"Nggak mau makan bubur, Pou. Nggak enak. Hambar."
"Buburnya udah gue kasih wortel Niel."
"Tetap nggak mau."
"Makan buburnya atau lo di rumah sakit selamanya." Kataku kesal. Tentu saja kesal karena ini sudah setengah jam aku memaksanya makan bubur tapi Daniel bahkan belum makan bubur satu suapan sekali pun.
"Pou!"
Daniel cemberut.
"Makanya buburnya dimakan."
"Nggak mau Pou. Nggak mau. Nggak enak."
Aku membuang napas. Menaruh mangkuk bubur di atas nakas, menatap Daniel jengah yang malah asik dengan handphonenya.
"Terserah. Gue nggak peduli lo mau makan atau enggak. Gue pulang."
Aku langsung ke luar dari kamar Daniel, tak peduli dengan cowok itu yang memanggilku.
Berjalan-jalan sebentar mungkin lebih baik daripada langsung pulang ke rumah.
Orang-orang hanya tahu bahwa Daniel itu aneh, manja, kekanakkan, dan ceroboh. Tapi mereka tidak tahu bahwa Daniel dan Arkaan itu sama. Sama-sama memiliki sifat keras kepala.
🌾🌾🌾
143w
18/03/2018 [W]
03/04/2018 [U]
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL : A Ruined Soul.
Short Story"Hey Pou, apa yang bisa lo harapkan dari jiwa yang hancur?" "Hmm, tidak ada. Tapi mungkin bisa diperbaiki lagi." Daniel menggeleng, dahinya mengernyit, "Diperbaiki? Itu mustahil Pou. Bahkan mati aja lebih baik."