27. Terima Kasih

1.3K 86 3
                                    

"Elo ngapain sih nyuruh gue keluar?!" Sherin berkacak pinggang menatap gemas ke cowok di hadapannya.

"Apa lo gak liat si Argan ngamuk gak ketulungan kayak gitu? Dasar mata empat!" Cibir Deo. Cowok itu menatap Sherin lekat-lekat, sayangnya Sherin tidak peka akan kode tersebut.

"Tapi dia temen gue!" Protes Sherin dengan nada meninggi.

"Kalau elo jadi sasaran amukan gimana?" Deo menyesali kalimat yang terlontar barusan. Ia memalingkan wajahnya sebelum cewek berkacamata itu menyadari bahwa pipinya merona.

"Deo gak mau elo kenapa-napa, Sher!" Timpal Andre membuat Deo salah tingkah.

"Ha?"

"Sotoy lo!" Deo menempeleng kepala Andre.

"SHERIIIIIN!" Panggil seseorang dari arah belakang.

Sherin menoleh, "Ini rumah sakit, Manda. Berisik amat!" Bentaknya pada cewek yang baru datang.

"Rafa mana?" Tanya Manda ketika hanya mendapati Sherin dan tiga orang cowok di sana.

"Lagi di dalem,"

"Cuma berdua, sama si Ketum LensPotret?"

"Mmm," wajah Sherin tertarik ke arah cowok yang berada di belakang Manda. "Bang Ali ngapain lo ajak kemari?" Bisik Sherin sepelan mungkin.

Manda hanya cengengesan.

"Malah nge-date ya?" Sherin menyikut Manda.

Cklek

Pintu terbuka. Semua mata tertuju ke arah Rafa yang keluar dengan mata sembab dan sisa tangis yang membasahi pipi.

"Raf?" Panggil Manda namun tidak digubris sama sekali.

Darel yang mendapati ekspresi Rafa segera berlari menyusul gadis bersurai legam itu.

Sherin dan Manda saling melempar pandang dalam diam, tidak ada yang berani bertanya tentang apa yang terjadi. Deo menggeleng tak habis pikir dengan ulah Argan yang membuat Rafa menjadi sedih seperti itu, begitu juga Andre.

"Gue kayaknya mau balik aja deh," Manda memberi isyarat kepada Ali, cowok di belakangnya.

"Kita cabut duluan, ya." Pamit Ali kepada yang lain. Manda berjalan berdampingan dengan cowok berkulit putih itu.

Hanya tersisa Sherin dan dua orang konco Argan. Andre tersenyum ambigu ke arah Sherin. "Lo balik sama Deo aja, Sher. Soal Argan, biar gue yang atur. Udah sana pergi!" Andre mendorong Deo.

"Gue anterin lagi nih?" Deo memasukkan tangan ke saku celana.

"Boleh," Sahut Sherin malu-malu.

📷📷📷

Rafa masih mengunci mulutnya sejak lima menit yang lalu. Mata merahnya sibuk menerawang ke luar kaca mobil. Darel tidak berani untuk mengajukan pertanyaan melihat kondisi Rafa yang kacau untuk saat ini. Ia diam dan berusaha bersikap normal.

"Darel," Akhirnya Rafa bersuara membuat Darel sedikit bernapas lega. "Gue mau ke cafe." Ucapnya.

Darel menunggu nama cafe yang akan dituturkan Rafa, namun hingga sepuluh detik kemudian Rafa kembali bungkam. Cowok itu berpikir sejenak, cafe apa yang bagus untuk mereka kunjungi. Di detik ke lima belas, Darel berdecak singkat, "Oke."

Mobil itu memasuki kawasan cafe dengan arsitektur yang unik. Banyak kendaraan terparkir menandakan cafe tersebut cukup menarik untuk dikunjungi.

Lensa Argan✔[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang