Jaemin menatap jam yang melingkar di tangannya dengan raut gelisah, jam telah menunjukan pukul 11 siang dan Mark belum terlihat batang hidungnya.
Satu per satu wisudawan dan wisudawati naik ke podium saat namanya dipanggil, jantung Jaemin berdebar saat urutannya semakin dekat, debaran yang datang bukan karena ia terlampau senang akan menyandang gelar sarjana farmasi tapi debaran menjengkelkan akibat keterlambatan Mark menghadiri acara yudisiumnya.
"Na Jaemin."
Jaemin menghela napas berat dan berjalan ke podium dengan senyum terpaksa, ia bahagia karena lulus dengan nilai yang dapat diperhitungkan di rumah sakit besar tapi kebahagiaan itu tidak sepenuhnya terasa.
Ayah Jaemin tersenyum tipis melihat raut anaknya yang cukup mendung di acara yang paling ia tunggu, namun ia mengabaikan itu semua dan sibuk mengabadikan momen kelulusan putra manisnya.
"Ayah!"
Ayah Jaemin membuka lengannya lebar hingga Jaemin masuk kedalam pelukan hangat sang ayah, pelukannya berpindah ke ibunya dan tangis haru Jaemin langsung tumpah.
"Hiks! Aku lulus!"
"Iya sayang.. Kami bangga pada mu."
"Aku meraih 3.87 hiks! Aku senang sekali."
Orang tua Jaemin tertawa pelan melihat raut Jaemin yang lucu saat menangis, mereka tak menyangka telah melewati lebih dari dua puluh tahun bersama malaikat kecil mereka.
"Hiks! Terima kasih ibu, terima kasih ayah hiks!"
"Oh sayang ku.. Jangan menangis, make up mu akan luntur sebelum sesi foto."
Jaemin tertawa mendengar candaan ayahnya, ia mengusap sudut matanya dengan tissue dan memasang senyum terbaik.
"Tapi Mark hyung tidak datang." Gumamnya sedih.
Ibu Jaemin menahan senyum. "Mungkin dia sibuk, ingat Jaemin ini hari kerja dan mungkin saja Mark harus rapat atau terjebak macet."
"Yeah mungkin saja." Balas Jaemin pelan.
Jaemin menunduk dan melihat ijazahnya yang tersimpan rapi dalam map semi keras berlapis kulit, dalam ijazahnya tersimpan perjuangannya, perjuangan kedua orang tuanya dan perjuangan Mark.
Mark membiayai tiga semester terakhirnya dengan penuh tanggung jawab dan Jaemin ingin Mark merasakan kebahagiaannya juga.
"Ayo kita keluar."
"Acaranya kan belum selesai sayang." Ucap ibunya bingung.
Jaemin cemberut. "Aku bosan, lebih baik kita berfoto di luar."
Akhirnya orang tua Jaemin mengangguk dan berjalan beriringan menuju pintu keluar. Baru saja Jaemin keluar dari gedung serba guna yang menjadi tempat wisudanya namun tatapannya langsung terpaku pada belasan orang yang berlari kecil membentuk dua buah pola hati dengan mawar putih dan merah yang cantik.
"Aisshh!! Siapa orang beruntung itu." Gumam Jaemin.
Tak lama dari celah dua hati tersebut datanglah sosok yang membuat jantung Jaemin berdetak tak nyaman. Disana, seorang pemuda berkemeja putih dengan celana bahan hitam sedang berdiri dengan seikat bunga mawar merah.
"Mark hyung!"
Jaemin kebingungan saat Mark mendekat lalu berlutut di depannya. Bagaimana senyum Mark mengembang membuat jantung Jaemin berpacu gila, wajahnya memerah dan tubuhnya seakan berubah menjadi jeli.
"Na Jaemin."
"H-hyung?"
"Pertama kali aku melihat mu, aku berpikir bahwa Tuhan begitu baik karena memberi ku kesempatan untuk dekat dengan malaikat seperti mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Oneshot NCT
FanfictionKumpulan oneshot kapal NCT yang saya sukai. Kadang formal kadang lokal.. Kadang waras kadang ngegas.. Kadang manis kadang nangis.. Random banget lah pokoknya. NoRen - MarkMin - YukHae - TaeTen - JaeDo - JiChen Update suka-suka.