Daniel itu tak jauh berbeda seperti seekor kelinci. Bukan, bukan karena gigi kelinci atau telinga panjang, Daniel tak memiliki kedua hal itu. Tetapi dia seperti seekor kelinci karena kesukaannya memakan wortel kapan pun dan di mana pun.Jika kamu bertanya makanan apa yang Daniel sukai maka dia akan langsung menjawabnya dengan lantang bahwa sayuran yang--aku tidak tahu apakah wortel sejenis buah atau sayuran--memiliki warna orange itu adalah makanan favoritnya.
Dia akan menyukai semua makanan--kecuali bubur--atau minuman yang ada sayuran itu di dalamnya--terutama jus wortel.
Seperti saat ini. Daniel dengan lahap memakan kue brownies buatan tante Elena, tentu saja dengan bahan utamanya adalah wortel.
Aku meringis. Membayangkan brownies rasa wortel itu entah kenapa aku malah merasa mual. Ughh, rasanya pasti sangat aneh.
"Pou, lo mau nggak?"
Aku langsung menggeleng cepat, "Nggak."
Berbeda dengan Daniel yang suka makan wortel, aku malah tak menyukai sayuran--atau buah--itu. Daripada wortel aku lebih memilih tomat sebagai sayuran--atau buah--favoritku.
"Ini enak, beneran lo nggak mau?"
"Nggak. Makasih, buat lo aja."
"Beneran?"
"Iya."
"Ya udah gue habisin."
"Hmm,"
🌾🌾🌾
179w.
31/03/2018 [W]
15/05/2018 [U]
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL : A Ruined Soul.
Short Story"Hey Pou, apa yang bisa lo harapkan dari jiwa yang hancur?" "Hmm, tidak ada. Tapi mungkin bisa diperbaiki lagi." Daniel menggeleng, dahinya mengernyit, "Diperbaiki? Itu mustahil Pou. Bahkan mati aja lebih baik."