Part 4 Kenangan

2.7K 179 2
                                    

Lagu That's What You Get-nya Paramore berdentum pelan di speaker kecil komputer Kia. Nando ikut bernyanyi kecil sambil sibuk mengetik revisian skripsi milik Kia. Kia baru saja selesai sidang skripsi dua minggu lalu. Kalau bukan Nando yang terus memaksanya, perempuan itu tidak mungkin bisa menyelesaikan skripsinya dengan cepat. Itu saja sudah telat enam bulan dibandingkan skripsi Nando. Ketika Nando sibuk bekerja, Kia masih sibuk mengejar-ngejar dosen pembimbing.

"Gimana? Udah selesai?" Kia kemudian masuk ke dalam kamar dan duduk bersila di lantai di samping Nando yang sedang sibuk menge-print revisian skripsi Kia.

"Kamu tuh ya, kayak nanya apaan aja. Kan harus dicek lagi, dibenerin, dibaca ulang, baru di-print. Kebiasaan." Nando menjawil hidung Kia.

Kia hanya terkekeh. "Ya udah cepetan dong. Kan mau nonton ke bioskop," Kia merajuk manja.

Nando pura-pura menghela napas lelah. Kia makin terkekeh. "Omong-omong ini skripsinya siapa ya? Yang punya malah santai-santai aja."

Kia tertawa. "Nando, Sayang. Kamu tuh aura gantengnya semakin terpancar lho kalo bantuin ngerjain skripsi aku," goda Kia sambil mengelus pipi Nando dengan kedua tangannya.

"Memangnya kapan aku nggak bantuin ngerjain skripsi kamu? Hm?"

Ketika Kia akan melepaskan tangannya dari pipi Nando, lelaki itu menangkap cepat tangan Kia. Lalu ia genggam tangannya, balik menggoda Kia dengan pura-pura mendekatkan wajahnya ke wajah perempuan itu sambil menyeringai. Wajah Kia seketika berubah merah.

"Ada Bunda di bawah, Nan," lirih Kia mengalihkan penglihatannya ke arah lain selain wajah Nando.

Diperingatkan oleh Kia, Nando bukannya menjauh, ia malah menempelkan keningnya ke pelipis Kia. Mengusapkan hidungnya ke pipi Kia dengan lembut. Membuat mereka berdua memejamkan mata, menikmati sentuhan satu sama lain. Terasa napas hangat Nando di wajahnya. Sementara itu jantung Kia berdebar hebat, sampai-sampai Kia takut degup jantungnya akan terdengar sampai lantai bawah. Gawat kalau Bunda sampai dengar, pikirnya.

Di sela-sela pejaman matanya, Nando bergumam. "Nikah sama aku ya, Ki?"

Kia langsung menarik kepalanya untuk menatap wajah Nando, terkejut. Alisnya terangkat, merasa tak percaya dengan ucapan yang didengarnya. Dicarinya raut canda di wajah Nando. Namun tak ia temukan. Hingga akhirnya ia terkekeh pelan. "Pfft. Bercanda kam—"

"Aku serius," potong Nando cepat tanpa ekspresi bercanda.

Bola mata Kia masih bergerak-gerak, mencari ketidakseriusan di wajah Nando. Namun sekali lagi, ia tak menemukannya.

"Mau ya, Ki?" pinta lelaki itu sekali lagi.

Sekarang kening Kia berganti mengerut. Ia bingung. "Tapi kapan? Dua tahun lagi? Tiga tahun lagi?" tanya Kia.

Nando menggeleng pelan. "Sekarang, Ki. Tahun ini."

Kerutan di kening Kia semakin dalam. "Aku bahkan belum dapat kerja, Nando."

"Setelah nikah kamu boleh kerja di mana aja. Mau nggak kerja juga nggak apa-apa. Terserah kamu."

"Tapi...." Kia memutar otak mencari alasan lagi. "Tapi kita masih muda, Nando. Umur kita masih 22."

"Justru mumpung kita masih muda." Nando menjawab dengan senyum puas. Ia yakin Kia tidak bisa menemukan alasan lain lagi.

Kia tertawa. Tawa renyah Kia yang selalu membuat Nando ingin terus mendengarnya dan menjadi tergila-gila.

After BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang