3

42 5 2
                                    



Semester baru dimulai pada pertengahan Januari, aku sudah pindah kos di Cukang Kawung bareng Yeni. Aku tinggal di sebuah rumah 2 lantai dengan 6 kamar kos, cewek yang tinggal di sana hanya bertiga aku, Yeni dan Uni Sap. Aku tidak tahu siapa nama aslinya tapi dia biasa di panggil Sap, dari panggilannya saja sudah sangat jelas kalau Uni Sap ini asli orang Padang dan dia bekerja di salah satu bank swasta di Bandung. Di lantai 2 ada Yadi dia anak Subang sekolah di salah satu SMU di daerah Cikutra, ada Parlindungan biasa dipanggil bang Parlin dia anak Medan kuliah di STIMIK BANDUNG jurusan Teknik Informatika dan Ada kang Iwan dia orang kuningan kuliah di ITENAS Teknik Planologi semester akhir. Sejak pindah kos mereka adalah keluarga baruku di Bandung dengan segala perbedaan kami masing - masing.
Rumah tanteku tidak jauh dari tempat kosku, hanya beberapa puluh meter saja. Dia mengontrak sebuah paviliun di lantai 2, karena jaraknya yang dekat aku bisa melihat rumahnya dari tempat aku menjemur pakaian. Sesekali aku datang ke rumah tante untuk bermain bersama anaknya Wira yang baru berusia 1 tahun, biasanya kunjungan ke rumah tante akan meningkat menjelang akhir bulan dimana uang saku sudah mulai menipis.

Hari itu bang Parlin pulang dengan mengajak beberapa temannya, mungkin mereka akan mengerjakan tugas bersama. Semantara aku sedang memasukkan baju - baju ke dalam lemari karena semester ini jadwal kuliah sedikit lebih padat jadi belum sempat membereskannya. Aku berjalan menuju lantai 2 untuk menyimpan beberapa barang yang tidak terlalu penting agar kamarku terasa lebih lapang.

Sekedar melepas lelah, aku duduk di lantai 2 sambil nonton MTV dan sesekali membaca majalah edisi lama.
" Hey lagi apa neng ?" salah satu dari teman bang Parlin menghampiriku
" Oh iya bang ." aku berkata sambil membetulkan posisi dudukku
" Kenalin saya Ipung, temannya Parlin." Pria itu memperkenalkan diri
" Oh bang Ipung, saya Sadira bang. Panggil Dira aja." Aku menyalami bang Ipung
" Lengkapnya sih Ipung Dea." Katanya sambil tersenyum
" Kok pake Dea bang. Kayak nama perempuan ."
"Dea itu artinya Derita Asmara." Bang Ipung menjelaskan
" ohhh ok bang." jawabku
" Gak usah pake abang, cukup Ipung aja biar makin akrab." Katanya lalu duduk di dekatku. Entah kenapa aku merasa tersiksa dengan kehadiran bang Ipung di sini.
" Sadira....!" Yeni memanggilku " Ada telepon." Sambungnya lagi.
Aku merasa diselamatkan oleh orang yang meneleponku, siapa pun orangnya dia berhak ucapan terima kasih dariku. " Dira ke bawah dulu ya bang." aku pamit dan cepat pergi meninggalkannya.
" Halo..." aku menyapa orang diujung telepon.
" Halo Dir, ini gue Jaung." Ternyata Jaung yang menelepon
" Aduuh makasih banget ya Ung."
" Lho makasih buat apa?" Jaung bertanya
" Udah lah pokoknya makasih deh Jaung ."
" oya terserah lu aja deh." Kata Jaung " Lu gimana sih pindah tanpa kabar.." lanjutnya.
" Kan gak mau merepotkan, cukup waktu itu aja aku merepotkan Jaung." Aku tersenyum mengingat kejadian di Lembang
" Gue kangen Dir."
" Maksud?"
" hmmm gue.....gue kangen ceu Entin Dir, libur 2 minggu aja udah kangen berat." Jaung menjelaskan
" Tuh kan bener Jaung pacaran sama ceu Entin. Dira harus bilang selamat dong." Aku menggoda Jaung
" Ah lu gak asik nih becandanya. Udah ah...sampe besok di kampus ya." Jaung mengakhiri pembicaraan
aku menutup gagang telepon dan melangkah menuju kamar .
" Kriiiiiing.....kriiing " telpon berbunyi dan aku berbalik menjawabnya.
" Halo." Aku menyapa
" Halo, bisa bicara dengan Sadira?" ternyata Vidi menelepon.
" Hey Vid."
" Elu Dir, lagi ngapain?" diam sejenak " Gue tau nomor telepon sini dari kak Sita."
" Gak lagi ngapa - ngapain." Jawabku " Vidi lagi apa?:
" Gue lagi kangen Dir."jawabnya " Kangen sama cewek yang tempo hari gue ceritain."
" Oh ya? Vidi udah jadi tembak dia?"
" Belum sih." Jawabnya " Gue lagi mau bikin dia nyaman dulu sama gue."
" Oh iya bagus itu Vid, udah telepon dia?"
" Ini lagi telepon."
" Maksudnya ?" aku sedikit bingung
" gak ah." Vidi menjawab " keluar yuk Dir."
" Hayu. Mau kemana ?"
" Nongkrong aja di Gelael atau di Dunkins ." jawabnya " nanti gue jemput ke kosan."
" Boleh, tapi kosan Dira gak masuk mobil Vid."
" Gue jemput pake angkot kok. Gue pan belum punya SIM."
" Oh iya lu kan masih anak ABG." Aku tertawa." Ya udah Dira tunggu ya."
"oke."

SADIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang