Ikram membantu Kia memindahkan makanan-makanan yang telah selesai dibuat Kia dari dapur ke meja makan. Karena meja makannya pun bersebelahan dengan dapur jadi Ikram mengerjakannya dengan cepat, sementara Kia masih menyiapkan piring, gelas, dan yang lainnya.
"Ih, Mas Ikram duduk manis saja sana," suruh Kia karena tak enak melihat Ikram ikutan sibuk.
Ikram tertawa. "Biarin saja, sih, Ki. Orang mau bantuin juga. Terus ini kamu masak semuanya sendiri?"
"Pesan Go Food, kok," jawab Kia dengan mimik wajah yang jenaka.
Ikram merengut, tak percaya. Iyalah dia tak percaya, orang dapur Kia sudah kayak habis perang gitu. Berantakan. Penggorengan, talenan, piring-piring, pisau dan berbagai macam alat dapur menumpuk di wastafel dalam keadaan kotor. Sudah pasti makanan-makanan ini hasil memasaknya sendiri. Ikram jadi tertawa dibuatnya.
Setelah selesai menyiapkan semuanya, keduanya lalu duduk berhadapan.
"Harumnya enak nih, Ki. Untung tadi saya nggak makan lagi setelah makan siang. Jadi bisa habisin masakan kamu nanti." Ikram menghidu aroma masakan Kia dengan penuh ekspresi nikmat. Kia tertawa.
Di atas meja ada Garlic Bread yang Kia sajikan sebagai appetizer. Lalu untuk main course-nya Kia lebih memilih makanan berat dengan nasi dan lauk yang tidak terlalu banyak, hanya Tofu Balacan yang ia masak dengan menambahkan taoge, dan Chicken Teriyaki. Untuk dessert, karena Kia sudah terlalu sibuk menyiapkan main course ia hanya membeli Haagen-Dazs Macadamia Nut saja.
Ikram memerhatikan dengan wajah senangnya yang tak bisa ia sembunyikan ketika Kia mulai menyiapkan makanan untuk dirinya.
"Makasih ya, Mas, sudah mau makan malam bareng Kia."
"Saya dong yang makasih sudah rela repot-repot bikinin saya makan malam."
Kia tersenyum. "Ayo berdoa dulu."
Ikram terkejut mendengarnya. Karena Kia bilang itu seperti kepada anak kecil. Ikram jadi salah tingkah. "Hmm... Allahumma barik—"
Tak disangka Kia tertawa tampak geli. Ikram langsung terdiam menatap Kia heran.
"Maksudnya, berdoa dalam hati saja sih, Mas."
"Oh. Kirain nyuruh saya mimpin doa makan. Hehehe." Mimpin kamu salat juga saya mau, Kia!
"Eh sekitar dua minggu lagi bakalan ada outing, lho, ke Yogyakarta," ujar Kia di tengah kunyahannya.
"Iya, saya sudah tahu kok. Kamu ikut, Ki?"
"Semua karyawan wajib ikut kayaknya, Mas. Tapi outing-nya ini lebih kayak wisata gitu saja, sih. Jalan-jalan dipandu tour guide, belanja, foto-foto. Yang Kia lihat di rundown acara sih, begitu."
"Nggak pakai acara games gitu, Ki? Biasanya kan, sambil kayak outbound gitu, diabur di lapangan terbuka terus dikasih soal yang harus dipecahkan bareng-bareng per kelompok."
"Kayaknya nggak, deh. Lebih kayak employee gathering kali, Mas. Lumayan juga jadi kayak liburan."
Ikram mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalau kamu lebih suka liburan di dalam atau luar negeri?"
"Hmm... jarang liburan," jawab Kia lalu tertawa.
Ikram jadi ikutan tertawa. "Saking sibuk kerja kayakya ya."
"Dulu sih sering. Tapi sekarang kayak sudah males saja gitu. Sudah nggak tertarik. Pasti sama saja sih, jalan-jalan, lihatin objek wisata, belanja oleh-oleh. Sudah males saja," papar Kia mengangkat bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Broken
RomanceKegagalan pernikahan membuat KIA rapuh dan selalu tidak siap untuk menjalin hubungan dengan lelaki mana pun. Bukan karena trauma akan kegagalannya, tetapi bayang-bayang masa lalu masih saja terus menghantuinya. Ia adalah perempuan yang penuh luka ka...