Keesokan harinya.
Seperti hari sebelumnya Eleanor mengawasi sendiri butik miliknya. Dia memiliki lima karyawan yang bertugas melayani pelanggan, kasir, petugas keamanan, dan petugas kebersihan. Setiap hari Eleanor membawa Sean ikut bersamanya. Sean belum berminat mengikuti pre-school jadi Eleanor tidak ingin memaksa putranya. Sean malah lebih betah berada di butik. Wajah tampan dan sikap ramahnya selalu dikagumi para pengunjung, menjadi daya tarik tersendiri.Eleanor tidak berani membayangkan jika sampai Garreth mengetahui kebenaran tentang Sean, pria itu pasti akan merebut Sean darinya. Garreth tidak perlu mengetahui apapun.
"Mommy." Sean berteriak-teriak. Eleanor terlalu sering melamun sepanjang hari ini sampai tidak memperhatikan putranya menarik-narik lengan blouse nya.
Eleanor mencondongkan badannya dan berkata manis. "Ada apa, Sean?"
"Paman Garreth mencari Mommy di lantai bawah." Ucap Sean cepat kemudian berlari lagi menuruni anak tangga. Tak lama kemudian Garreth muncul dengan Sean berada di pundaknya, keduanya sedang tertawa gembira.
Kedekatan mereka tercipta secara alami, insting, naluri. Eleanor tidak bisa mencegah terjadinya.
"Paman Garreth mau temani Mommy ke taman kota." Ucap Sean kegirangan.
Garreth menatapnya penuh kemenangan. Pria itu cepat mengetahui kesukaan Sean.
"Mommy sibuk jadi kita tidak bisa keluar sekarang." Ucap Eleanor berdalih. "Mr. Blake mungkin ada yang bisa kami bantu mencari barang yang cocok untuk wanita terkasih Anda?"
Garreth menurunkan Sean lalu berbisik serius. Bocah lelaki itu kemudian mengangguk senang lalu pergi ke bawah.
Eleanor semakin tidak menyukai situasinya. "Apa yang kau katakan padanya?" Butik sedang sepi pengunjung, semua karyawan berkumpul di bawah.
"Aku hanya menjanjikannya es krim saat makan malam asal dia memberi waktu padaku membujuk ibunya bicara berdua saja." Ungkap Garreth menatapnya tajam.
"Kau mau dengar jawabannya, aku tidak menyetujuinya." Eleanor berjalan melewati Garreth ke arah tangga hendak turun tapi Garreth menahan lengannya. Dia terkesiap pelan.
Pria itu menariknya mendekat, memeluknya dari belakang, lalu berbisik di tengkuknya. "Jangan menghindar, bunga bakungku. Kau tidak tahu betapa menderitanya aku."
Eleanor merasakan Garreth mengeras di punggungnya. "Sudah jelas mengapa aku meninggalkanmu lima tahun yang lalu. Bukan aku yang tidak menginginkan pernikahan."
Lengan Garreth melingkar possesif di lehernya. "Aku sadar kesalahanku. Aku ingin menebusnya."
"Demi Tuhan. Aku sudah menikah. Lupakan saja aku, Garreth."
Eleanor memutar tubuhnya. Namun merupakan gagasan yang buruk berhadapan sedekat ini dengan Garreth. Nafas Garreth hangat menerpa wajah Eleanor.
"Bisakah kau melupakanku?" Garreth berbalik menyerangnya. Matanya memandang dengan bergairah.
Eleanor tidak pernah melupakan Garreth Blake. Sekeras apapun melenyapkan bayangan itu. Kenangan akan semua yang pernah terjadi tidak bisa terhapus begitu saja.
"Kau tidak berarti bagiku. Stephan membuatku terlalu bahagia sampai aku lupa bagaimana rasanya kita dulu. Apa kau ingin mendengar cerita hangatnya kami berbagi ranjang?"
"Tutup mulutmu, Eleanor." Garreth membungkam mulut Eleanor dengan mulutnya. Ciuman yang sarat amarah. Eleanor mendorong Garreth menjauh kemudian menampar muka pria itu sekuat tenaga.
Plaaakkk!!!!
Dengan murka Garreth menarik pinggang Eleanor kemudian mendorongnya paksa ke dalam kamar ganti dengan cepat mengunci pintu sebelum mendesaknya ke dinding dan melumatnya lagi dengan lebih bernafsu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELEANOR
RomanceEleanor hanyalah satu dari sekian banyak gadis muda yang berharap keberuntungan namun gagal. Nasi telah menjadi bubur, merasa malu kembali ke tanah kelahirannya di Shuttle Park, Eleanor menerima kenyataan bekerja sebagai pengurus rumah alih alih men...