dihiasi pakaian berkelas yang amat kekinian. Eleanor dulu juga bercerita ingin menjadi perancang busana dan membuka sebuah gerai. Tapi bangunan berlantai tiga ini cukup besar dibandingkan impian gadis sederhana yang amat dikenalnya dulu.

Seorang anak lelaki dari lantai atas berlari menuruni anak tangga dan hampir menabrak Garreth.

Seorang anak lelaki dari lantai atas berlari menuruni anak tangga dan hampir menabrak Garreth

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ups. Forgive me, Sir." Ucapnya dengan berani mengakui kesalahan bak kesatria.

Garreth tersenyum tipis. Anak kecil itu amat tampan dengan bola mata hijau nan jernih. Mengingatkan Garreth akan mata Eleanor. Garreth berlutut hingga sejajar dengan tinggi sang bocah lelaki. "Dimana ibumu? Anak kecil tidak baik berkeliaran di tempat seperti ini sendirian."

"Mommy ada di atas, Sir. Apa Anda datang membeli pakaian?" Ucapnya polos. 

Garreth mengangguk pelan. "Aku akan membeli sesuatu. Tapi terlebih dahulu aku harus menemui Eleanor Curtiz."

Suara langkah sepatu wanita menuruni tangga. Garreth berdiri memunggungi sosok itu. Namun aroma khas bunga bakung menyeruak semakin mendekat. Garreth terpaku. Dia tidak menginginkan Eleanor yang ini.

"Sean, kemarilah. Kau sudah mengganggu tamu kita." Suara itu. "Maafkan kami, Sir. Ada yang bisa saya bantu?"

Garreth berbalik perlahan. Wanita yang tengah berdiri di hadapannya tiba-tiba hilang keseimbangan dan hampir terjatuh jika tangannya tidak mencengkram erat tiang salur tangga.

 Wanita yang tengah berdiri di hadapannya tiba-tiba hilang keseimbangan dan hampir terjatuh jika tangannya tidak mencengkram erat tiang salur tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eleanor."

Gadis itu menjelma menjadi wanita berkelas yang sangat anggun. Garreth kehabisan kata-kata. Eleanor miliknya, kekasih pujaannya.

"Sayang, temui bibi Sarah di atas ya." Eleanor mengusap kepala anak lelakinya sebelum mengarahkan untuk menuruti perintahnya.

"Mr. Blake, apa kabar? Apa yang bisa kubantu?"

Garreth tidak menyukai cara Eleanor tersenyum padanya. Seakan tidak pernah ada yang terjadi diantara mereka. Seolah dia hanyalah rekan yang telah lama tidak berkunjung.

Garreth menarik lengan Eleanor dan menyudutkannya diantara dua rak pakaian. Suara terkesiap gadis itu membangkitkan gairah yang sudah lama terkubur di balik setelan celananya. Garreth mengingkari sumpahnya untuk tidak menyentuh wanita yang telah menikah.

"Lepaskan aku sekarang juga, Garreth. Aku sudah menikah." Eleanor meronta dengan mata membelalak tajam. Jemari Garreth menyentuh tungkai Eleanor dibalik gaun.

"Kau meninggalkan Blake House tanpa pesan. Menurutmu aku bisa memaafkanmu begitu saja? Lima tahun aku mencarimu. Aku tidak akan melepaskanmu. Kau harus merasakan penderitaanku." Garreth mengeratkan cengkraman tangannya. Tangannya yang bebas naik ke tengkuk Eleanor dan menyusuri punggungnya yang terbuka.

"Kau sudah gila. Jika suamiku melihatmu." Ancamnya.

"Dia akan melihat kita berdua dan menuduhmu berselingkuh. Kau akan dituntut lalu diceraikan. Jadi berhentilah berteriak." Garreth mendaratkan bibirnya di leher Eleanor. Kulitnya lembut dan harum.

"Kau memprovokasi agar aku setuju berselingkuh. Dari dulu kau tidak pernah berubah." Eleanor menahan erangan saat pinggul Garreth bergerak dengan intim di tubuh Eleanor. "Pergilah, Garreth. Jangan mencariku lagi."

Garreth melepaskannya dan berjalan mengitari ruangan. "Semua impianmu telah terwujud, Eleanor. Kau meraihnya dengan baik." Garreth memujinya.

"Tapi anak lelaki itu. Mengapa kau menaminya dengan nama depan ayahku?" Garreth melangkah mendekati Eleanor lagi.

"Siapa ayahnya? Alex?"

Eleanor tertawa sinis. "Stephen adalah ayahnya, tentu saja. Apa kau pikir aku dan Alex tidur bersama?"

"Empat tahun pernikahan, anak itu tidak terlihat seperti bocah berusia tiga tahun." Garreth berkata geram. Eleanor terlihat gugup. "Apa dia putraku?"

Garreth mencengkram kasar bahu Eleanor. "Jika Sean darah dagingku, aku akan mencekik leher cantik ini karena membuat anak itu tidak mengetahui siapa ayahnya."

Eleanor merintih kesakitan. Melepaskan diri dari perangkap Garreth. "Sean adalah putra Stephen Curtiz jadi berhenti mengarang cerita bohong. Sekarang kau sudah menemukanku. Lanjutkan hidupmu, Garreth. Kumohon. Hidupku jauh lebih baik saat ini. Jangan ganggu aku lagi."

Garreth merapikan setelan jas nya lalu memperhatikan ujung dari anak tangga di lantai atas alih-alih pergi. Dia masih penasaran dengan anak kecil itu. Sean sama sekali tidak mirip Stephen. Pengusaha keturunan Amerika-Rusia itu memiliki rambut hitam. Dia akan menyelidiki siapa Sean sebenarnya. Garreth memastikan dirinya akan kembali lagi kesini.

"Garreth, aku sungguh menyesal tidak pernah mengabarimu. Kau pasti sangat marah. Tapi banyak hal yang ingin aku gapai dan tidak bisa aku lakukan jika terus berada di Blake House."

Garreth menatapnya tajam. Tersirat kemarahan di matanya. "Aku mencarimu sampai ke Mesir dan Afrika. Ternyata kau disini tengah tertawa bersama pria lain di atas ranjang."

"Garreth, maafkan aku." Suara Eleanor terdengar memelas.

Garreth menjadi frustasi. "Apa yang harus aku lakukan padamu? Kau milik pria lain sekarang." Jemari Garreth membelai wajah Eleanor. "Sudah lama aku merindukan bibir ini." Ibu jarinya menekan bibir Eleanor alih-alih mengusap lembut.

Bibir Garreth merekah ingin melahap hidangan di depannya. Tapi suara beberapa orang terdengar memasuki ruangan.

"Itu pasti pengunjung toko." Eleanor berbisik. Mereka lalu memisahkan diri.

"Kita akan berbicara lagi nanti, Eleanor." Ucap Garreth cukup keras sehingga pengunjung yang berada tak jauh darinya bisa mendengar jelas dia memanggil Mrs. Curtiz dengan nama depannya.

Eleanor tidak tersenyum saat Garreth keluar dari butik milik wanita itu. Dia sengaja mempermalukan Eleanor karena terlalu marah. Bahkan setelah gadis itu menikah, hasratnya pada Eleanor tidak kunjung padam.

Garreth berencana memperpanjang masa liburan nya di Boston. Dia harus mendapatkan Eleanor kembali, bagaimanpun caranya.

********
To be continue.


ELEANORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang