Part. 11

11.7K 808 25
                                    

Eleanor terlelap hingga matahari menampakkan sinarnya. Kantuk yang teramat berat menyerangnya semalam. Setelah Garreth membawa kopernya, dia berniat mengambilnya kembali. Namun dia malah tertidur dan tersentak bangun saat teringat akan Garreth. Pria itu pasti menunggunya semalaman. Eleanor bergegas membersihkan diri namun tetap mengenakan pakaian tidur karena semua pakaian miliknya berada di dalam koper.

Eleanor berdiri cukup lama di depan pintu kamar Garreth sebelum mengetuknya. Pria itu berdiri di sudut ruangan, pinggulnya menyandar di sudut meja bar. Koper milik Eleanor tergeletak di atas karpet turki.

"Apakah kau tersesat sehingga baru tiba di kamarku pagi ini?" Garreth mengendus aroma wangi dari sabun yang tadi digunakan oleh Eleanor.

Eleanor mengibaskan rambutnya yang masih setengah kering. Aroma buah persik berputar-putar di udara. "Semalam aku tertidur."

"Para pekerja di rumah ini akan bergosip tentang kita. Aku ingin mengambil koperku." Ucap Eleanor lalu berjalan ke tengah ruangan meraih pegangan koper.

Garreth menghabiskan anggurnya dalam sekali tegukan lalu mendahului gadis itu mencegahnya melarikan diri dari kamarnya. Tangan nya yang berotot mendorong pintu dan menarik kunci.

"Mengapa kau keras kepala seperti ini? Duduklah dan minum denganku." Garreth menyembunyikan kunci ke saku celana nya dan mengisi gelas kosong untuk Eleanor.

Eleanor meninggalkan kopernya di dekat pintu dan duduk di samping garreth di mini bar. "Kau harus mengerti betapa reputasi amat penting bagiku. Terlalu banyak skandal yang melibatkan kita berdua. Aku berada disini untuk bekerja, bukannya berbagi ranjang dengan majikan. Situasi akan bertambah rumit jika kita tidur di kamar yang sama."

Eleanor memandangnya penuh harapan Garreth akan luluh dan mengabulkan permohonannya. Namun Garreth tidak bisa ditembus dan balas menatapnya tajam. "Bisnis yang sedang kujalankan jauh lebih beresiko, pekerjaan ini melibatkan banyak pihak agar menghasilkan uang. Jadi jika aku saja tidak khawatir, kenapa kau harus keberatan?."

Garreth menenggak isi gelas nya sebelum melanjutkan lagi. "Mulai hari ini kau tidak perlu lagi membersihkan rumah atau memakai seragam."

"Lalu disini aku menumpang padamu? Memalukan sekali." Dia tertawa masam. Eleanor meraih gelas anggur dan menghabiskannya.

"Garreth, beri aku pekerjaan."

"Tidak akan." Garreth menjawab cepat. Seolah jawaban dari pertanyaan semacam itu sudah dipersiapkan.

"Aku bisa mencari pria lain yang mau menawarkan pekerjaan sebagai ganti seks. Aduh." Tangan Garreth menahan tengkuk Eleanor dan menariknya mendekat.

"Tidak semua pria sepertiku, Eleanor. Kriminalitas di New York City semakin mengerikan. Jangan pernah berpikir untuk keluar dari rumah ini tanpa pengawasan." Dia berkata lembut.

"Carikan saja suami kalau begitu. Salah satu relasimu pasti ada yang memenuhi syarat."

Garreth sontak berdiri dan menjauhi meja bar, dering ponsel menyela ketegangan yang terjadi.

"Halo. Ya baiklah. Jadwalkan rapat sekarang." Jawab Garreth singkat sebelum menutup ponselnya.

Kemudian Garreth menghadap ke arah Eleanor. "Kebanyakan pengusaha memiliki standar tertentu ketika memilih pasangan kencan. Jangan berharap banyak pada apa yang belum diketahui."

"Jadi standarmu rendahan, Garreth. Karena memilih aku." Ucapnya dengan nada sinis. Eleanor menggeser kursinya lalu berjalan menarik koper ke arah pintu keluar. Namun Garreth lebih cepat dari gerakannya saat mendorong pintu kayu itu hingga menutup. Lengannya menghalangi Eleanor lewat.

ELEANORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang