16. Dunia Basket.

71 12 0
                                    

Aku kembali berkutat meletakkan kumpulan buku di lantai itu pada rak. Aku harus secepatnya menyelesaikan hukuman ini sebelum bel istirahat berbunyi.

Aku tidak mau melewatkan waktu istirahatku dengan buku-buku menyebalkan ini.

"Oh ya, lo tahu Daniel di mana?"

"Rumah sakit."

"Ngapain dia di rumah sakit?"

Menaruh buku dengan kasar, sebelum menoleh dan memicingkan mata, menatap Bian kesal.

"Lo bisa nggak sih diam sebentar atau lebih baik lo pergi saja."

"Jawab pertanyaan gue dulu baru gue pergi."

"Lo bener-bener nggak tahu atau lo pura-pura nggak tahu, sih? Daniel jatuh dari tangga kemarin dan dia di rumah sakit sekarang."

"Ck, dasar ceroboh. Padahal gue mau ngajak dia ikut pertandingan basket bulan depan."

Aku berdiri. Menyandarkan sisi tubuhku pada rak buku. Meniup lalu meletuskan permen karet yang sedari tadi aku kunyah. Menatap Bian sangsi.

"Percuma, dia nggak akan ikut. Kakinya cidera, dan terlepas dari itu semua lo tentu sangat tahu bahwa Daniel membenci basket."

"Gue tahu, tapi apa salahnya gue nyoba ngajak dia kan? Benci basket bukan berarti dia nggak bisa main basket?"

"Tapi lo tentu tahu pasti bahwa Daniel bahkan lebih memilih nilai praktik basketnya kosong dari pada masuk lapangan untuk memperebutkan si bola orange itu."

Bian menggeleng pelan, kedua sudut bibirnya menampilkan senyum tipis.

"Lo salah Alsha, gue bahkan pernah lihat dia main basket. Dan gue akui, permainannya sangat hebat bahkan melebihi gue. Tapi yang gue heran, Kenapa Daniel membenci basket?"

Benar. Kenapa Daniel membenci basket jika nyatanya dia bisa bermain basket hingga Bian mengakui kehebatannya?

🌾🌾🌾

248w

25/03/2018

12/05/2018

SOUL : A Ruined Soul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang