Part. 6 Virgin and Bed Sheet

16K 869 14
                                    

Eleanor merenung di dalam kamar menyadari akan ketidak-perawanan dirinya. Kenyataan menyakitkan sekaligus membuat jantungnya berdebar. Sejak meninggalkan kamar Garreth tadi siang, dia merasa matahari terlihat lebih indah hari ini, dan bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum.

Saat Garreth memintanya untuk tetap tinggal, dia sangat ingin. Tapi yang terjadi diantara mereka hanyalah semu, kesenangan singkat yang akan berakhir bahkan saat Eleanor merasa baru saja memulainya. Yang tersisa hanyalah sakit hati, kecewa dan penyesalan yang harus ditanggung seumur hidup.

Sekarang dia sudah tidak bisa berharap kepada Richard Baker. Lelaki yang sangat dicintainya sejak kecil, yang pertama dan yang terakhir mengisi hatinya. Pria terhormat di Shuttle Park yang terlalu jauh untuk digapai. Eleanor hanya meyakini kesucian yang dia persembahkan untuk Richard akan menjadi mahar paling berharga yang bisa membawanya ke pernikahan. Tapi sekarang mimpi itu bagaikan mimpi buruk dan apa yang harus dia lakukan saat bertemu dengan Richard nanti?

Richard adalah tetangganya di Shuttle Park. Mereka terpaut jarak lima tahun. Richard bukanlah jenius hanya pemuda yang giat dan menyelesaikan sekolah lebih cepat dari remaja biasanya. Di sebuah kegiatan festival yang diselenggarakan di pusat kota, Richard mengajaknya berbicara dan mengatakan tentang pentingnya sebuah kesucian. Jika tiba waktunya Eleanor beranjak dewasa dan Richard masih melajang, Richard ingin Eleanor menghubunginya. Richard kini telah menyelesaikan sekolah arsitek dan bekerja di perusahaan besar di Boston.

Hari dimana dia menginjakkan kaki di New York dan bekerja, Eleanor menghubungi Richard dan mereka berjanji bertemu. Waktu yang dijanjikan akan tiba dalam lima hari kedepan.

Sekarang apa yang harus dia lakukan?

Eleanor menatap matahari yang hampir terbenam dan menyadari langit malam siap membentang di angkasa kota New York.

*********

Garreth mengamati perubahan sikap Eleanor padanya, gadis itu sekarang lebih diam dan menghindar. Dia ingin menjelaskan arti percintaan singkat mereka dua hari yang lalu, namun Eleanor selalu mengelak dan tidak ingin berbicara.

Suatu siang Garreth berada di luar rumah terjebak kemacetan di pusat kota dan tanpa sengaja menemukan sosok Eleanor diantara riuhnya sebuah butik pakaian ternama yang sedang padat pengunjung. Sepertinya pemilik butik memberikan diskon spesial hari ini dilihat dari poster besar yang terpampang di depan pintu kaca.

Garreth memarkirkan mobilnya dan memasuki toko. Dia berhasil menembus puluhan wanita yang berjejalan dan berdiri tepat di samping Eleanor.

"Hai." Sapanya dan gadis itu terkejut melihatnya. Eleanor mengenakan maskara yang membuat bola matanya yang hijau terlihat lebih memesona. Garreth menyukai gaun yang dikenakan Eleanor dan pakaian yang sedang dibentangkannya untuk dipertimbangkan dibeli.

"Apa kau membuntutiku?" Tanyanya curiga. Lengannya dilipat di dada.

Garreth tersenyum. "Aku suka pilihanmu. Apa kau mendapat harga yang layak?" Garreth menunjuk gaun di tangan Eleanor. Pakaian itu sangat sesuai dengan cuaca New York yang sedang hangat. Gaun panjang bertali itu akan menonjolkan kulit bahu Eleanor yang pucat dan berbintik. Garreth juga menyarankan Eleanor agat membeli topi bonet untuk menutupi wajahnya dari sengatan matahari.

"Terima kasih, Mr. Blake. Tapi tolong biarkan aku sendiri. Aku harus bergabung dengan antrian kasir." Gadis itu berkata datar dan jelas sekali tidak senang melihat kedatangannya.

