"Bunda.."
"Apa ayah tidak pulang?"
Jaemin menghentikan gerakan tangannya yang baru saja terulur untuk menyalakan beberapa buah lilin di atas kue coklat bertuliskan selamat ulang tahun, wajah cantiknya tersenyum lembut sebelum melanjutkan niatnya menyalakan lilin ulang tahun.
"Jisungie rindu ayah ya?"
Jisung terdiam sejenak lalu menatap ibunya dengan mata kecil yang berkaca-kaca, "bukan Jisung, tapi bunda.."
Senyum Jaemin seketika menghilang digantikan wajah sendu, ia berjalan ke sisi lain meja makan tempat putra semata wayangnya duduk di atas kursi. Tangannya segera merengkuh anak laki-laki berusia lima tahun itu saat air mata mulai menetes membasahi pipi bulatnya.
"Hiks! Kenapa ayah tidak datang? Hiks!"
Jaemin mengusap helaian lembut berwarna hitam milik putranya, menyalurkan kasih sayang seorang ibu untuk membuat sosok Jisung kecil kembali tenang.
"Sayang.. ayah sangat sibuk, ayah kan mencari uang untuk membelikan Jisung mainan dan uang untuk sekolah.."Jisung menggeleng dalam dekapan ibunya dan tangisnya semakin keras, "hiks! Jisung tidak mau mainan! Tidak mau sekolah! Hiks! Jisung mau ayah!"
Jaemin hanya diam, berusaha menahan airmata yang siap meluncur dari kedua mata cantiknya. "Jisungie kan anak pintar, jadi harus mengerti kesibukan ayah."
"Kenapa ayah tidak pulang saat Jisung ulang tahun, saat bunda ulang tahun juga tidak pulang, hiks!"
"Memangnya ayah tidak menyayangi kita?"
Jaemin terkejut dengan pertanyaan sang putra, walau mereka telah memilih jalan masing-masing, Jaemin yakin bahwa ayah Jisung masih dan akan terus menyayangi putra kecilnya.
"Jisung tidak boleh seperti itu sayang.. ayah pasti mengunjungi kita sebentar lagi.""Kenapa? Kenapa ayah hanya berkunjung? Kenapa tidak tidur disisi bunda dan Jisung seperti dulu, hiks!"
"Ayah jahat!"
"Jisung benci ayah! Hiks!"
Jaemin tidak tahu bagaimana cara terbaik untuk menjelaskan kenyataan pada Jisung bahwa kedua orang tuanya telah memilih jalan mereka masing-masing, terpaksa berpisah karena keadaan yang sebenarnya terjadi karena ego.
Jaemin melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah mungil Jisung, "sayang, dengarkan bunda.. ayah tetap menyayangi Jisung, mencintai Jisung dan akan terus seperti itu sampai kapan pun. Mungkin sekarang ayah sangat sibuk hingga tidak sempat merayakan ulang tahun bunda.."
"Jisung rindu ayah ya?"
"Bunda.."
Jaemin tersenyum lalu menghapus lelehan air mata putranya, "bunda tidak apa-apa asalkan ada Jisung disini, bersama bunda.."
Tangis Jisung semakin keras, lengan mungilnya melingkar di leher sosok yang telah melahirkannya ke dunia, menumpahkan rasa rindu yang menumpuk di hatinya dan berusaha menghilangkan perasaan kecewa. Jisung berpikir dengan segala kepolosan dan keyakinannya bahwa sang ayah akan pulang di hari ulang tahun sang ibunda, namun sayang bocah kecil itu harus tertampar kenyataan setelah ia menunggu berjam-jam tanpa hasil apapun, ayahnya yang begitu ia rindukan tidak pulang untuk merayakan hari lahir sang ibu.
"Kita bisa menelpon ayah besok.."
"Jisung ingin memeluk ayah, hiks!"
Jaemin tersenyum miris, "iya, nanti bunda katakan keinginan Jisung pada ayah.."
"Jisung ingin main bola bersama ayah, hiks! Makan kue dan Jisung ingin digendong ayah.."
Jaemin melepaskan pelukan Jisung lalu kembali mengusap pipi basahnya, "iya semuanya akan bunda katakan pada ayah, sekarang Jisung melakukan semua itu bersama bunda ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Oneshot NCT
FanfictionKumpulan oneshot kapal NCT yang saya sukai. Kadang formal kadang lokal.. Kadang waras kadang ngegas.. Kadang manis kadang nangis.. Random banget lah pokoknya. NoRen - MarkMin - YukHae - TaeTen - JaeDo - JiChen Update suka-suka.