Tangannya yang sedari tadi sibuk menggeser-geser mouse, kini bergeser menyeret mug merah berisi kopi di atas meja. Keningnya mengernyit ketika mulutnya hendak menyuruput kopi, namun yang ia seruput hanyalah angin belaka. Kopi di mugnya habis. Ia menghela napas lelah. Menumpukan sorotan matanya pada penunjuk waktu di bagian bawah kanan layar monitor komputernya. Jam 11.30. Matanya sudah lelah, butuh pemandangan lain selain deretan angka dalam tabel-tabel pada Microsoft Excel di hadapannya. Kemudian dirinya memilih mengecek ponselnya ketimbang melanjutkan mengotak-atik tabel-tabel angka itu. Ada notifikasi WA yang dengan segera ia buka.
Dari Ikram.
Ikram Salman: Padang atau warung Cirebon?
Kia tersenyum membacanya. Pesan-pesan WA semacam itu sudah menjadi hal rutin yang ia terima beberapa hari terakhir ini. Hampir setiap hari Ikram mengajak makan siang di luar dan anehnya ia tidak pernah menolak satu pun dari ajakan-ajakan itu. Sampai-sampai ia khawatir pendapatan tambahan OB yang sering ia mintai tolong membelikan makan siang di kantin akan berkurang. Ia malah sempat merasa tidak enak ketika Sudin, OB di kantornya, menghampirinya di meja dan bertanya mau dibelikan apa lalu Kia hanya menjawab, "Sori ya, Din. Saya makan siang di luar hari ini". Dan uang tip jatah Sudin pun melayang setiap kali Kia berkata seperti itu.
Kia Amanda: Mau ngajak liburan maksudnya?
Canda Kia membalas chat Ikram.
Ikram Salman: Emangnya mau?
Kia langsung mengernyit. Bingung ditodong pertanyaan seperti itu. Tadinya dia yang ingin mencandai Ikram, tapi malah dirinya sendiri yang dibuat bingung.
Ikram Salman: Eh tapi kejauhan ah. Saya ganti jadi, Tanah Abang atau Ancol? =D
Kia tertawa membacanya.
Kia Amanda: Nah kalau makan siang ke Tanah Abang atau Ancol malah lebih jauh =)
Ikram Salman: Ya udah kalau gitu ke warung Padang aja ya? Saya lagi pengin makan otak
Kia Amanda: Serem ih. Nanti jangan kepengin makan orok ya, Mas. Susah nyarinya =P
Ikram Salman: Orok ikan masih boleh kan, Ki? Pliiiisss.....
Kia tertawa-tawa sendiri sambil geleng-geleng kepala membacanya.
Kia Amanda: >.<
Ikram Salman: Hahaha
Ikram Salman: Seperti biasa ya, Ki, jam 12 di lobby =)
Kia Amanda: Oke
Kia lalu mengambil mug merah yang telah tandas isinya itu kemudian teringat pada kopi sachet persediaannya yang hampir habis di pantri. Refleks Kia mengambil dua dus kecil kopi sachet dari dalam tasnya yang sengaja ia beli sebelum berangkat ke kantor tadi pagi. Ia lantas berjalan menuju pantri dan membuka laci untuk menyimpan persediaan kopinya di sana. Ketika berbalik untuk keluar dari pantri, tiba-tiba ada yang tersenyum tepat di hadapannya.
"Astagfirullahalazim!!!" Kia terlonjak kaget ketika wajah tersenyum itu menyapanya. Hampir saja ia melempar mug yang masih dipegangnya ke muka orang yang membuatnya kaget itu.
"Hai, Kia."
"Saya kaget, Pak Abdulah! Bapak mau bikin saya jantungan?" pekiknya setengah marah. Tangannya masih memegang dadanya. Dengan cepat ia simpan mug kotor ke dalam wastafel. Takut khilaf dan terjadi tindak kriminal terhadap Pak Abdulah. Bukan kasihan pada lelaki bujang itu, tapi agak memalukan saja bahwa alat yang digunakan hanya sebuah mug kecil.
Pak Abdulah yang tidak diketahui datangnya kapan dan dari mana itu hanya cengengesan, membuat Kia kesal. Jantungnya masih berdegup kencang.
"Ya kalau Kia nggak jantungan, nggak hidup atuh," balas Pak Abdulah masih cengar-cengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Broken
RomansaKegagalan pernikahan membuat KIA rapuh dan selalu tidak siap untuk menjalin hubungan dengan lelaki mana pun. Bukan karena trauma akan kegagalannya, tetapi bayang-bayang masa lalu masih saja terus menghantuinya. Ia adalah perempuan yang penuh luka ka...