"Tidak ... jangan lakukan itu ...."
Aku mengerutkan dahi mendengar suara lirihan itu. Mengerjapkan mataku pelan saat cahaya lampu menerobos kornea mataku.
Siapa yang bicara?
"Jangan menyakitinya ... gue mohon. Lepaskan dia ... hiks."
Suara ini... tunggu ini suara Daniel.
Aku segera bangun dari tidurku, melangkahkan kakiku ke arah ranjang Daniel hanya untuk mendapati Daniel yang terlihat gelisah dalam tidurnya. Keringat dingin ke luar dari sela-sela pori-pori kulitnya. Dan aku melihat dengan sangat jelas bagaimana air mata itu mengalir ke luar dari kelopak matanya.
"Daniel bangun." Kutepuk-tepuk pipinya pelan, namun Daniel tak kunjung bangun. Sementara kulihat dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan menggerakkan tubuhnya gelisah.
"Lepaskan dia ... hiks."
Ya ampun sebenarnya apa yang Daniel mimpikan? Kenapa dia menangis?
"Daniel--"
"LEPASKAN DIA."
Aku tersentak. Daniel tiba-tiba saja berteriak dan bangun terduduk di ranjangnya dengan napas memburu.
"Daniel,"
Daniel menoleh. Dan entah kenapa hatiku mencelos melihat wajah Daniel yang terlihat berantakkan dengan air mata dan keringat dingin.
"Pou," Daniel langsung memelukku erat. Menenggelamkan wajahnya di antara lekukan leherku. Aku bisa merasakan leherku terasa basah sekarang. Daniel menangis.
"Gue takut."
"Nggak papa, itu cuma mimpi buruk."
Aku menepuk pelan punggungnya, sesekali mengelusnya.
"Jangan tinggalin gue."
"Iya. Lo lihatkan gue di sini."
Aku tidak tahu apa yang Daniel mimpikan, tetapi sepertinya mimpi itu benar-benar buruk hingga membuat Daniel seperti ini.
Dan ini adalah pertama kalinya aku melihat Daniel menangis.
🌾🌾🌾
225w.
25/03/2018 [W]
05/05/2018 [U]
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL : A Ruined Soul.
Short Story"Hey Pou, apa yang bisa lo harapkan dari jiwa yang hancur?" "Hmm, tidak ada. Tapi mungkin bisa diperbaiki lagi." Daniel menggeleng, dahinya mengernyit, "Diperbaiki? Itu mustahil Pou. Bahkan mati aja lebih baik."