Rainangkasa. 3.1

20.8K 1.5K 87
                                    

Sebelumnya gue mau ngasih tau nih. Di part ini banyak kata-kata kasarnya, tolong maafin yaa.

Happy reading!

*****

"saat kita berjuang untuknya, saat kita rela mengorbankan segalanya namun hanya di anggap rendahan. Orang itu tak patut di perjuangkan"

**

Pagi ini tak secerah biasanya, mendung menghalangi terbitnya matahari.
Mungkin Murid-murid akan kesal karena sebentar lagi hujan, namun berbeda dengan Raina, ia terus mengembangkan senyumnya dan menatap dari jendela kelasnya setiap rintik hujan yang mulai turun secara perlahan.

Lalu ia menoleh ke Lisa yang tengah sibuk memainkan ponsel.
"Lisaa" panggilnya.

"hmm"

"Lisa suka hujan gak?"

"biasa aja sih, gak terlalu suka" jawabnya dengan pandangan yang masih terfokus pada layar ponsel.

"klo Angkasa suka hujan gak ya?"

"coba aja lo tanya ke orangnya" jawabnya asal.

Senyum Raina semakin merekah, dan lansung bangkit dari tempat duduknya. Ia berlari menuju kelas Angkasa, ia tak peduli dengan murid-murid lain yang memperhatikannya.
Saat sampai depan kelas 12 Ips 2, ia mencari keberadaan Angkasa namun sepertinya belum datang.

"cari siapa?" tanya orang yang berada di belakang Raina.

Raina terkejut dan langsung menoleh "ehh itu,,, apa sih, ohh iya, Raina mau ketemu Angkasa, kamu temennya ya?"

"iyaa, gue temen sekelasnya. Lo inget gue gak?" tanya nya.

Raina mengerutkan keningnya mencoba mengingat sesuatu, tiba-tiba sebuah senyuman terukir di wajahnya.

"Rain inget, kamu yang waktu itu jajan di kantin kan?"

"banyak kali yang jajan di kantin, bukan gue doang" jawabnya kesal.

"lo beneran gak inget siapa gue?" tanyanya. Raina hanya menggeleng.

"gue Fajar Zyasterio yang waktu itu lo kasih permen" ucapnya.

"ohh yaa Rain inget, maaf ya waktu itu Rain buru-buru takut Lisa marah, jadi cuma bisa kasih permen hehe" Raina terkekeh kecil.

"santai aja. Lo ngapain cari Angkasa?"

"Rain mau nanya tentang hujan tapi karena Angkasa belum dateng, jadi nanti aja deh. Rain mau ke kelas aja, bentar lagi juga bel. Bye Pajar"

Fajar tersenyum geli, tingkah gadis itu mengingatkan nya pada seseorang.

*****

Kini Raina dan Lisa sedang berada di perpustakaan. Hari ini, memang bagian mereka untuk piket perpustakaan.

Raina yang tengah membereskan buku yang berantakan, tak Sengaja melihat seseorang yang sedang duduk di pojok sambil memegang sebuah buku yang menutupi wajahnya.

Ia menghampirinya dan menarik buku itu secara perlahan untuk dapat melihat wajah seseorang di balik buku itu. Raina terkejut saat melihat wajah orang dibalik buku itu. Orang itu adalah Angkasa Milano. Orang yang Raina suka tengah tertidur dengan tenang karena terdengar suara dengkuran kecil.

Angkasa terlihat sangat damai ketika sedang tidur berbanding terbalik dengan Angkasa yang sering memberinya tatapan tak suka.
Raina mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi kameranya untuk memfoto wajah Angkasa yang tengah tertidur.

Cekrek.

Raina merutuki dirinya, ia lupa mensilentkan ponselnya. Tubuh Angkasa bergerak, ia menguap dan perlahan membuka matanya. Raina langsung menyembunyikan ponselnya di selipan buku yang tadi ia pegang dan tersenyum manis saat Angkasa memandangnya dengan setengah sadar.

"Hallo Angkasanya Rain" sapa Raina dengan cengiran yang menunjukkan gigi putihnya itu.

Angkasa mengerjap beberapa kali untuk menyadarkan dirinya sepenuhnya. Setelah sadar sepenuhnya, ia langsung berdiri dan menatap Raina dengan tatapan tak suka.

"lah bego! Ngapa lo nyengir?!" ucapnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Angkasa ganteng banget klo lagi tidur, bikin Rain tambah suka" Raina terkekeh malu.

Angkasa menyerngitkan keningnya dan hendak meninggalkan gadis gila itu, namun langkahnya tertahan saat Raina menghadangnya.

"Angkasa gak boleh kemana-mana, Angkasa harus jawab pertanyaan Rain dulu!" ucapnya.

"apa sih idiot" ketusnya. Ia mendorong tubuh gadis itu agar menyingkir, namun Angkasa mendorongnya terlalu kencang hingga gadis itu terjatuh di sampingnya.

"adohhh sakit ni. Angkasa mah jahat, masa Rain di dorong" ucapnya sembari mengelus keningnya yang terbentur rak buku.

Angkasa menatapnya malas dan langsung meninggalkan Raina tanpa berniat membantunya.

"Angkasa tungguin" panggilnya yang langsung menyusul angkasa tanpa memikirkan keningnya yang mengeluarkan darah akibat benturan tadi.

"Rain lo mau kemana? Itu jidat lo kenapa bego?" tanya Lisa yang tak dihiraukan oleh Raina yang terus berlari mengejar Angkasa.

Angkasa yang sedang berjalan santai membuat Raina mudah untuk mengejarnya "Angkasa kok jahat sih, liat nih jidat Rain berdarah"

Angkasa menatapnya tajam lalu pandangannya beralih pada kening Raina yang berdarah. Tatapannya berubah sendu, lagi lagi dadanya terasa sesak.

Raina panik melihat perubahan wajah Angkasa "Angkasa kenapa?" tanyanya.

"lo tuh bego atau goblok sih, lo tau gue jahat, ya ngapain masih di ikutin?!" Angkasa tetaplah Angkasa, orang yang sangat membenci Raina.

"kan Rain suk-"

"ALAH TAI LO! GA USAH KATA SUKA LO JADIIN ALASAN BUAT DEKETIN GUE! GUE BENCI CEWE MURAHAN!" Raina tersentak mendengar Angkasa membentaknya. Air matanya menetes, ia benci saat di sebut sebagai 'cewe murahan'. Semua yang ia lakukan selama ini apa Angkasa menganggapnya itu sangat rendahan? Saat ia rela berjuang demi Angkasa, apa itu tak berharga? Saat ia rela jatuh berkali-kali demi Angkasa, apa itu terkesan murahan?. Semua pertanyaan itu mulai terngiang dipikirannya.

Tanpa mengucapkan apapun, Raina berlari meninggalkan Angkasa dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Rainangkasa [TERBIT]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang