1. Shanghai - Noren

10.6K 972 207
                                    

Day 1

Republik Rakyat Tiongkok, negara besar dengan jutaan rakyatnya menyebar ke seluruh dunia, negara yang menjadi tempat kelahiran Huang Renjun, lebih tepatnya provinsi Jilin. Jilin adalah provinsi yang sangat indah, terutama di musim dingin. Namun Renjun harus terima saat Jilin tidak menjadi destinasi wisata keluarganya saat ini, dari hasil pengundian konyolnya bersama sang suami disinilah ia sekarang, di kota yang menjadi pusat perputaran ekonomi Tiongkok, kota yang dijuluki kota seribu cahaya atau juga disebut Paris dari timur, kota megapolitan Shanghai.

"Mama.."

Renjun menepuk pelan punggung putranya saat anak laki-laki berusia 5 tahun itu menggeliat di gendongan sang ayah.

"Sebentar lagi ya sayang.. kita harus memindai jari kita dulu." Kata Renjun menenangkan sang putra.

Tiongkok memang terkenal dengan pengamanan yang ketat karena partai komunis yang memimpin sangat mengantisipasi masuknya teroris ke dalam negara mereka, jadi pemeriksaan berkali-kali di bagian imigrasi ataupun inspeksi mendadak di kendaraan umum sudah biasa terjadi.

Renjun menghela napas lega saat ia dan keluarga kecilnya telah melewati bagian imigrasi. Renjun merasa lucu dengan itu semua, ia adalah orang yang lahir dan tumbuh besar di Tiongkok tetapi sekarang ia datang sebagai turis asing karena keluarganya pindah ke Korea Selatan 6 tahun yang lalu dan ia harus rela melepas kewarganegaraannya karena menikah dengan warga Korea Selatan.

"Sayang kau ingin naik metro, maglev atau taksi?" Tanya sang suami sambil melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 6 sore.

"Sebenarnya aku ingin naik maglev, tapi karena ini liburan aku ingin menikmati perjalanan dengan metro."

Laki-laki tampan bernama lengkap Lee Jeno itu mengangguk setuju dengan permintaan sang 'istri'. Jeno memperbaiki posisi tidur sang putra lalu menggenggam tangan Renjun keluar dari bandara setelah membeli kartu transportasi seharga 110RMB atau 19000KRW (Rp257.000,-).

"Aku merasa Chenle semakin berat.." kata Jeno.

Renjun terkekeh, "dia sedang suka-sukanya dengan pudding coklat dan waffle saat ini, jadi biarkan anak mu sedikit gemuk."

Jeno hanya tertawa pelan, tidak masalah Chenle semakin berat asalkan putra manisnya itu sehat, lagipula pudding coklat tidak akan membuat dompetnya kering.

"Kau ibu dan istri yang baik Renjun, maaf aku tidak selalu ada untuk membantu mu mengurus putra kita dan terima kasih telah merawat suami ceroboh seperti ku." Kata Jeno, ia mengusap jari Renjun yang dihiasai cincin pernikahan mereka lalu memberi kecupan manis disana tepat saat tatapan mereka bertemu.

"Kau bekerja keras untuk kami, mana mungkin aku merengek padamu hanya untuk membatu mengurus Chenle." Renjun tersenyum manis dan ia merasakan   genggaman tangan Jeno semakin erat.

"Intinya aku senang kau meluangkan waktu untuk liburan ini!!" Renjun mengangkat tangannya dan menarik napas dalam, udara menyenangkan milik Shanghai.

Jeno berdecak pelan, "udaranya segar untuk orang-orang kaya."

.......

Perjalanan mereka cukup lancar dan akhirnya Jeno percaya dengan cerita Renjun tentang metro yang tidak pernah sepi memang bukan mitos belaka. Mereka tiba di hotel yang telah di pesan Jeno saat langit mulai gelap, hotel bintang 4 yang cukup terkenal di Shanghai yaitu Modena By Fraser Putuo Hotel. Hotel yang sangat cocok untuk liburan keluarga karena hotel ini menawarkan fasilitas seperti apartemen, jadi tamu hotel dapat merasa seperti di rumah, yang paling menonjol adalah adanya dapur yang memudahkan tamu memasak sendiri.

Kumpulan Oneshot NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang