Part 9 Menghindar

2.1K 159 0
                                    

Once Mekel - Kucinta Kau Apa Adanya

___***___

Ikram baru sadar bahwa Kia mungkin sengaja menghindarinya ketika semua chat WA-nya tidak ada satu pun yang dibalas. Kemudian ketika dia menelepon ke nomor extension meja Kia, perempuan itu selalu berusaha menolak ajakan Ikram dan membuat percakapan mereka sesingkat mungkin.

"Udah beberapa hari saya chat kamu tapi nggak dibalas. Kamu sehat kan, Ki? "

"Sehat kok, Mas. Kirain ada apa," jawab Kia dengan suara yang biasa-biasa saja, tanpa harus menjelaskan alasan kenapa chat Ikram tidak ada yang ia balas.

"Serius, Ki. Saya khawatir sama kamu."

Terdengar Kia menghela napasnya. "Mas nggak usah berlebihan. Kia nggak apa-apa."

"Siang ini makan siang bareng?"

"Sori Mas, nggak bisa."

"Kalau gitu, pulangnya saya antar, ya?"

"Nggak usah, Mas. Kebetulan Kia lagi ada perlu dulu ke Superindo."

"Ya sudah, sekalian saya antar ke Superindo."

"Kia pergi bareng Dinda, kok."

"Ki—"

"Udahan dulu ya, Mas. Kia banyak kerjaan." Kia memotong omongan Ikram dengan cepat.

Klik.

Tanpa menunggu balasan Ikram, Kia menutup teleponnya. Seperti biasa. Setidaknya akhir-akhir ini Kia selalu menutup telepon lebih dulu. Ikram jadi bingung. Kenapa Kia menghindarinya? Maunya apa?

Beberapa hari kemudian Ikram menemukan sweater putih miliknya di atas mejanya pagi-pagi. Ia ingat sweater putih itu pernah ia pinjamkan pada Kia ketika mengantar perempuan itu pulang ke apartemennya malam-malam karena sedang sakit. Butuh penjelasan, Ikram pun mengirim chat WA pada Kia yang tumben-tumbenan Kia balas dengan cepat.

Ikram Salman: Kok kamu nggak ngasihin sweater saya langsung?

Kia Amanda: Iya Mas, maaf

Kia Amanda: Kia buru-buru

Kia Amanda: Makasih ya sweater nya

Ikram Salman: Iya sama-sama

Kia Amanda: Jadinya Kia nggak punya utang lagi sama Mas Ikram

Ikram Salman: Maksud kamu?

Dan chat terakhir itu pun tidak memiliki tanda-tanda akan dibalas oleh Kia setelah berjam-jam tandanya hanya "read" saja.

Belum sempat Ikram mengirim chat kepada Kia lagi, Dion berteriak yang membuat semua orang di area IT menoleh padanya.

"Data Monev berpotensi bocor ke luar, nih."

[Monev = Monitoring dan Evaluasi]

"Kenapa, Yon?" tanya Nadine.

"Divisi P&E nggak bilang-bilang kalau pakai aplikasi baru untuk input monev," jawab Dion setengah kesal.

[P&E = Planning & Evaluation]

"Aplikasi dari siapa?" Kini Ikram yang bertanya.

"Katanya dari konsultan. Aplikasinya sih gratis dan sudah sesuai standar yang diminta Kementerian Keuangan. Tapi kan, itu bisa diakses di mana aja dan oleh siapa aja. Berisiko tinggi untuk bocor ke orang yang tidak bertanggung jawab," tutur Dion.

After BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang