Sejak malam itu, Garreth menutup diri menghindari Eleanor. Sikap dingin-nya menambah pahit derita yang harus ditanggung Eleanor. Nafasnya sesak oleh air mata yang terkadang jatuh tak tertahankan. Sean Blake meyakini pertunangan itu dan memecatnya saat itu juga dari tugas pelayan rumah. Eleanor diperlakukan dengan sangat baik selayaknya nona rumah. Dia merasa buruk oleh kebohongan yang sedang berlangsung di Blake House. Alex menahannya untuk membongkar rahasia itu dan membiarkan tetap berjalan. Satu minggu sudah berlalu dan Sean Blake pamit dari kediaman putranya. Wajahnya yang sendu masih berharap berita pernikahan itu berasal dari putra satu-satunya, Garreth Blake. Alex pergi bersama Sean setelah mencium canggung pipi tunangan palsunya.
Lusa aku kembali, jaga dirimu. Bisik Alex saat memeluk Eleanor.
Land Cruiser yang membawa Sean dan Alex melaju kencang dan tidak terlihat lagi. Eleanor termenung sejenak kemudian menyadari Garreth masih berada di sana.
Eleanor hendak pergi ketika Garreth menahannya.
"Tetap di tempatmu, Eleanor!" Nada suaranya memaksa langkah kaki Eleanor berhenti.
Meskipun begitu Eleanor enggan berbalik. "Sebaiknya penting, apa yang akan kau sampaikan padaku."
Punggung Eleanor merinding merasakan aura kemarahan saat pria itu berdiri mendekat.
"Kita tidak bisa bicara berdua saja saat ayahku berada disini." Ucapnya serak.
Persetan. Umpat Eleanor dalam hati. Pagi itu suasana amat hening, suara burung yang biasa berkicau ribut di pekarangan rumah tidak terdengar kali ini. Debar jantung Eleanor cukup kencang hingga bisa saja Garreth mendengarnya. Eleanor sampai menahan deru nafas agar tidak ada yang menyadari jika saat ini dia merasa gugup. Garreth seakan meniup tengkuknya setiap kali berbicara.
"Eleanor."
Suara Garreth menyebut lagi namanya. Eleanor menggagumi betapa indah cara Garreth mendesahkan namanya. Eleanor berbalik dan terkesiap. Pria itu ternyata berada terlalu dekat di belakangnya sejak tadi, Eleanor mundur satu langkah.
"Tidak baik jika kita berbicara terlalu lama, Mr. Blake. Orang akan bergosip." Ucap Eleanor tegas.
"Sebagai tunangan yang baik tidak seharusnya kau menatap langsung mata pria lain yang berbicara denganmu. Biasanya orang menundukkan kepalanya."
Ucapan Garreth membuat Eleanor malu. Dia amat kesal dengan sikap menyebalkan Garreth. "Apa maumu?"
Garreth menatap matanya, panas tatapannya seakan membakar sekujur tubuhya. Eleanor menelan ludah dengan gugup, memalingkan wajahnya.
"Apa kau berniat melanjutkan peranmu?" Tanya Garreth.
"Menikahi Alex?" Eleanor ingin rasanya mencekik Garreth karena tidak memahami hatinya. "Jika itu yang terbaik, tidak ada salahnya menikah dan memiliki masa depan bersama Mr. Smith."
"Pernikahan adalah mimpi buruk. Setiap percintaan tidak harus berakhir dengan pernikahan." Garreth meraih kedua tangannya. "Eleanor dengar, kita bisa bersama dan aku menjanjikan segenap jiwa untuk mendampingimu selamanya."
Eleanor sejujurnya tidak terlalu mengharapkan pernikahan saat ini. Masih banyak mimpi yang ingin diraihnya. Tapi Garreth maupun Alex tidak pantas untuknya. Dia hanyalah gadis desa yang miskin. Di dalam benak Eleanor, pendidikan tinggi adalah masa depannya. Tapi menjalani hidup bersama Garreth, pria egois itu hanya akan mengurungnya di dalam sangkar. Eleanor memuja kebebasan. Dia berniat meninggalkan New York, melepaskan Garreth Blake.
Beberapa hari yang lalu Eleanor menerima email dari Boston University. Permohonan beasiswa yang diajukan beberapa bulan yang lalu akhirnya dikabulkan pihak universitas. Tabungan yang dikumpulkan selama di Blake House lebih dari cukup untuk menopang hidupnya selama kuliah. Tapi dia tidak berniat memberitahu Garreth. Dia akan pergi dalam diam dan tidak kembali lagi ke Blake House.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELEANOR
Storie d'amoreEleanor hanyalah satu dari sekian banyak gadis muda yang berharap keberuntungan namun gagal. Nasi telah menjadi bubur, merasa malu kembali ke tanah kelahirannya di Shuttle Park, Eleanor menerima kenyataan bekerja sebagai pengurus rumah alih alih men...