Taeyong menghela napas saat melihat apartemen sederhana yang diberikan orang tuanya sebagai salah satu dari serangkaian hukuman sadis, Taeyong tidak paham, benar-benar tidak paham kenapa ia dihukum dengan cara didepak dari posisi strategis perusahan keluarganya, seluruh aset kekayaan miliknya dibekukan dan hanya diberi satu buah kartu debit berisi lima puluh juta ditambah satu apartemen sederhana yang sebenarnya lebih mirip rumah susun.
Taeyong bukannya keberatan dengan fasilitas yang kini hanya tinggal remahan saja, tapi yang membuatnya keberatan dan kesal itu alasan kedua orang tuanya mengeluarkan hukuman, mungkin kalian akan terkejut kalau tahu alasan Taeyong didepak adalah belum berhasilnya laki-laki tampan itu membawa pulang calon menantu ditambah cucu.
Dikiranya mencari istri dan membuat cucu itu semudah pesan barang di online shop?
Taeyong kan sibuk bekerja, sangking sibuknya sampai sekretaris pribadinya sering duduk di paha minta dipangku pun Taeyong masih memasang wajah datar, mirip orang yang lemah syahwat.
"Dek, ini kuncinya."
Taeyong tersenyum lalu menerima kunci yang diberikan seorang laki-laki paruh baya menggunakan kedua tangannya, dilihat dari sudut ini pun kita tahu seharusnya Taeyong sudah punya istri dan beranak-pinak hingga membentuk kesebelasan, kan? Tampan, mapan, berpendidikan dan sopan, kurang apa lagi hingga ia tidak kunjung menggaet istri. Enggan berkomitmen atau masih digelayuti masa lalu?
"Terima kasih ya pak."
"Iya sama-sama, kalau laper turun aja kebawah ya, biasanya bujang yang tinggal sendirian itu cuma bisa masak mie instan haha.."
Taeyong ikut tertawa, terpaksa tertawa dengan candaan khas bapak-bapak karena suatu saat ia juga akan menjadi seorang bapak-bapak, ya tidak tahu kapan, mungkin bisa besok, tahun depan atau bahkan sekarang kan?
"Ya sudah, sana istirahat."
Taeyong mengangguk pelan sebelum bapak pemilik rumah susun itu meninggalkan dirinya sendirian. Sekali lagi Taeyong menatap pintu coklat di depannya, pintu kayu yang ditempeli stiker partai politik itu terlihat tidak begitu kuat untuk menahan dobrakan, tapi siapa juga manusia kurang kerjaan yang mau mendobrak pintu itu, di dalamnya tidak ada harta apa-apa, Taeyong kan jatuh miskin.
"Wah!"
Taeyong menoleh dan menemukan seekor singa, bukan maksudnya seorang anak kecil berkostum singa lengkap dengan sarung tangan dan sepatunya yang mirip kaki singa versi lucu.
"Eh adek? Main disini sama siapa?""Papa!"
Taeyong merengut, "siapa papa? Seingat om, om belum pernah buang bayi disini."
Bocah berkostum singa itu menatap Taeyong dengan wajah berbinar ceria. "Papa pulang?!"
"Ini namanya bukan pulang sayang, om diusir Oma.." Jawab Taeyong asal, lumayan lah ada satu teman mengobrol walau cuma bocah ingusan berkostum singa.
"Semangka!!"
Taeyong menatap buah potong yang sempat ia beli saat perjalanan ke apartemen sederhana miliknya, tidak tahu kenapa ia ingin membeli beberapa potong semangka padahal ia tidak mau makan semangka, "kamu mau semangka ini?"
"Mark suka semangka!" Katanya semangat.
"Ih kok lucu, anaknya siapa sih?" Kata Taeyong sambil memberikan sepotong semangka pada bocah bernama Mark itu.
"Thank you papa.."
Taeyong menghela napas lalu berjongkok di depan Mark, "Mark, nama om Lee Taeyong.. nggak boleh panggil papa, nanti papa Mark yang asli marah, kan gawat kalau om dikira selingkuhan mama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Oneshot NCT
FanfictionKumpulan oneshot kapal NCT yang saya sukai. Kadang formal kadang lokal.. Kadang waras kadang ngegas.. Kadang manis kadang nangis.. Random banget lah pokoknya. NoRen - MarkMin - YukHae - TaeTen - JaeDo - JiChen Update suka-suka.