"DASAR COWOK SINTING!"
Rafa menyelipkan kertas pembatas pada halaman novelnya sebelum ia turun dari angkot. Ia menyodorkan selembar uang dua ribu rupiah kepada sang sopir. "Makasih, Pak."
Sesampainya di gang senggol, Rafa kembali membuka bukunya dan melanjutkan bacaan yang sempat terjeda. "Ketika hendak berbalik, ia... melihat...." Ucap Rafa terbata, mengeja kalimat di novelnya.
Tap tap
Terdengar suara tapak kaki dari balik punggungnya.
Rafa menoleh ke belakang dengan tatapan ngeri. Gang sempit nan panjang itu menguar atmosfer ganjil.
"Siapa tuh?" Rafa cekingak-celinguk mencari sumber suara. Namun untungnya tidak ada siapa-siapa. Ralat! Bukan untung tapi gawat.
"Gue sendirian kan di sini? Punten, jangan ganggu!" Rafa menggigit bagian dalam bibir bawahnya. Sedetik kemudian ia lari terpingkal-pingkal.
Evilsmirk tercetak di wajah seseorang yang tanpa disadari ternyata sedang mengikuti Rafa. Pria itu masih mengamati punggung Rafa yang kian menjauh.
"Ternyata dia orangnya. Okay girl, game's start!"
📷📷📷
"Darimana dia tau?"
Argan menyandarkan kepalanya ke dinding di sebelahnya. Tangannya sibuk menggulir layar ponsel tanpa menghiraukan cowok yang tengah menunggu jawaban darinya.
"Woi!" Tidak ingin terlalu lama seperti kacang goreng, Andre menepuk bahu Argan.
"Apaan sih lo, Ndre! Gak liat apa gue lagi ngapain?!" Argan malah membentak, membuat nyali Andre ciut untuk kembali bertanya.
Argan mencabut charger ponselnya dari stopkontak lalu menggulungnya asal.
"Lo nanya apaan barusan?"
"..."
"Woi, Ndre!"
"Gak jadi, males gue."
"Ngambekan. Kayak cewek lu!"
Pluk
Andre spontan menjitak kepala Argan. "Gue jejelin sambel tu mulut baru tau rasa!" Dari dua ribu tiga ratus empat puluh sembilan orang di sekolah ini, cuma Andre satu-satunya siswa yang berani menyentuh Argan. Capslock, menjitak!
"A di 'Ang a?" Argan tak tinggalin diam. Ia kembali membalas.
"Eh, apa-apaan sih kalian berdua? Kayak bocah tau gak?" Ejek Deo yang datang membawa es teh manis yang ia beli dari warung Bukde.
Seperti biasa, Argan langsung merampas minuman Deo begitu saja. "Tuh anak gaje!" Ia menyeruput sekilas lalu mengembalikannya ke Deo.
Deo menatap nanar es tehnya, "Kalo mau minta izin dulu napa!"
"Gaje pala lu! Gua nanya si Rafa tau darimana soal keluarga lo?" Andre memutar bola matanya jengah.
"Oh," Argan memasukan ponselnya ke saku seragam. "Palingan dari Abang gua,"
"Cewek lu kenal sama Bang Nichol?" Ujar Andre dengan nada mengompori.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lensa Argan✔[END]
Fiksi Remaja[Book1] "Lo payung biru kan, eh maksud gue lo yang minjemin payung waktu itu kan?" Orang itu menyunggingkan sebelah senyum. "Lo hafal wajah gue tapi gak hafal suara ya? Kalo boleh gue kasih saran, mending lo pergi ke dokter THT deh." Start: maret 2...