"Aku bisa membantumu terbebas dari antrian itu. Tapi kau harus mau makan siang denganku." Garreth berbaik hati menawarkan bantuan ekslusif yang dia miliki. "Pemilik butik ini adalah kenalanku dan aku akan menghubunginya meminta kelonggaran untukmu."

Tapi gadis itu malah memelototinya. "Tidak usah. Aku lebih baik mengantri seharian daripada menghabiskan waktu satu jam bicara denganmu."

Eleanor mengambil tempat dibarisan panjang paling belakang. Garreth berdiri di barisan tepat di sampingnya.

"Kalau begitu kita bicara disini." Ucap Garreth santai. "

Eleanor membuang muka. "Aku tidak perduli."

Garreth bicara lagi. "Aku memutuskan tidak mencuci seprai itu. Noda merah yang kau tinggalkan jadi saksi betapa liarnya dirimu hari itu."

Perkataan Garreth berhasil membuat Eleanor menggeram marah dan menariknya keluar dari antrian. Membawanya ke sudut yang aman dari para penggosip.

"Apa maumu, Garreth Blake?" Eleanor menggertaknya dengan muka masam.

Garreth menyelam ke dalam mata hijau milik gadis itu. Eleanor bukan perempuan biasa yang mudah ditaklukkan. "Aku bayar pakaian itu, kau yang traktir kopi."

Garreth berhasil membuat Eleanor mempertimbangkannya. Tidak ada pilihan. Garreth akan terus mengganggu sampai Eleanor menyetujui gagasannya.

"Aku traktir kopi dan kau berikan spreinya padaku." Ucap Eleanor akhirnya.

"Deal." Jawab Garreth menang. Andai saja tadi dia membawa viagra milik temannya dia akan menambahkannya ke kopi Eleanor, Garreth ingin sekali menarik Eleanor ke sebuah hotel mewah dan menyalurkan hasratnya. Meskipun dengan cara yang licik, Garreth ingin membawa Eleanor kembali ke ranjangnya.

***************
Lima hari lagi dia akan bertemu dengan Richard, Eleanor harus mempersiapkan diri agar pria itu melihatnya sebagai wanita seutuhnya bukan lagi anak kecil yang dulu tinggal di seberang rumahnya.

Dia baru sadar tidak memiliki pakaian yang pantas untuk dikenakan. Richard mengajaknya makan siang dan dia tidak boleh terlihat jelek. Hari ini jatah libur Eleanor, setelah sekian lama berada di New York barulah hari ini dia benar-benar merasakan suasana kota.

Eleanor sedang memilah pakaian di etalase butik yang menjual barang promosi saat Garreth tiba-tiba menyeruak di sekitarnya. Pria itu tampak mengagumkan dengan setelan resmi berwarna biru langit dan parfum mahal yang dikenakannya sangat enak di hidung, dan senyum tipis yang hampir tidak ketara menghiasi bibirnya, tapi Eleanor pura-pura tidak perduli.

Beberapa wanita di dekatnya menyadari kehadiran pria seperti Garreth. Garreth ibarat mesin uang dan dari postur tubuhnya mudah ditebak akan kepiawaiannya di atas ranjang. Eleanor menelan ludah, bagian bawah tubuhnya berdenyut.

Eleanor memperhatikan beberapa wanita muda yang menatap Garreth seperti melihat kudapan lezat. Tapi Garreth tidak menyadarinya dan masih saja mengoceh tentang noda di seprai dan sesuatu yang liar, Eleanor terpaksa menyeretnya keluar dari barisan.

"Apa maumu?" Eleanor memasang muka masam agar pria itu tidak mengetahui Eleanor mengagumi mata gelap milik Garreth beserta alisnya yang menukik tajam.

Eleanor melihat mata Garreth tersenyum dan bibirnya melengkung miring mengirimkan sinyal berbahaya. Eleanor tahu pria seperti apa Garreth Blake dan apa yang sebenarnya diinginkannya.

Garretth menawarkan membayar belanjaannya agar tidak harus berdesakan saat membayar. Eleanor bisa menolak tapi sprei milik Garreth cukup menggoda untuk dimiliki mengingat betapa pria itu memuja jejak keperawanan yang dipersembahkan Eleanor padanya dan berniat mengawetkan sprei itu selamanya.

Eleanor akan memusnahkannya begitu mendapatkan barang terkutuk itu dari Garreth.

****************

To be continue.

ELEANORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang