Hari ini murid SMA Cendikia dipulangkan lebih awal karena para guru mengadakan rapat untuk persiapan Adiwiyata tingkat nasional. Kebahagiaan yang hakiki terlukis di wajah setiap murid. Dengan perasaan berbunga-bunga, mereka lekas meninggalkan sekolah. Ada yang langsung pulang ke rumah dan ada juga yang kelayapan entah kemana.
"Raf, gue sama Manda rencananya mau mantau si A dan si D di DPR. Lo mau ikut?"
Rafa menggeleng cepat menolak tawaran yang tidak berfaedah itu. Lebih baik ia segera pulang dan membaca novel di rumah ketimbang menanti doi di bawah pohon rindang.
"Kalian aja, gue mau pulang aja."
"Oke, bye!" Sherin melambaikan tangan disusul oleh Manda yang sudah tidak sabar.
"Bye!"
Rafa mempercepat langkahnya. Ia tidak ingin manusia aneh itu melihatnya. Beruntung, hari ini Argan tidak mencarinya ke kelas. Mungkin cowok itu terlambat datang atau bahkan memboloskan diri. Jujur Rafa tidak peduli.
Cepet Raf! Jangan sampe ketemu dia! Batin Rafa memberi semangat kepada dirinya sendiri untuk terus berjalan tanpa menoleh ke belakang.
"Rafa?"
Siapa tu? Rafa mengernyit samar. Takut jika yang memanggilnya adalah Argan.
Gadis itu segera menoleh ke arah sumber suara. Ternyata pemilik suara itu adalah Nichol, sang ketua OSIS.
Nichol tengah memantau seseorang dari jarak jauh. "Bisa bicara?" Ujarnya dengan mata yang masih mengawasi sekitar.
Rafa mengangguk. Awalnya Rafa kira mereka akan berbicara di sekitar sekolah, ternyata Nichol mengajaknya ke sebuah cafe. Tidak tanggung-tanggung, Nichol juga menyuruh Rafa untuk naik ke motornya.
Selang beberapa waktu kemudian, mereka sampai di tempat tujuan. Nichol meminta Rafa menunggu di depan cafe karena ia akan menyelesaikan urusan parkir.
Kira-kira, Kak Nichol mau ngomong apa ya? Pake ke cafe segala? Rafa membatin.
Tidak butuh waktu lama, Nichol mengajak Rafa masuk. "Kamu nggak buru-buru pulang, kan?"
"Eh, nggak kok Kak."
Cafe bernuansa modern tropis bercat oranye itu menjadi pilihan Nichol. Rafa bingung. Kenapa Nichol membawanya ke cafe ini? Apa yang akan dikatakan Nichol sebenarnya?
📷📷📷
Dari kejauhan, Sherin melihat target incarannya sedang berjalan bersama Argan. Deo dan Argan terlihat begitu akrab.
"Manda, kok Argan bisa deket banget sama Bang Deo ya?" Sherin memicing dengan telunjuk menyentuh dagu.
Manda menoleh ke arah telunjuk Sherin. "Kalo elo yang terkenal stalker andal aja nggak tahu, apalagi gue?!"
"Ya, kan gue cuma nanya. Siapa tahu elo tahu gitu." Sherin memperbaiki posisi kacamatanya.
"Nggak ada urusan juga kali gue ngurusin Argan sama Bang Deo!"
"Hmm. Untung Rafa udah pulang ya." Sherin tersenyum.
"Bener banget, kalau dia masih di sini. Pasti si Argan bakal nanya, 'Rafa mana?' Bener kan, Sher?"
"Nah!"
Dua cowok itu berjalan ke arah Manda dan Sherin. Deo tampak berjalan santai dengan tatapan terfokus pada ponsel, sedangkan Argan langsung menyorot Sherin dan Manda dengan penuh intimidasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lensa Argan✔[END]
Fiksi Remaja[Book1] "Lo payung biru kan, eh maksud gue lo yang minjemin payung waktu itu kan?" Orang itu menyunggingkan sebelah senyum. "Lo hafal wajah gue tapi gak hafal suara ya? Kalo boleh gue kasih saran, mending lo pergi ke dokter THT deh." Start: maret 2...