Masih di hari yang sama. Masih di tempat yang sama. Masih bersama bayi besar bernama Daniel.Ini sudah malam. Sudah jam sembilan lewat tetapi si bayi besar itu tidak memperbolehkanku untuk pulang. Dan terpaksa aku malah menyuruh salah satu supirku untuk membawakanku pakaian ganti, seragam sekolah untuk besok dan juga buku pelajaran.
Beruntung, malam ini Arkaan, kak Raffa dan Ayra datang.
"Gue mau ke kantin. Ada yang mau nitip nggak?"
"Gue nitip Americano satu ya, Sha." Kak Raffa yang dulu bicara, aku mengangguk. Lantas beralih pada Ayra yang tengah memotong-motong wortel untuk Daniel.
"Lo Ay?"
"Gue ikut sama lo."
Aku mengangguk.
Kali ini pandanganku beralih pada dua orang cowok yang masih asik main batu-gunting-kertas, saling cubit-cubit hidung tak jelas. Mungkin yang kalah hidungnya akan dicubit oleh si menang.
"Arkaan, Daniel?"
Permainan mereka berhenti.
"Es krim!"
Plakk
"Aw!"
"Nggak boleh! Lagi sakit juga."
"Es krim, Arkaan. Pokoknya gue mau es krim."
Daniel melotot, tetapi tangannya mengelus lengan kanannya yang baru saja digeplak Arkaan. Arkaan balas melotot.
"Es krim atau gue?"
"Es krim."
"Okey, kalau gitu gue pulang."
Arkaan langsung ke luar, menutup pintu dengan kasar.
Astaga kedua anak ini benar-benar, deh.
"Dasar kekanakkan." Aku menoleh, mendapati Ayra yang mencibir Arkaan yang baru saja pergi.
Aku beralih kembali pada Daniel yang kini merengut sedih.
"Niel?"
"Arkaan."
"Hah?"
"Gue mau Arkaan, nggak mau es krim."
Ayra mendengus. Mengeluarkan handphonenya mengetik sesuatu lantas mendekatkan di telinganya.
Aku tidak tahu dia menelpon siapa.
"Balik sekarang atau lo mati."
Aku tersenyum, menggelengkan kepala pelan tak habis pikir. Sudah tahu siapa yang di telpon Ayra. Pasti mantannya. Arkaan.
Ayra langsung menutup teleponnya. Beralih menatap kembarannya yang masih merengut sedih.
"Eyy Jelek, jangan cemberut lo. Si egois itu bentar lagi dateng. Kalau nggak dateng entar gue bunuh tuh bocah."
Wajah Daniel berubah cerah dengan senyuman lebar yang terpaut di bibirnya. Sementara Kak Raffa yang berada di sampingnya mengusak rambut Daniel gemas.
Bagi Daniel; Arkaan itu sahabat sekaligus kakaknya, tetapi bagi Ayra; Arkaan itu mantan paling egois dan posesif yang kini dibencinya.
Tetapi aku tahu, untuk Daniel, Ayra akan melakukan apapun agar senyuman Daniel tidak luntur meski harus berurusan dengan Arkaan.
🌾🌾🌾
326w.
24/03/2018. [W]
06/04/2018 [U]
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL : A Ruined Soul.
Cerita Pendek"Hey Pou, apa yang bisa lo harapkan dari jiwa yang hancur?" "Hmm, tidak ada. Tapi mungkin bisa diperbaiki lagi." Daniel menggeleng, dahinya mengernyit, "Diperbaiki? Itu mustahil Pou. Bahkan mati aja lebih baik."