"Syah, kamu tau betapa sedih aku saat tau kamu pergi ke Aceh tanpa pamit kepadaku?" ucap Rendy dengan nada sedih.
"Bukannya aku tidak mau pamit Ren, Aku sudah menunggu mu di Bandara sampai nama ku dipanggil berkali kali oleh petugas bandara, tapi apa kamu tidak datang Ren."
"Maaf, saat itu aku tengah pesta dengan mereka yang membuatku melakukan hal yang sama sekali tidak diperbolehkan oleh agama."
"Tidak apa toh itu sudah lama." Balasku dengan nada yang aku tegar tegarkan padahal kenangan itu sama sekali tidak pernah aku lupakan bahkan rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang.
"Kenapa kamu tidak mencoba mengatakan padaku, kalau kamu mau pergi."
"Mencoba? Apa kau tidak ingat , apa yang terjadi padaku dan apa yang dilakukan teman temanmu setelah aku mencoba menegurmu?" Tanya ku dengan nada mulai meninggi
"Maaf, maaf juga aku dulu sempat mengabaikanmu, sempat ikut membully mu, sebenarnya hatiku sakit syah waktu melihatmu di bully."
"Sakit? Tapi kau hanya melihatku, ikut membantu mereka, apa itu seorang sahabat?"
"Aku sudah mencoba menegur mereka syah, agar tidak membully mu."
"Hanya mencoba? Tapi tidak melakukan."
"Maaf, aku terlalu takut dengan mereka."
"Kau tau Ren, aku sempat mencoba bunuh diri gara gara tidak kuat lagi dengan perlakuan teman temanmu, Beruntung aku tidak jadi gara gara kepergok temanku, berkali kali aku mencoba bunuh diri lagi namun selalu gagal, aku pun mengerti mungkin Allah tidak ingin aku mati sia sia."
"Maaf syah, aku tidak tahu bakal seperti itu jadinya."
"Setelah itu aku pun mencoba memperbaiki diriku dengan memakai hijab, namun apa teman temanmu malah semakin menjadi jadi setelah aku memakai hijab, Beruntung seminggu kemudian ayahku dapat tawaran pekerjaan di Aceh sehingga aku bisa meninggalkan kalian semua, meskipun aku berat meninggalkan sahabatku satu satunya, ya meskipun aku tahu kalau aku sudah tidak dianggap lagi oleh sahabatku."
"Aku selalu menggangap mu sebagai sahabatku syah, bahkan waktu aku mendengarmu pindah ke Aceh, aku memaksa kedua orang tua ku untuk memindahkan aku di Aceh kerumah pamanku, Awalnya kedua orang tua ku tidak memperbolehkan lalu setelah melihatku tidak mau pergi sekolah lagi kedua orang tuaku pun frustasi lalu mengalah dengan memindahkan aku di Aceh, Kau tau? Aku selalu mengawasimu syah, meskipun sekolah kita beda aku menyempatkan diri untuk melihat mu sepulang sekolah dari jauh."
"Kenapa kau tidak mencoba menghampiriku Ren?"
"Aku takut membuatmu sedih lagi syah."
"Apakah kau tidak tahu seberapa rindunya diriku kepadamu Ren, bahkan aku sempat berpikir untuk pulang sebentar ke Surabaya untuk menemuimu."
"Maaf syah, sungguh aku sangat menyesal."
"Sudahlah Ren, aku capek mendengar kata kata maafmu, aku harus pergi Paman dan Harris sudah menunggu ku."
"Apa perlu ku antar?
"Tidak, terima kasih." Aku pun segera bangkit dari tempat duduk ku dan langsung pergi keluar dari café. Dari depan kaca café kulihat Rendy menundukkan kepalanya dan kulihat bahunya sedikit berguncang.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Maaf Ren, bukannya aku tidak mau memaafkan mu, aku sudah mencoba , itu sangat sulit, Aku juga berharap semoga kemarahan dan kekecewaan ku terhadapmu gugur seperti gugurnya daun disepanjang jalan saat ini°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Assalamualaikum ❤
Oh iya aku ada info buat kalian, Novel ini aku buat jadi 4 series ya :
1. Series pertama (Assalamualaikum London) Lebih dominan ke kehidupan Aisyah.
2. Series Kedua (Hello Korea) Lebih masuk ke kehidupan Baek.
3. Series Ketiga (Konnichiwa Japan) Lebih condong ke Nakhu.
4.Series Keempat (Hai Indonesia) Sudah pasti lebih condong ke Roy.Wassalam ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum London
Fiksi PenggemarKenapa sulit sekali menghapus mu dari hidupku? Kenapa setiap aku mencoba kabur dari mu kau selalu datang? Kenapa setiap aku mencoba menerima semua penjelasan mu itu terlalu sulit? === Ps: sebenarnya di London tidak terlalu rasis dengan muslim tapi d...