"Pou, ngantuk."
Aku menengok ke arah Daniel sebentar, sebelum kembali lagi menulis jawaban soal Biologi yang Bu Lily berikan.
"Ya udah, tidur."
"Nggak bisa tidur."
"Pejamin aja mata lo, nanti juga tidur."
Aku melirik Daniel, tersenyum kala melihat Daniel memejamkan matanya, namun detik berikutnya Daniel mendengus dengan kedua mata yang terbuka lebar namun terlihat sayu karena mengantuk.
Kasihan juga. Matanya sudah terlihat memerah dan berair karena terus-terusan menguap.
"Tetap nggak bisa tidur Pou."
Aku menghela napas kasar. Menaruh pulpen dan buku di sampingku, sebelum memutuskan untuk menghampiri ranjang Daniel dan duduk di kursi.
"Biasanya lo langsung tidur Niel kalau udah di kasur."
Daniel menyampingkan tubuhnya ke arahku dengan bibir mengerucut dan pipi mengembung.
"Tapi gue nggak bisa tidur sekarang. Bau obatnya nyengat banget, gue nggak betah."
"Ini rumah sakit Niel, jadi wajar kalau bau obat-obatan."
"Tapi ngantuk Pou, gue pengen tidur."
"Ya udah tidur."
"Nggak bisa."
Aku menghela napas kasar. Menengok ke arah jam dinding, sudah jam sebelas ternyata pantas saja Daniel mengeluh mengantuk.
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar Daniel bisa tidur sekarang. Tak ada orang lain lagi selain aku dan Daniel di sini, kak Raffa dan Ayra sudah pulang setengah jam yang lalu begitu pun dengan Arkaan.
Ayra benar-banar memanfaatkanku untuk menjaga dan merawat kembarannya ternyata, sementara dia pasti sudah tidur nyenyak di kasur empuknya meninggalkan aku yang kewalahan karena Daniel yang merengek ingin tidur seperti seorang bayi.
"Pejamin mata lo,"
"Untuk?"
"Pejamin aja."
Daniel menurut. Dia mulai memejamkan matanya. Aku mengulurkan tanganku ke kepala Daniel, mendaratkannya di sana. Terdiam sebentar. Aku ragu dengan apa yang akan aku lakukan nanti.
Huft, nggak pa-pa Alsha. Nggak usah dipikirin. Buat bayi besar itu tidur dan setelahnya lo bisa tenang ngerjain tugas.
"Pou?"
Daniel membuka salah satu matanya, aku melotot garang, "Pejamin." Kataku setengah galak yang langsung membuat Daniel memejamkan matanya.
Aku menghela napas. Lagi. Sebelum memberanikan diri untuk mengusap kepala Daniel pelan.
Hhah, anggap saja aku sedang menidurkan seorang balita sekarang.
Daniel menyamankan posisi tidurnya, meringkuk seperti seorang bayi.
Diam-diam aku tersenyum kecil.
"Dasar manja."
🌾🌾🌾
343w
25/03/2018. [W]
27/04/2018 [U]
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL : A Ruined Soul.
Short Story"Hey Pou, apa yang bisa lo harapkan dari jiwa yang hancur?" "Hmm, tidak ada. Tapi mungkin bisa diperbaiki lagi." Daniel menggeleng, dahinya mengernyit, "Diperbaiki? Itu mustahil Pou. Bahkan mati aja lebih baik."