Renjun, Huang Renjun. Siapa yang tidak kenal dengan mahasiswa fakultas hukum semester akhir salah satu universitas ternama, mahasiswa yang 'katanya' hobi turun ke jalan untuk membela hak rakyat, mahasiswa yang sibuk-sibuknya skripsi tapi masih lancar orasi sana-sini. IPK lumayan lah, diatas 3,2 tapi nilai jangan ditanya, mendapatkan A adalah anugerah dari dosen gatel yang belum laku karena sibuk ngejar triple S, mendapatkan B itu biasa ㅡmemang levelnya di nilai itu, kalau C ya.. Sudah pasti dari dosen yang 'dongkol' setengah mampus, masih syukur tidak ada E di transkrip nilainya walau ia tetap terancam gagal cum laude.
"Cantik-cantik kok hobi demo!! Hari ini saya mau ngasih bimbingan skripsi!! Jangan alasan saya ngga ngasih tau!!"
"Pak!! Sekarang ada demo di depan DPR, kalau saya ngga ikut malu dong! Mau ditaruh mana reputasi 'aktivis muda' yang saya sandang??!!"
"Banyak omong! S1 kamu belum selesai!! Heran!! Dimana-mana mahasiswa cari dosen buat bimbingan, kok jadi dosen yang cari mahasiswa buat bimbingan!!"
"Yah! Bapak! Siapa tahu jodoh saya polisi ganteng disana!!"
"Sembarangan!! Kamu ngga mau cepat lulus??!! Malu!! Masa lewat empat tahun?!! Saya sebagai pembimbing juga ikutan malu!! Nanti saya di gosipin makan gaji buta!!"
"Kak Taeyong juga lulus lewat dari empat tahun kok pak!! Sekarang jadi pengacara ganteng yang bisa nikahin Kak Ten dari Ilmu Gizi!!"
"Ya karena dia bukan bimbingan saya!! Heran!! Muka ganteng kaya Taeyong kok sering di jemur depan DPR!!"
Renjun menatap malas wajah dosen berkumis tebal yang baru saja mencekal tasnya lalu mengomel panjang lebar tentang bimbingan skripsi. Renjun sudah selesai menyusun skripsi tapi yaa.. Masih banyak coretan 'revisi!' 'Kamu nulis apa sih?' 'Teori siapa ini?!' Atau 'kamu niat nulis skripsi ngga sih?!'.
"Ya sudah! Saya bimbingan deh hari ini!"
"Nah! Gitu dong! Sayang kan muka cantik kaya kamu di jemur depan DPR!"
Renjun berdecak kesal lalu mengikuti langkah sang dosen ke ruang khusus yang disediakan fakultas untuk bimbingan skripsi, dimana ruangan itu adalah neraka dunia bagi Renjun.
Sekitar satu setengah jam bimbingan akhirnya Renjun dapat keluar dari ruangan terkutuk ㅡ bagi mahasiswa sejenis dengannya, terima kasih pada bocah ingusan yang menelepon sang dosen untuk menjemputnya. Saat melangkah meninggalkan ruangan tiba-tiba ponsel Renjun bergetar kuat.
"Heh! Kamu dimana?!"
Belum sempat Renjun mengucap 'halo' suara melengking sudah memenuhi pendengarannya.
"Haechan! Jangan teriak!"
"Kamu dimana?!! Aku sudah di lokasi!! Bentar lagi giliran kamu orasi!!"
"Biasa! Bimbingan!" Jawab Renjun malas.
"Cepat ih! Suaranya Jisung sudah serak!"
"Loh?! Jaemin mana?! Penelitian??"
"Yah!! Sudah gugur!! Mark hyung lewat soalnya! Kayanya sih mau ketemu pak Taeil, gosipnya kan mereka salah satu kandidat cagub dan cawagub!"
"Oh! Oke! Aku sudah di motor, siap jalan!"
"Sip!"
Renjun segera mematikan ponselnya lalu segera melajukan motor matic nya keluar area kampus menuju lokasi demo.
Demo kali ini cukup besar, demo kontra presiden yang meminta 'presiden baru 2019 harus ganteng' mereka pikir jadi presiden gampang? Kalau kata dosen pembimbing Renjun 'memangnya ngatur jutaan orang itu gampang? Ngatur kamu buat bimbingan aja susahnya setengah mati!', tapi ya namanya juga Renjun sang aktivis muda, apapun yang menurutnya melenceng dari kitab hukum langsung ia demo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Oneshot NCT
FanfictionKumpulan oneshot kapal NCT yang saya sukai. Kadang formal kadang lokal.. Kadang waras kadang ngegas.. Kadang manis kadang nangis.. Random banget lah pokoknya. NoRen - MarkMin - YukHae - TaeTen - JaeDo - JiChen Update suka-suka.