Satu lembar boarding pass menuju Yogyakarta berhasil dikantongi Kia. Ketika sampai di bandara Soekarno Hatta terminal 3, salah satu panitia outing langsung memanggilnya dan memberikan boarding pass atas namanya. Kia dan teman-teman sekantor lainnya masih menunggu teman yang lain di luar. Meskipun sempat antusias akan outing keluar kota karena tidak melulu berkutat dengan pekerjaan, namun Kia juga jadi merasa risi ketika matanya tak bisa berhenti menangkap bayangan Ikram. Entah ada apa dengan alam semesta, semakin kuat usahanya untuk menghindari Ikram, malah semakin sering lelaki itu muncul tertangkap sudut matanya. Jika bukan kedua matanya yang menangkap sosok itu, kedua telinganya yang melakukan hal itu. Suara lelaki itu seolah ada di mana-mana. Atau itu hanya delusinya saja karena terlalu terobsesi dengan Ikram?
Sial! Kia langsung menggeleng kuat hingga kupingnya berdengung. Semoga khayalannya bisa segera lenyap.
Tanpa sadar Dinda menarik lengannya untuk menyuruhnya bergabung dengan teman-teman satu divisinya yang lain.
"Wefie kita, Ki!" ajak Dinda berteriak girang.
Kia mengangguk dan tersenyum girang untuk kemudian menghampiri teman-temannya yang sudah bergerombol.
"Satu, dua, ti—" Cekrek!
"Lagi, lagi!" teriak yang lainnya.
Beberapa kali mereka mengambil gambar sambil tertawa cekikikan ketika melihat hasilnya di ponsel. Cindy yang terlihat paling fashionable di antara teman-temannya yang lain mendapat pujian paling banyak. Ketika tersipu mendengar pujian teman-temannya, Cindy menoleh ke depan dan mendapati Ikram sedang memerhatikannya.
"Eh, eh. Mas Ikram lihatin gue, tuh. Duh jadi grogi," bisik Cindy, dengan tangan yang tak mau diam merapikan rambutnya, tapi masih dapat terdengar oleh yang lain.
Tak terkecuali Kia yang langsung mencari sosok Ikram. Entah untuk apa. Memastikan perkataan Cindy benar atau tidak? Tapi tetap tak Kia hiraukan pertanyaan dalam benaknya itu. Beberapa detik kemudian Kia pun langsung mengutuk dirinya sendiri tatkala tatapannya bertabrakan dengan tatapan Ikram. Lama hal itu terjadi dan ketika Kia berpikir untuk membuang pandangannya, Ikram masih tetap menatapnya.
"Duh, Mas Ikram tuh, bikin jantung gue deg-degan, tahu nggak? Lihat deh dia, pake baju flanel kotak-kotak gitu, lucu banget," ucap Cindy pada teman-temannya, termasuk Kia yang masih ada dalam gerombolan divisinya.
"Lucu apa ganteng? Menurut gue sih, ganteng tapi cute gitu. Gimana sih, ya deskripsiinnya. Saking gemesnya tuh, jadi susah menggambarkan," sahut Ina, teman Kia dan Cindy di Divisi Finance.
"Ih bukan dia doang lagi, yang keren, tuh. Kayaknya semua orang di Divisi IT keren-keren, deh. Nadine meskipun tomboy begitu tapi dia manis, berasa betah aja lihatinnya. Gue aja yang cewek mikir begitu, apalagi cowok, ya? Terus lihat aja si Rachmat, ganteng abis," timpal Dara.
"Tapi Rachmat udah ada yang nge-tag. Jangan diganggu. Entar elo digantung," balas Ina.
Cindy dan Dara menghela napas pasrah. "Iya, ya. Ah, males deh kalo udah gitu. Lama-lama stok cowok ganteng dan single habis kalau begitu caranya," ucap Cindy penuh penyesalan.
"Yang single boleh habis, tapi kalau buat cuci mata doang, Mas Dion juga oke, kok. Meskipun udah agak om-om, tapi ya lumayanlah. Masih ada sari-sari papah muda gitu. Ya, nggak?" ucap Dara diiringi tawa teman-temannya.
"Ah, tapi gue tetap setia sama Mas Ikram. Pokoknya dia tuh the best-lah gantengnya. Gue bakalan susah berpaling," aku Cindy terang-terangan.
Mendengar hal itu, Kia tidak bisa berbohong bahwa ia merasa terganggu. Ada sedikit perasaan tidak rela mendengar hal itu diucapkan perempuan lain.
Ketika akan berpindah tempat ke samping papan bertuliskan nomor gate, Kia melihat Ikram berjalan menghampirinya. Oh, bukan. Mungkin menghampiri Cindy yang sedari tadi ribut mengoceh bahwa lelaki itu memerhatikannya. Kia mendadak urung untuk melangkah karena lelaki itu semakin mendekat meskipun berjalan perlahan, dengan menenteng botol air mineral di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Broken
RomanceKegagalan pernikahan membuat KIA rapuh dan selalu tidak siap untuk menjalin hubungan dengan lelaki mana pun. Bukan karena trauma akan kegagalannya, tetapi bayang-bayang masa lalu masih saja terus menghantuinya. Ia adalah perempuan yang penuh luka ka...