Amarah adalah caranya bertahan
Cinta adalah kelemahannya'~'
"ELO TERUS AJA NUTUPIN KELEMAHAN DIRI LO SENDIRI!" Teriak Rafa menggelegar.
PLAKKKK
Tamparan keras yang sedari tadi terus ditahan Argan akhirnya terlampiaskan. Dua manusia itu bergeming. Waktu di sekitar mereka seakan terhenti untuk beberapa saat.
Seakan belum puas dengan apa yang ia lakukan, Argan menarik Rafa dan membawanya ke gudang sekolah. Dilemparnya tubuh Rafa hingga terbentur ke ubin dingin nan berdebu.
Srekkk
Dikuncinya pintu rapat-rapat.
Argan melangkah mendekati Rafa. Napas kasarnya terus mengepul dari kepundan hidungnya.
"Apa yang lo tau soal gue?" Dijambaknya rambut Rafa sampai gadis itu mendongak ke langit-langit.
"Apa yang lo tau soal gue?" Bisiknya pelan.
"JAWAB!"
"Hhheeeggg... Hhheeeggg... " Rafa tersedu makin menjadi-jadi.
"JAWAB!"
Argan berdiri penuh bangga, "Siapa yang perlu dikasihani sebenarnya?"
Ia berjalan kemudian bersandar di daun pintu."Gue udah pernah bilang ke elo, kalo masih mau hidup jangan cari gara-gara. JANGAN SOK TAU!" Teriaknya menampilkan urat lehernya.
"Hahaha... " Tawa Rafa pecah seketika. Tubuh ringkihnya berusaha berdiri meskipun sangat sulit baginya.
"Heh... " Rafa menggeleng sambil tersenyum. "Elo. ELO YANG PATUT DIKASIHANI!"
"Udahlah, Argan Mahesa. Lo gak usah nutupin siapa diri lo yang sebenarnya. Gue udah tau semuanya," Rafa menyipitkan matanya, "All about you!" Tunjuknya.
Gadis itu maju selangkah. "Gak usah sembunyi di dalam benteng pertahanan lo,"
"EH, RESE! DIEM LO!" Argan tersenyum ambigu. "Maksud lo apa?" Argan bersedekap sembari menatap langit-langit yang dipenuhi sarang laba-laba.
"Bener dugaan gue, elo gak bakalan ngerti." Rafa menggaruk kepalanya.
"Sampai kapan elo terus bertahan di balik pertahanan yang jelas-jelas gak berguna sama sekali?! Gak ada gunanya," Rafa menatap sepatunya.
"Marah yang lo kira bisa bikin semua orang berpikir kalau elo itu kuat, elo itu hebat, elo itu gak ada tandingannya... Semuanya salah besar! Bukan gitu caranya," Nada bicara Rafa melemah.
"Jangan berpikir pakai ini aja," Rafa menunjuk kepalanya sendiri. "Tapi pake ini," kemudian telunjuk itu mengarah ke dadanya. "Hati lo," tambah Rafa.
"GUE GAK PUNYA HATI! PAHAM LO!" Teriak Argan geram mendengar ucapan Rafa.
"Elo punya,"
"GAK!"
"Maaf, gue lupa. Lo emang GAK PUNYA HATI!" Sergap Rafa.
"Elo selalu mengedepankan ego ketimbang perasaan! Elo gak pernah peduli sama siapapun sekalipun itu keluarga lo sendiri!"
"KENAPA? MASALAH?" Kini Argan yang menantang Rafa.
"Gue emang gak punya hati. Elo tau kenapa, ha?" Argan berjalan mengitari Rafa.
"Karena gue gak akan biarin sesuatu yang namanya CINTA itu tumbuh di sini," Argan menunjuk dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lensa Argan✔[END]
Fiksi Remaja[Book1] "Lo payung biru kan, eh maksud gue lo yang minjemin payung waktu itu kan?" Orang itu menyunggingkan sebelah senyum. "Lo hafal wajah gue tapi gak hafal suara ya? Kalo boleh gue kasih saran, mending lo pergi ke dokter THT deh." Start: maret 2...