Part 18 Pertunjukan Sirkus dan Gempa Bumi

1.8K 148 1
                                    

Jesse Ruben - This Is Why I Need You

_______***_______

Seperti yang sudah Ikram duga, mamanya senang sekali Kia datang. Apalagi mendapat bingkisan spesial, buah tangan hasil Kia sendiri.

"Ini kuenya bikin sendiri?" tanya Mama Ikram semringah.

"Iya, Tante. Iseng-iseng saja bikin sambil belajar," jawab Kia.

"Pinter banget. Ayo masuk. Tante sudah masak banyak. Tinggal nunggu Akbar sama Vira, katanya masih di tol."

Ikram menyentuh punggung Kia untuk mengarahkan Kia masuk. Hari ini penampilan Kia berbeda dari biasanya. Biasanya yang Ikram maksud adalah penampilan Kia dengan setelan kantor. Siang ini Kia terlihat lebih manis dan cute dengan setelah dress vintage berwarna pastel. Sebagai makhluk visual, ia tentu merasa dimanjakan dengan penampilan itu. Jujur saja, Ikram jadi semakin suka pada Kia.

"Hai, Kia," sapa Isal di sofa depan TV.

"Hai, Mas Isal," balas Kia.

Berbeda dengan mamanya dan Ikram, Faisal masih terlihat lusuh. Kaus kedodoran, celana pendek, dan rambut kusut menandakan bahwa mungkin saja Faisal belum mandi.

"Heh, kamu tuh mandi sana! Bentar lagi Akbar sama Vira datang," omel ibunya.

"Ah, tinggal pake celana panjang doang. Isal sudah mandi, lagi! Nuduh mulu nih Mama," gerutu Faisal.

"Ngelawan mulu ya, sama Mama. Awas lho, Mama teror minta cucu, tahu rasa kamu!"

Tanpa terduga Kia malah tertawa. Nggak anaknya, nggak ibunya, pada senang bercanda semua. Ikram melirik pada Kia yang masih tertawa geli. Ia jadi ikut tertawa.

"Gini deh, Ki," ucap Ikram menggaruk belakang kepalanya, agak malu. "Maaf ya harus lihat pertunjukan sirkus di kunjungan pertama kamu ke sini," canda Ikram.

"Baru kali ini Kia dengar ancaman minta cucu," ujar Kia dengan sisa tawanya.

Kia dan Ikram duduk di ruang tamu. Tak lama ART keluarga Ikram menyuguhi Kia minum dan beberapa cemilan di meja. Disusul ibunya Ikram yang kemudian duduk bersama-sama mereka.

"Makasih ya, Kia, sudah mau datang," ucap ibunya Ikram semringah.

"Kia yang makasih, Tante, sudah mau ngundang ke acara keluarganya Tante," balas Kia sopan.

"Kia satu kantor sama Iam di bagian apa? IT juga?" ibunya Ikram mulai tanya-tanya.

"Nggak, Tan. Kia di bagian Finance," jawab Kia.

"Tinggalnya di mana?"

"Kia tinggal di apartemen punya kakak di daerah Kuningan."

"Lumayan dekat ya ke kantor. Asli orang Jakarta?"

Kia menggeleng. "Kia asli Bogor, Tan."

"Wah, USA. Urang Sunda Asli," seloroh ibunya Ikram.

Kia jadi tertawa mendengarnya.

"Sekarang kamu tahu kan, Ki, kenapa saya norak? Ini nih asal muasal kenorakan saya. Faktor gen, susah dihilangkan," kelakar Ikram.

"Tuh, gitu deh, Ki. Masa mamanya dikatain norak coba. Untung Mama nggak stres ngurus kalian." Kemudian ibunya Ikram beralih ke Kia. "Anak Tante laki-laki semua. Kebayang nggak kamu dulu repotnya Tante gimana? Habisnya, badung-badung."

Obrolan ringan pun terus mengalir. Sampai akhirnya ibunya Ikram teringat akan masakan yang tengah disiapkannya di dapur.

"Eh, mumpung Akbar belum datang, Tante ke dapur dulu ya, nyiapin makan siang," pamit ibunya Ikram.

After BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang