Part. 7

14.2K 921 19
                                    


Sepanjang perjalanan, Garreth tidak banyak bicara. Hanya jalanan ber-aspal dan kemudi mobil mewah yang penting baginya. Eleanor belum pernah menumpang Porsche Panamera sebelumnya bahkan kendaraan mewah sejenisnya atau yang dibawah level itu. Sedan hitam itu amat menawan dengan bodi seksi mengilap.

Garreth sesekali memandang ke arahnya tapi tidak tersenyum. Eleanor merasa gugup dengan suasana yang canggung. Pria di sebelahnya adalah majikannya, yang sedang melajukan kendaraan menuju restoran pilihan Garreth yang Eleanor sendiri tidak tahu dimana.

Garreth memarkirkan mobil di depan lobi hotel dan memesan Vallet Parking. Pria itu membukakan pintu Eleanor dan merangkul pinggangnya saat mengiring Eleanor ke dalam. Garreth masih meletakkan tangannya hingga di dalam lift hotel.

Saat pintu lift tertutup, jemari Garreth meremas pinggul Eleanor, tubuhnya bergeser ke belakang. Eleanor menahan nafasnya yang tercekat. Bibir pria itu telah menempel di telinganya dan membisikkan sesuatu.

"Aku memikirkan pakaian dalammu." Garreth menggigiti daun telinganya, dan merapatkan tubuh ke Eleanor.

Eleanor terperangkap karena lengan Garreth yang kekar merangkulnya dari belakang. Wangi maskulinnya semerbak melemahkan akal sehat Eleanor. Tangan Garreth meraba ke balik gaun dan hampir menurunkan panties yang dikenakan Eleanor. Eleanor menghentikan Garreth dengan menahan lengannya.

"Kita berencana pergi makan siang, Mr. Blake." Suara Eleanor lebih mirip bisikan. Rayuan jemari Garreth sejenak membuai khayalannya.

Eleanor memutar tubuh sehingga berdiri berhadapan. Pria itu menatapnya pengar, mabuk oleh gairah yang sulit disembunyikan. Tangannya menyugar tambut dan tersenyum sekilas, bersandar pada dinding lift di belakangnya.

"Tidak bisakah kau patuh sekali saja?" Pintanya.

Eleanor nyaris tertawa namun akhirnya dia hanya membuka mulut tanpa suara. "Saya akan patuh, Mr. Blake, jika berhubungan dengan pekerjaan."

Suara denting terdengar nyaring, pintu lift perlahan membuka. Garreth mengulurkan tangan meminta Eleanor keluar lebih dulu.

"Mengapa kita harus kesini, Mr. Blake?" Eleanor tidak yakin dengan Garreth. Pria itu mengatakan tentang minum kopi, tapi sekarang mereka malah berada di lantai teratas bangunan hotel bintang enam.

Pria itu berjalan di depan membimbing Eleanor menyusuri koridor hotel dan berhenti di depan sebuah pintu kamar.

"Aku sudah janji dengan arsitek pribadiku. Ini tempat tinggalnya."

"Arsitekmu tinggal di hotel?"

"Eleanor, hotel ini dulu milik kakekku dan sekarang aku yang mengelola. Arsitekku tinggal disini karena aku yang memintanya." Garreth menatap Eleanor dan mencondongkan tubuhnya. "Kalau kau mau aku bisa beri satu untukmu, tapi jadilah teman tidurku. Kau tau maksudku."

Eleanor belum sempat menjawab karena pintu di depan mereka terbuka dan seorang pria keluar dengan senyum  sehangat musim semi.

"Please, silahkan masuk." Pria bertubuh tinggi dengan wajah tampan itu mengulurkan tangan ke Eleanor

Aksen Inggris yang kental. Eleanor membayangksn sosok Lucifer di diri William lalu balas tersenyum dan menyambut uluran tangannya.

ELEANORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang