Papan tulis yang semula putih bersih kini sudah penuh dengan coretan abstrak dengan tinta warna-warni. Antara garis yang satu dengan garis yang lain saling berhubungan, ada yang membentuk angka, simbol aneh, atau bahkan gambar yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan mata pelajaran hari ini.
Beberapa siswa yang sudah jenuh mulai memakai pose andalan mereka. Menopang dagu dengan mata sayup yang nyaris rapat.
Kringg kringg
Dengungan bel sekolah otomatis membuat siswa gelagapan. Kepala yang semula tertunduk langsung tegap memandang lulus ke papan tulis.
"Kita sambung minggu depan," ucap Pak Asep sebelum meninggalkan kelas.
"Huh," Rafa merenggangkan kedua tangannya. Terdengar suara seperti ranting kering yang tidak sengaja terinjak dari punggung Rafa. Bisa dibayangkan betapa lelahnya murid X IPA 7 hari ini. Berjibaku dengan kumpulan rumus fisika yang cukup membuat asap mengepul dari kepala mereka. Belum lagi, nada suara nan mendayu dari Pak Asep sukses mengantarkan murid-muridnya ke negeri mimpi.
"Pegel banget!" Manda memegangi lehernya yang kaku.
Sedangkan Sherin sibuk membersihkan kacamatanya yang berembun. "Kalian mau nungguin gue pulang gak?"
"Ke DPR dulu, lo?" Manda mengemasi bukunya dengan setengah hati. Sisa kejengkelannya karena gagal menyelesaikan soal fisika tadi tampaknya masih mengendap di hatinya.
"Gue olimpiade matematika hari ini,"
"What?" Manda membanting buku cetak fisika ke atas meja. "Setelah sekian lama, baru kali ini lo ikutan?"
"Udah insaf kali?!" Goda Rafa yang sibuk memeriksa chat di ponselnya.
"Ya kali gue gak latihan lagi, bisa-bisa gue bakalan dikeluarin dari ekskul ini." Sherin memasang kacamatanya yang sudah mengkilap.
"Kalo dikeluarin, tinggal cari ekskul lain. PMR kek, Pramuka kek, atau lo mau ikut LensPotret." Ujar Manda asal yang tanpa sengaja membuat Rafa menoleh sebal ke arahnya.
"Apa?" Tanya Manda polos sebelum akhirnya Sherin menyikut.
"Eh, sorry Raf!"
"Lagian elo sih!" Sherin memarahi Manda yang dinilai kurang peka terhadap situasi yang sedang Rafa hadapi sekarang.
"Gue janji bakal maningkatkan kepekaan gue," Manda merapatkan kedua tangannya.
"Awas aja lo sebut-sebut lagi! Gue pepes elo nanti!" Ancam Rafa.
"Ya kan gue cuma ngomong ekskulnya doang, bukan ketuanya." Gerutu Manda membela diri.
"Sama aja," Rafa memutar bola matanya.
"Sorry ya,"
"Iya, bawel." Rafa menyandang ranselnya. "Kuy pulang, Man!"
"Kita duluan ya, Sher. Belajar yang bener!" Nasehat Manda kepada Sherin.
"Siap," Sherin memberi hormat bendera kepada Manda.
Manda berlarian kecil mengejar Rafa yang sudah mulai menuruni anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lensa Argan✔[END]
Teen Fiction[Book1] "Lo payung biru kan, eh maksud gue lo yang minjemin payung waktu itu kan?" Orang itu menyunggingkan sebelah senyum. "Lo hafal wajah gue tapi gak hafal suara ya? Kalo boleh gue kasih saran, mending lo pergi ke dokter THT deh." Start: maret 2...